Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149463 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Relita
"Relita. Perian Makna dalam Reduplikasi Nomina Dasar dan Reduplikasi Nomina Bersufiks -an. (Di bawah bimbingan Felicia N. Utorodewo, S.S., M.Si.) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994. Tulisan ini menyoroti dua hal yang berkaitan dengan reduplikasi nomina dasar dan reduplikasi nomina bersufiks -an. Pertama, memerikan komponen makna dalam kaitannya dengan reduplikasi nomina dasar dan reduplikasi nomina bersufiks -an; kedua, melihat keterikatan komponen makna reduplikasi nomina tersebut dengan konteks gramatikalnya. Pengumpulan data dilakukan melalui pencatatan kalimat-kalimat yang mengandung reduplikasi nomina dasar dan reduplikasi nomina bersufiks -an majalah mingguan Tempo; rentang waktu Juli 1992 -- November 1992, karya-_karya ilmiah, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988). Kemudian dilakukan pengklasifikasian data, dan data-data tersebut dianalisis. Pembahasan komponen dalam kaitannya dengan reduplikasi nomina dasar dan reduplikasi nomina bersufiks -an, menghasilkan kesimpulan bahwa reduplikasi menyebabkan nomina dasar mengalami perubahan komponen makna dan komponen makna pada sebuah bentuk reduplikasi sangat bergantung pada konteks gramatikalnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aswa Fitriyanti Widyahardani
"Redoplikasi adalah proses pengulangan sebagian atau seluruh bentuk kata yang dianggap menjadi dasarnya. Kesimpulan dari pengertian di atas adalah reduplikasi merupakan bentuk pengulangan kata. Beberapa kesamaan dan perbedaan reduplikasi morfemis antara bahasa Korea dan bahasa Indonesia menjadi hasil temuan dalam skripsi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S15855
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuradji
"Perihal urutan proses dan bentuk dasar amat menarik untuk dikaji. Selain ka_rena jumlah pemerhati bahasa yang tertarik pada bidang ini sangat sedikit -- apalagi dalam bahasa Sunda -- hal itu juga disebabkan adanya ketidak jelasan kriteria dalam penentuan sebuah konstituen sebagai bentuk dasar. Dalam penelitian ini, teknik yang dipergunakan untuk mencari urutan proses dan bentuk dasar adalah dengan menggunakan teknik analisis unsur langsung (immediate constituents). Di samping itu, pandangan Nida (1949) serta Bloch dan Trager (yang dikutip dari Parera, 1990: 47) perihal analisis konstruksi juga diper_gunakan dalam tulisan ini.
Dari hasil penelitian yang menggunakan pandangan mereka itu, terlihat bahwa urutan proses dan bentuk dasar adalah dua bagian yang tidak dapat dilepaskan dari penyelidikan kata ulang. Fakta membuktikan bahwa penentuan sebuah bentuk dasar dapat dilakukan setelah urutan prosesnya diketahui. Ketumpangtindihan yang muncul dalam penggolongan urutan proses dan bentuk dasar pada kata tertentu tidak dapat diartikan bahwa kriteria yang dikenakan tidak dapat diandalkan. Kasus-kasus seperti itu agaknya dapat dianggap sebagai suatu pengecualian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhadjir
"Dialek Melayu Jakarta, bahasa Melayu yang dipakai di. wilayah ibukota Republik Indonesia, merupakan "pulau bahasa" di kawasan bahasa Sunda yang umumnya dipakai di daerah Jawa Barat. Di sebelah barat dan selatan, dialek Jakarta berbatasan dengan bahasa Sunda. Hanya di daerah pantai di batas sebelah timer, dialek Jakarta berbatasan dengan bahasa Jawa dialek "lokal" (Budhisantoao, 1976).
Luas pemakaian dialek Jakarta, secara geografis, melebihi daerah administratif Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Di sebelah timur, dialek ini dipakai hingga di kecamatan Tambun, kabupaten Bekasi; di sebelah selatan sampai di Gisalak, kabupaten Bogor; dan di sebelah barat hingga di Tanggerang (Jawa Barat).
Di luar Tambun, Ciselak, dan Tanggerang, luas wilayah Jakarta adalah 577 km2 (terletak pada 68° lintang selatan, 11° 15° lintang selatan, 94°45° bujur timur, 04005° bujur laut (Jake dalam Ranks). Serta jumlah penduduk 4.546.492 jiwa.
Berlainan dengan bahasa-bahasa daerah dan dialek Me1ayu lainnya seperti Melayu Medan, Riau, dan Palembang, dialek Melayu Jakarta tidak didukung oleh kelompok etnik yang homogen. Komposisi penduduk, sejak abad ke-17 selalu terdiri dari kelompok-kelompok etnis yang beragam-ragam. akibat migrasi dari dalam maupun dari luar Indonesia (Castles, 1967). Dan migrasi penduduk hingga kini terus berlangsung, bahkan makin beragam latar belakang sosial dan kebudayaannya.
Ketika Jan Pieterezoon Coan berhasil menduduki kota Jakarta pada tehun 1619, sebagian penduduk melarikan diri ke arah Banten. Coen kemudian berusaha menutup kota Jakarta dari penduduk pedalaman, yang dilakukannya demi alasan keamanan; menghalau setiap usaha penduduk asli yang hendak memasuki kembali deerah pertaniannya yang ditinggalkan (Leiriasa , 19731).
Sejak itu kota Jakarta "bersih" dari penduduk asli. Beberapa tahun kemudian Coen membiarkan orang Gina menjadi penduduk kota, menyusul orang-orang Banda. Pedagang rempah-rempah Jepang sampai tahun 1636 juga merupakan unsure penting penduduk kota Jakarta. Penduduk merdeka lainnya adalah suku-suku Melayu, Bali, Bugis, Ambon, serta bangsa "wore", yakni bangsa India Selatan yang beragama Islam. (Castles, 1967: 155). Tetapi penduduk terbesar saat itu hingga abad ke-19 adalah para budak yang diangkut dari berbagai tempat pada masa permulaan zaman itu budak-budak yang diangkut ke Jakarta adalah budak-budak deri pentai Koromandel, dari Malabar, Benggali, dan dari Indonesia sebelah Timur: dari Flores, Sumbawa, Sumba, Timor, Bias, Kalimantan, dan pulau Luzon. Tetapi sumber tetap untuk budak adalah Bali dan Sulawesi Selatan.
Pada akhir abad ke-19 kelompok etnis yang beraneka asalnya itu teleh menjelma menjadi penduduk asli Jakarta yang kemudian dikenal dengan nama "Anak Betawi" termasuk di dalamnya 5 ribu penduduk pinggir kota yang berasal dari Jawa den Sunda.
Penduduk merdeka dari berbagai kelompok etnis itu, pada umumnya, tinggal di kampung-kampung secara terpisah-pisah. Sisa nama kampung mereka hingga kini masih melekat nama kampung seperti: kampung Jawa, kampung Bugis, kampung Ambon, den sebagainya.
Setelan perdagengan budak dihapuskar, pulau Jawa merupakan sumber migrasi penduduk ke kota Jakarta. Menurut senaus 1930 (Castles, I967:166), kurang lebih 50 % penduduk Jakarta adalah kelahiran Betawi {778.953 jiwa), dengan 50% lainnya kelahiran luar Jakarta, yang kelompok terbesarnya berasal dari suku Sunda dan Jawa. Sejak zaman Republik Indonesia, arus urbanisasi ke ibu kota Jakarta ini makin menderas. Pendatang baru itu bukan saja makin banyak jumlahnya, tetapi juga makin beraneka ragam dan status sosialnya"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1977
D219
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhajir
Jakarta: Djambatan, 1984
499.221 MUH m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Nuari
"Skripsi ini membahas perbandingan bentuk dan makna reduplikasi yang terdapat dalam naskah-naskah pada empat periode bahasa di Indonesia: periode bahasa Melayu Kuna, Melayu Klasik, Melayu Peralihan, dan bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian linguistik diakronis dengan metode deskripsi komparatif. Teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori klasifikasi bentuk dan makna reduplikasi yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (2007) yang dikombinasikan dengan teori Abdul Chaer (2008). Hasil dari penelitian ini: dalam periode bahasa Melayu Kuna-bahasa Indonesia, bentuk reduplikasi yang bertahan adalah reduplikasi fonologis, dwilingga, dwilingga berimbuhan (me- dan se-), dan paduan leksem yang mengandung reduplikasi. Adapun makna reduplikasi yang bertahan adalah 'jamak', 'intensif', dan 'iteratif'.

This thesis discusses comparisons reduplicated forms and meanings contained in the manuscripts in Indonesian languages in four periods: the period of Ancient Malay, Malay Classic, Transitional Malay, and Indonesian. This research is a diachronic linguistic with comparative-description method. The theory used in this research is the theory of classification of form and meaning of reduplication expressed by Harimurti Kridalaksana (2007) combined with the theory expressed by Abdul Chaer (2008). The results of this study: in the period of Ancient-Malay-Indonesian language, reduplication's form that still exist are phonological reduplication, dwilingga, dwilingga berimbuhan (me- dan se-), and alloys that contain reduplicated lexemes; and reduplication's meaning that still exist are 'plural', 'intensive', and 'iterative'."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Christina
"Pembahasan mengenai simulfiks yang biasanya terdapat dalam Bahasa non baku jarang sekali ditemukan. Oleh karena itu, penelitian ini dimaksudkan untuk meneliti simulfiks, tcrutama dari segi perubahan morfologisnya. Penelitian ini bertujuan menjelaskan kaidah morfofonemik dan .reduplikasi bentuk simulfiks. Sumber data berasal dari teenlit Nothing But Love. Dalam data ditemukan banyak penggunaan bentuk simulfiks daripada bentuk meng-, yang fungsinya sama-sama membentuk verba. Maka, penelitian ini juga bertujuan menunjukkan kecendrungan perbedaan kemunculan antara penggunaan simulfiks dengan prefiks meng- dalam data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data berupa verba bersimulfiks, dikelompokkan berdasarkan alomorfnya. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori morfofonemik yang telah dikemukakan oleh Kridalaksana (1996) dan teori reduplikasi menurut Simatupang (1983). Data yang berupa verba dengan prefiks meng- juga dikelompokkan untuk kemudian dibandingkan dengan bentuk simulfiks. Perbandingan ini akan menggunakan teori ketransitifan verba menurut Alwi (1993) dan Ramlan (1985). Hasil analisis morfofonemik simulfiks menghasilkan enam kaidah morfofonemik untuk simulfiks N-. Dari hasil analisis bentuk simulfiks yang mendapat proses reduplikasi, didapatkan empat tipe reduplikasi dengan empat macam makna. Hasil perbandingank antara simulfiks dengan prefiks meng- menunjukkan bahwa bentuk simulfiks cenderung memiliki padanan dengan bentuk meng-. Hasil analisis dari sudut ketransitifan menunjukkan bahwa bentuk verba yang paling produktif dalam data adalah bentuk verba transitif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Salamah Arifin
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988
499.251 SIT s (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992
499.221 5 SIS
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Diemroh Ihsan
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas RI, 2002
499.25 DIE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>