Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rudi Kurniawan
"Karya satra lama yang berbentuk naskah perlu diteliti secara mendalam, karena didalamnya tersimpan system nilai adat-istiadat, dan alam paraleluhur kita pada masa lampau, yang dapat diterapkan atau dihindari pada masa sekarang. Syair Nyamuk dan Lalat adalah karya sastra yang simbolik, karena tokoh-tokohnya adalah binatang (serangga-serangga). Serangga-serangga ini berlaku seperti manusia. Setelah diadakan anlisis terhadap isi naskah, maka dapat disimpulkan bahwa tema Syair Nyamuk dan Lalat adalah percintaan, yaitu percintaan nyamuk dan lalat yang berakhir dengan kebahagiaan. Amanat Syair Nyamuk dan Lalat adalah agar kita tidak membohongi diri sendiri dan selalu berusaha dalam menghadapi suatu masalah. Tokoh-tokoh dalam Syair Nyamuk dan Lalat disimbolikan oleh pengarang dalam kelompok nama seranga, yaitu Lalat, Nyamuk, Bari-bari, Agas, dan Tabuhan. Tokoh Lalat dan Nyamuk di lambangkan sebagai golangan bangsawan. Tokoh Bari-bari digambarkan sebagai pesuruh atau dayang tokoh Lalat yang patuh dan setia. Tokoh Agas digambarkan sebagai dayang tokoh Nyamuk yang setia terhadap tuannya. Sedangkan tokoh Tabuhan dilambangkan sebagai orang. pintar di dalam masyarakat pada masa naskah itu ditu1is"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robianto
"Karya sastra lama yang masih berbentuk naskah harus segera diselamatkan, karena bahannya tidak tahan waktu dan iklim tropis. Karya sastra ini juga perlu diketahui dan di_perkenalkan kepada masyarakat, karena banyak menyimpan nilai-nilai kehidupan yang dapat diambil dan diterapkan kepada masyarakat sekarang. Syair pelanduk jenaka adalah sebuah syair yang digubah dari sebuah hikayat yang bernama Hikayat pelanduk jenaka. Setelah diteliti melalui jumlah dan susunan cerita, serta diksinya, dapat disimpulkan bahwa Syair Pelanduk Jenaka ini digubah dari Hikajat Pelandoek Djinaka of de Reinaert de vos der Maleiers voor pers bewerk yang diterbitkan Klinkert pads tahun 1885. Syair Pelanduk Jenaka adalah sebuah cerita binatang yang berbentuk syair. Sebagian orang masih beranggapan bahwa cerita binatang hanya merupakan cerita pengisi waktu dan pengantar tidur saja. Untuk menghapuskan anggapan yang salah itu, dalam penelitian ini dikaji aspek simbolisme dan isi cerita tersebut agar terlihat maksud dan tujuan, serta maknanya yang dalam bagi pembaca. Tokoh-tokoh dalam cerita Syair Pelanduk Jenaka adalah binatang-binatang. Binatang-binatang tersebut melambangkan manusia, misalnya pelanduk (Kancil) melambangkan rakyat kecil yang cerdik yang dapat hidup tanpa mendapat belas kasihan raja. Karena syair ini ditulis dalam bentuk perlambangan, maka syair ini disebut syair simbolik. Tema Syair Pelanduk Jenaka adalah kesadaran akan adanya kekuatan batin dibalik kelemahan fisik; kecerdikan. Amanatnya berupa pesan-pesan atau ajaran-ajaran moral, yaitu;(a) Rakyat kecil pun dapat berbuat separti raja asal mereka mempergunakan akal mereka. (b)Raja tidak bisa mengendalikan rakyatnya hanya dengan me_ngandalkan kekuatan dan kebesaran namanya saja. (c) Jangan memfitnah, menghasut, mengadu domba, dan menganiaya, (d) Masyarakat harus kritis terhadap keadaan yang sedang ter_jadi. Karena Syair Pelanduk Jenaka ini mengandung ajaran-ajaran yang mendidik, maka syair ini disebut syair simbolik didaktik. Syair pelanduk Jenaka berhasil sebagai karya sastra sim_bolik didaktik karena telah memenuhi persyaratan, baik dari segi pemilihan bahan dan cara penyajiannya, maupun tujuan yang hendak dicapai pengarangnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeri Nurita
"Karya sastra lama yang masih berbentuk naskah perlu segera diselamatkan karena kondisi bahannya yang tidak tahan waktu dan iklim tropis, sehingga mudah rusak. Pene_litian yang mendalam terhadap isi naskah juga perlu dilakukan, karena di dalamnya tersimpan sistem nilai, adat -istiadat, dan alam pikiran leluhur kita pada masa lampau, yang dapat diambil dan diterapkan pada masa sekarang. Syair Bayan Budiman adalah karya sastra yang berben_tuk syair simbolik, karena tokoh-tokohnya adalah binatang (burung-burung). Burung-burung ini bertingkah laku seperti manusia. Setelah dilakukan analisis terhadap isi naskah, dapat disimpulkan bahwa tema Syair Bayan Budiman adalah tentang fikih atau hukum-hukum yang berlaku di dalam kehidupan umat Islam. Berdasarkan tema di atas dapat ditarik amanat berupa ajaran bahwa umat Islam hendaknya selalu mengamalkan ilmu agama dan menjalankan perintah-perintah Allah selagi hidup di dunia, sehingga di akhirat nanti tidak akan mendapat siksa neraka. Oleh karena Syair Bayan Budiman mengandung pelajaran akhlak yang mendidik, maka syair ini disebut syair.simbolik yang didaktis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rigeng Dwi Mulyani
"Skripsi ini membicarakan naskah Syair Adham (SA), yang merupakan naskah tunggal. Naskah SA tersebut sekarang tersimpan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, dengan nomor Ml. 277. Tujuan utama penulisan skripsi ini adalah membuat sun_tingan teks SA yang dilengkapi dengan analisis motif, tema, dan amanat serta menelusuri asa1-usul dan fungsi naskah tersebut dalam masyarakat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan intrinsik dan. ekstrinsik, sedangksn metode yang digunakan adalah metode analisis. deakripsi dan analisis historis serta deskripsi komparatif. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa SA mengan_dung motif wasiat sebagai motif utama dan- motif juru tulis, motif fitnah, motif khianat, motif surat, motif balasan yang setimpal sebagai motif pendukung. Selain di dalam SA motif-motif tersebut juga dapat ditemukan dalam cerita-cerita lain yang bersifat didaktis. Tema SA adalah, kepatuhan anak terhadap wasiat yang diberikan oleh orang, tuanya yang dapat mendatangkan keselamatan. Mengutamakan ajaran yang baik kepada anak-anak merupakan amanat utama dalam SA. Di samping ama_nat utama tersebut, SA juga dilengkapi dengan beberapa ama_nat penunjang. Naskah SA dapat diperkirakan sebagai naskah asli yang ditulis oleh pengarangnya, yaitu seseorang yang mempunyai hu_bungan baik dengan pemerintah Hindia Belanda yang berkuasa di Garut pada sekitar abad ke-18. Terminus a quo penulisan nas_kah SA adalah tahun 1856, sedangkan terminus ad ouem-nya ada_lah tahun 1889. Naskah SA selain untuk menyebarluaskan program pemerintah Hindia Belanda di bidang pendidikan, juga untuk mempropagandakan kekuasaan pemerintah Hindia Belanda tersehut di Nusantara, khususnya di Garut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanizah Bt. Hj. Yahya
"Karya sastra lama yang masih berbentuk naskah perlu segera diselamatkan karena kondisi bahannya yang tidak tahan lama sehingga mudah rusak dan hancur. Kerusakan dan kehancuran naskah tidak hanya menyebabkan lenyapnya salah satu peninggalan budaya bangsa, tetapi akan melenyapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Dengan itu penelitian yang mendalam terhadap isi naskah juga perlu dilakukan, karena di dalamnya tersimpan sistem nilai, adat istiadat, dan alam pikiran leluhur kita pada masa lampau, yang dapat diambil dan diterapkan pada masa sekarang. Syair Siti Zawiyah adalah karya sastra tradisional yang berbentuk syair romantis yang menceritakan ketabahan seorang istri dalam menghadapi gejolak hidup berumah tangga. Dengan kepintaran dan ketabahan Siti Zawiyah, yaitu istri Haris Fadilah, segala masalah di dalam rumah tangga dapat diselesaikan. Akhirnya kedua suami istri tersebut hidup bahagia. Setelah isi naskah ini dianalisis, dapat disinpulkan bahwa fungsi Syair Siti Zawiyah adalah pandidikan, nasihat, dan sindiran. ."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Bachtum
"Cerita Damar Wulan sudah terkenal di mana-mana, terutama di kalangan masyarakat lama, khususnja di Jawa Timur. Menurut Soenarto Timoer dalam kata pengantarnya pada Damar Wulan Sebuah Lakon Wayang Kerucil. Cerita Damar Wulan merupakan suatu epos Java yang sangat popular. Orang mengena1nya melalui buku-buku bacaan atau pementasan-pementasan wayang kerucil, langendriya atau sandiwara. Dalam bentuk buku-buku pun telah banyak diterbitkan, baik dalam bahasa Jawa maupun dalam wujud terjemahan.
Penulis telah juga mengenal cerita Damar Wulan secara garis besar, baik melalui buku bacaan atau dari cerita orang. Tertarik pada judul naskah yaitu Sa'ir Damar Wulan, maka penulis pun ingin mengetahuinya secara lebih mendalam, terutama karena cerita Damar Wulan ini ditulis dalam bentuk syair. Sekaligus ingin mengetahui apakah cerita Damar Wulan yang sudah penulis kenal, baik melalui buku."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S10728
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikmah Sunardjo
"Dari penelitian yang sudah dilakukan dalam bab-bab sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan mengenai Hikayat Maharaja Garebag Jagat sebagai berikut: Naskah Hikayat Maharaja Garebag Jagat ini hanya ada satu di dunia, dan berasal dari Taman Bacaan Rakyat di Batavia. Berdasarkan kolofonnya, usia naskah ini masih muda, karena ditulis akhir abad ke sembilan belas. Melihat isi ceritanya, naskah ini ditulis setelah adanya proses pengindonesiaan Mahabhargta, sehingga seolah-olah sudah menjadi milik bangaa Indonesia. Apalagi dengan adanya unsur panakawan, yang merupakan ciri khas Indonesia, karena unsur panakawan ini tidak terdapat di dalam Mahabharata. Ditulis dengan huruf Arab-Melayu dalam bahasa Melayu dialek Betawi, yang juga banyak dipengaruhi bahasa daerah Jawa dan Sunda_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S10880
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fahri
"Palembang sebagai salah satu skriptorium naskah-naskah Melayu mempunyai berbagai macam jenis naskah, mulai dari cerita penglipur lara, syair, naskah pustaka Islam, sastra sejarah, dan cerita wayang. Cerita wayang Palembang berkaitan erat dan mempunyai kesamaan dengan wayang purwa Jawa. Hal ini disebabkan meresap dan bercampurnya budaya Jawa dan budaya lokal Palembang. Salah satu cerita wayang Palembang yang berada di Jakarta adalah naskah MI. 508.
Naskah ini tersimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Setelah ditransliterasi, naskah ini berisi cerita tentang tokoh Raden Gandabardaya yang mencari ayah kandungnya, Arjuna. Cerita Raden Gandabardaya ini dapat dikategorikan sebagai cerita wayang yang tidak bersumber pada teks tertulis, tetapi pada lakon-lakon pertunjukan wayang. Penulis berasumsi bahwa cerita Raden Gandabardaya ditulis sesuai dengan pertunjukan cerita wayang Palembang yang dipentaskan.
Setelah dianalisis struktur cerita seperti tema, alur, amanat, dan kekhasan naskah. Hikayat Raden Gandabardaya (HRG) bertemakan pencarian seorang anak terhadap sosok ayah kandungnya. Alur yang membangun cerita HRG merupakan alur maju yang banyak terdapat lanturan cerita. Amanat yang terdapat dalam HRG adalah jangan menaruh dendam kepada orang lain, kasih sayang orang tua yang besar terhadap anak, dan kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Kekhasan yang terdapat dalam HRG adalah adanya sejumlah kosa kata bahasa Melayu Palembang seperi ngerebut, ngiringkan, bahasa Jawa seperti gusti, kenes, lanang, dan gelar-gelar dari Palembang, seperti Kemas, Mas-agus, Tumenggung, Demang, dan Ngabehi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S10762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahayu Kurniawati
"Karya sastra lama yang masih berbentuk naskah perlu segera diselamatkan. Hal ini disebabkan antara lain karena kondisi naskah yang tidak tahan lama sehingga mudah rusak dan hancur. Kerusakan dan kehancuran naskah tidak hanya menyebabkan lenyapnya salah satu peninggalan budaya bangsa, tetapi akan melenyapkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Penelitian terhadap isi naskah juga perlu dilakukan, karena di dalamnya tersimpan sistem nilai, adat istiadat, dan alam pikiran lelehur kita pada masa lampau yang dapat diambil dan diterapkan pada masa sekarang. Perhimpunan Pantun-Pantun Melayu adalah karya sastra tradisional yang berbentuk puisi yang di dalamnya berisi berjenis-jenis pantun. Setelah isi naskah ini dianalisis, dapat disimpulkan bahwa di dalam naskah Perhimpunan Pantun-Pantun Melayu terdapat pantun yang berisikan cinta dan kasih sayang, telatah dan Cara hidup masyarakat, puji-pujian atau sambutan, dan pantun nasihat dan agama."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Cristomy
"ABSTRAK
Dari penelitian yang telah dilakukan dan, diuraikan dalam bab sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan mengeni. Hill al-Zill sebagai berikut: Naskah Hill al-Zill untuk sementara diketahui terdapat tujuh buah, tiga di Leiden, satu di Amsterdam dan tiga di Jakarta. Naskah yang terdapat di Jakarta berkode M. 339A, ML. 813, dan ML. 109D. Dari ketiga naskah tersebut naskah ML. 339 A lebih lengkap dibandingkan dua naskan lainnya. Oleh sebab itu edisi naskan menggunakan, naskah ,L. 339 A; ini berarti digunakannya metode landasan dalam penyuntingan. Hill al-Zill hasil karya Nur al-Din al -Raniri ditulis ketika Nur al-Din berada di Aceh antara tahun 1636 sampai 1644. Menurut penulisnya, Hill al-Zill ditulis untuk membantah faham Wujudiyah. Hill al-Zill yang bertemakan tasawu1 mempermasa_lahkan hubungan hamba dengan khaliknya. Nur al -Din tidak setuju dengan pendapat Wujudiyah yang mengatakan banwa ham_ba dan khaliknya bisa bersatu. Menurut Nur al-Din, manusia sebagai zill atau bayangan Nur Allah, keberadaannya tergantung pada pemberi cahaya, yakni Allah, sedangkan Allah ti_dak tergantung pada suatu apapun. HZI mempunyai struktur tersendiri; HZ1 mirip esei, dengan struktur peryajiannya yang khas dan ditulis dengan teknik tanya jawab disertai tamsil. Sebagai penasihat agama di kesultanan Aceh Nur al-Din mempunyai tanggung jawab moral untuk menentang faham Wujudiyah_

"
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>