Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206205 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wanda Anita Handayani
"Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai perilaku sintaktis kategori fatis dalam bahasa Indonesia, khususnya kategori fatis bahasa Indonesia yang digunakan remaja sebagaimana yang digunakan dalam majalah Gadis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran perilaku sintaktis kategori fatis dalam rubrik Miss Gaul dan Kara Zodiak di Majalah Gadis bernomor ganjil tahun 2003. Langkah-langkah penelitian ini dimulai dengan (1) menentukan sumber data, yaitu majalah Gadis; (2) memilih kategori fatis yang dapat menduduki posisi di awal, tengah dan akhir kalimat, yaitu nih, ah, tuh, lha, kok, kan, dan ya yang akan digunakan dalam rubrik Miss Gaul dan Kata Zodiak; (3) mengolah data; (4) menganalisis data; dan (5) menarik simpulan. Hasil analisis sintaksis terhadap kategori fatis nih, ah, tuh, lho, kok, kan, dan ya menunjukkan (1) Kategori fatis tersebut dapat menjadi penegas untuk subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap berupa kata atau frase dari berbagai kelas kata dan juga dapat menjadi penegas untuk klausa atau seluruh kalimat. Kategori-kategori fatis yang menduduki posisi di akhir kalimat juga dapat langsung mendampingi sebuah kata atau frase yang merupakan satu-satunya unsur dalam suatu kalimat. Selain itu, kategori-kategori fatis tersebut juga dapat mengikuti atau mendahului suatu ungkapan. Kategori fatis kan, kok, ya, nih dan tuh dapat menjadi padanan dari kata tanya, demonstrative, dan verba dalam ragam nonformal; (2) Posisi kategori fails dalarn kalimat dapat menentukan jenis suatu kalimat; (3) Pendistribusian kategori fatis nih, tuh, ah, Iho, kan, kok, atau ya tidak dapat dilakukan jika kategori-kategori fatis tersebut memiliki fungsi khusus, seperti sebagai penentu jenis kalimat atau padanan sebuah kata; (4) Kategori fatis nih, tub, ah, !ho, kan, kok atau ya juga tidak dapat saling menggantikan jika kategori fatis tersebut memiliki fungsi khusus, seperti sebagai penentu jenis kalimat atau padanan sebuah kata; (5) Sifat tidak opsional kategori fatis ditentukan berdasarkan fungsi kategori fatis tersebut; (6) Terdapat kategori fatis gabungan dengan struktur berdampingan dan terbagi; (7) Kategori fatis dapat menduduki posisi di tengah dan akhir kalimat, sedangkan interjeksi selalu menduduki posisi di awal kalimat atau klausa. Posisi kategori fatis dan interjeksi tidak dapat dipertukarkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrial
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Ayu Puspita Sari
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan keutuhan wacana iklan kosmetika pembersih wajah melalui alat-alat kohesi dari koherensi. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mendeskripsikan keutuhan wacana iklan kosmetika pembersih wajah melalui hubungan antara bahasa dan gambar. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan alat-alat kohesi, koherensi, dan hubungan antara bahasa dan gambar yang muncul pada iklan kosmetika pembersih wajah dalam majalah Gadis tahun 2003. Langkah-langkah penelitian ini dimulai dengan (1) menentukan sumber data, yaitu majalah Gadis; (2) memilih iklan kosmetika yang akan dijadikan sebagai data penelitian sesuai dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: iklan kosmetika yang dimuat dalam majalah Gadis sepanjang tahun 2003, iklan kosmetika yang besarnya satu halaman majalah, iklan kosmetika yang terdiri dari bahasa dan gambar, dan iklan kosmetika dengan jumlah terbanyak; (3) mengolah data, (4) menganalisis data; dan (5) menarik simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alat-alat kohesi yang ditemukan dalam sembilan wacana iklan kosmetika, yaitu (1) elipsis, (2) referensi, (3) konjungsi, dan (4) kohesi leksikal yang berupa reiterasi dan kolokasi, berfungsi menghubungkan unsure-_unsur bahasa sehingga membentuk keutuhan wacana. Selain itu, koherensi unsur-unsur bahasa dalam wacana iklan kosmetika dapat membentuk keutuhan wacana. Akan tetapi, ditemukan juga iklan-iklan yang hanya dapat koheren dengan bantuan gambar sehingga gambar juga berpengaruh dalam keutuhan wacana. Dengan demikian, ditemukan dua kecenderungan, yaitu (1) ada wacana iklan yang hanya dapat koheren dengan bantuan gambar sehingga gambar mempunyai peran penting dalam membentuk keutuhan wacana dan (2) ada wacana iklan yang sudah koheren tanpa bantuan gambar. Gambar hanya ikut mendukung keutuhan wacana iklan-iklan tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Priamsari
1999
S11689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheryska Nurina Sari
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5184
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana Ridoean
"ABSTRAK
Sepintas lalu pemakaian beberapa partikel dalam bahasa Indonesia tidak menimbulkan masalah dalam hal tugas dan posisinya. Tetapi jika kita amati dengan cermat, partikel dalam kalimat mempunyai tugas tertentu. Dalam kalimat-kalimat : Sawah atau ladangkah yang digarapnya ?, Bacalah dengan nyaring !, Mereka pun berjanji, partikel lah., kah, dan pun ternyata mempunyai tugas, yaitu sebagai penegas penghilangan partikel-partikel lah, kah, dan pun tidak mengubah struktur kalimat secara ke_seluruhan, namun dari segi informasi terasa ada perubahan.misalnya : Bacalah dengan nyaring Baca dengan nyaring Mereka pun berjalan Mereka berjalan Dalam kalimat--kalimat tersebut lah, kah, dan pun di_samping bertugas sebagai penegas, juga bertugas sebagai penghalus. Misalnya dalam kalimat (2), kehadiran lah memperhalus kalimat perintah : _

"
1985
S11166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harimurti Kridalaksana, 1939-
Jakarta: UKI- Atma Jaya , 2002
418.007 HAR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Dininggara Maladi
"Sukaraja merupakan desa yang penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain suku bangsa Sunda dan suku bangsa Lampung. Dua suku bangsa tersebut merupakan suku bangsa terbesar di desa Sukaraja. Suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda hidup berdampingan dan saling mempengaruhi kebudayaan satu sama lain. Hal ini terlihat pada penggunaan bahasa Lampung disana yang tersisipi oleh penegas kata (fatis) atuh, jing, dan geh. Ketiga fatis tersebut berasal dari bahasa Sunda. Bahasa Lampung tersisipi ketiga fatis tersebut karena adanya interaksi yang terjadi antar suku bangsa Lampung dan suku bangsa Sunda setiap harinya.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Teknik penelitian yang digunakan yaitu pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hal ini digunakan untuk mengetahui mengapa bahasa Lampung di desa Sukaraja tersisipi oleh fatis dari bahasa Sunda. Kajian pustaka dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam memahami fatis dan fungsi dari fatis itu sendiri serta membantu peneliti memahami mengapa fatis bahasa Sunda dapat menyisipi bahasa Lampung. Selain itu, peneliti juga mempresentasekan jumlah fatis atuh, jing, dan geh yang muncul dalam bahasa Lampung.
Penelitian ini mengkategorikan informan menjadi dua kriteria yaitu informan kunci (key informan) dan informan pendukung. Informan kunci terdiri dari tiga orang. Ketiganya menggunakan nama asli atau peneliti tidak menggunakan nama samaran. Sedangkan informan pendukung adalah beberapa masyarakat suku bangsa Lampung yang tinggal di desa Sukaraja.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa fatis atuh, jing, dan geh dapat menyisipi bahasa Lampung karena pengucapan ketiga fatis tersebut sesuai dengan sumber bunyi dalam bahasa Lampung. Ketiga fatis tersebut juga memiliki fungsinya sendiri. Tiap-tiap fatis memiliki fungsi yang berbeda dari fatis-fatis yang ada dalam bahasa Lampung. Selain itu, faktor kebiasaan juga membuat fatis atuh, jing, dan geh menjadi lazim digunakan di desa Sukaraja.
Kerukunan antar suku bangsa yang terjadi di desa Sukaraja juga membuat masyarakat suku bangsa Lampung dapat menerima dengan baik keberadaan fatis atuh, jing, dan geh dalam bahasa Lampung. Keberadaan ketiga fatis tersebut dalam bahasa Lampung telah disadari oleh suku bangsa Lampung dan membuat mereka merasa semakin kaya dalam berbahasa.

Talbot is a village made up of various ethnic groups such as ethnic and tribal Sundanese Lampung. The two tribes are the largest ethnic group in the village of Talbot. Lampung tribes and ethnic groups coexist and Sundanese culture mutually influence each other. This is seen in the use of language by the Lampung there are shells confirmation word (phatic) atuh, jing, and geh. Phatic third comes from the language. Phatic three shells Lampung language, because of the interaction between Lampung tribes and tribal Sundanese every day.
The approach used in this study is a qualitative approach and quantitative approach. Research techniques used were participant observation and in-depth interviews. It is used to determine why the language of Lampung in Talbot village by the shells of phatic language. Literature review conducted to facilitate researchers in understanding the function of phatic phatic and themselves and to help researchers understand why phatic Sundanese language can menyisipi Lampung. In addition, the researchers also mempresentasekan number phatic atuh, jing, and geh which appeared in Lampung.
This study categorizes the informant to two criteria: the key informants (key informants) and supporting informants. Key informants consisted of three people. All three use real names or the researchers did not use a pseudonym.While informants are supporting some ethnic communities living in rural Lampung Talbot.
Based on the survey results revealed that phatic atuh, jing, and can geh menyisipi third language pronunciation phatic Lampung because according to the source of sound in the language of Lampung. Phatic Third also has its own function. Phatic each having different functions of phatic-phatic that exist in Lampung. In addition, the habit also makes phatic atuh, jing, and geh became prevalent in rural Talbot.
Harmony among ethnic groups occurred in the village of Talbot also made Lampung ethnic communities may welcome the presence of phatic atuh, jing, and geh in Lampung language. The existence of the third phatic language has been recognized by the Lampung Lampung tribe and make them feel even richer in the language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saadah
"Panggilan dalam bahasa Arab yang mempergunakan partikel /ya/, dalam tataran sintaksisnya dapat di_tinjau berda_sarkan kata yang dipanggil atau yang disebut vokatif. Vo_katif dapat mengalami pelesapan satu atau dua huruf ter_akhir pada suatu kata yang memiliki hukum tertentu. Bahkan pada beberapa bentuk frase dapat mengalami pelesapan kata terakhir. Analisis dilakukan dengan mengemukakan teori-teori para ahli linguis, baik secara umum maupun secara linguistik Arab. Setelah teori diperoleh, maka analisis dilakukan berdasarkan landasan teori yang dipakai sebagai dasar pem_bahasan. Tujuan analisis adalah untuk memperoleh suatu gamba_ran yang jelas tentang vokatif bahasa Arab dalam tataran sintaksis dan segala permasalahannya dalam gramatikal bahasa Arab."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S13386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najwa Shirfa Maghfira Nur
"Penelitian ini fokus pada analisis sintaksis kosa kata warna dasar dalam Al-Qur'an dengan menerapkan teori sintaksis yang dikembangkan oleh Nur (2018), yang menekankan pada hubungan antara fungsi dan kategori sintaksis. Warna sebagai elemen penting dalam kosa kata Al-Qur'an, menempati fungsi dan kategori sintaksis yang beragam dalam Al-Qur’an. Kajian ini mengidentifikasi kata warna dasar dalam Al-Qur’an berdasarkan fungsi dan kategori sintaksisnya. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa kosa kata warna dasar dalam Al-Qur’an termasuk dalam 4 kategori, yaitu verba perfektif, verba imperfektif, nomina, adverbia, dan adjektiva dengan fungsi yang berbeda-beda. Sehingga penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana kosa kata warna dasar menempati berbagai fungsi dan kategori dalam sintaksis di dalam Al-Qur’an.

This research focuses on the syntactic analysis of basic color vocabulary in the Qur'an by applying the syntax theory developed by Nur (2018), which emphasizes the relationship between function and syntactic categories. Color, as an important element in the Qur'an's vocabulary, occupies various functions and syntactic categories in the Qur'an. This study identifies the basic color words in the Qur'an based on their syntactic functions and categories. The results of this research reveal that the basic color vocabulary in the Qur'an falls into 4 categories: perfective verbs, imperfective verbs, nouns, adverbs, and adjectives, each with different functions. Thus, this research provides insight into how basic color vocabulary occupies various functions and categories in the syntax of the Qur'an."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>