Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faizah
"Luas Pemakaian dialek Jakarta, secara geografis, melebihi daerah administratif Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Walaupun hubungan kebahasaan antarpenduduk di daerah ini berlangsung lancar, namun sebenarnya dialek itu secara garis besar terbagi ke dalam dua subdialek geografis, yaitu subdialek Dalam Kota atau Tengahan dan subdialek Pinggiran (Muhadjir, 1984: 1 - 6). Secara singkat dapat dijelaskan di sini bahwa yang memisahkan kedua jenis subdialek tersebut antara lainadalah perbedaan ciri fonologisnya, yaitu sebagian besar vokal akhir yang dalam bahasa Indonesia diucapkan _a_ dalam subdialek Dalam Kota Diucapkan ? seperti pa_da kata man?. 'mana', ap? 'apa', dan dalam subdialek Pinggiran vokal yang sama itu diucapkan ah atau d? seperti mana, apa, kaga? 'tidak'. (Kahler, 196: 8). Namun, ada sebagian kampung yang terdapat di daerah Kebon Jeruk ini memiliki ciri fonetis yang berbeda, baik dengan subdialek Dalam Kota maupun subdialek Pinggiran seperti tersebut di atas. Misalnya, vokal a akhir dalam bahasa Indonesia itu, diucapkan dengan ?? seperti du?, _dua' , kaga? 'tidak', raw? 'rawa'. Karena itulah, maka daerah Kebon Jeruk ini menarik untuk diteliti dari segi penampilan lafalnya. Di lain pihak, seperti sudah dijelaskan pada 1.1.1, daerah ini berbatasan langsung dengan daerah Tangerang yang merupakan daerah penutur dialek Jakarta Pinggiran, dan juga berbatasan dengan Slipi, yang menggunakan dialek Jakarta Tengahan serta dari segi geografis dikatakan sebagai daerah suburban. 'Selain itu, di daerah ini juga telah terjadi pembangunan secara besar-besaran, seperti dengan berdirinya perumahan-perumahan mewah, misalnya perumahan Tomang City Garden, Green Ville, Taman Ratu, Putri Indah dan perumahan Taman Kebon Jeruk. Juga dengan dibangunnya jalan tol yang menghubungkan Jakarta dengan Merak yang akhirnya memisahkan kecamatan ini menjadi dua bagian. Dalam situasi yang demikian, akan memungkinkan adanya anggapan bahwa dialek yang digunakan oleh para penduduk setempat akan cepat berbaur dengan dialek pendatang, bahkan mungkin akan hilang keasliannya sama sekali. Dan, karena letak geografisnya itu, juga menimbulkan pertanyaan, subdialek Jakarta apakah yang dipakai disini"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chairitha Rahmasani
"ABSTRAK
Kaur sebagai salah satu kabupaten di Bengkulu memiliki variasi bahasa yang tinggi karena terdapat banyak variasi dialek. Untuk memperjelas gambaran mengenai batas dan persebaran variasi yang dimaksud, dilakukan penarikan garis isogloss berdasarkan perhitungan dialektometris yang kemudian di generalisasi dengan batas fisik berupa sungai, jurang, gunung atau bukit, dan hutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan penyebutan kata dalam budaya pertanian, Bahasa Pasemah di Kabupaten Kaur memiliki empat variasi, yaitu Dialek Besemah, Semende, Kaur, dan Nasal. Batas fisik yang memiliki pengaruh paling dominan membentuk isogloss dialek Bahasa Pasemah dalam budaya pertanian di Kabupaten Kaur adalah sungai.

ABSTRACT
Kaur as one of the districts in Bengkulu has a high variation of the language because there are many variations of dialect. To clarify the idea of the boundary and the distribution of variation in question, the line of withdrawal isogloss based on dialectometric calculations than generalize it with physical limits of the area, that is river, slope, mountains or hills and forest. The results of this study indicate that in the naming based of agricultural, Pasemah Language at Kaur Regency has four variations, that is Besemah, Semende, Kaur, and Nasal Dialect. Physical boundary that has the most dominant influence of the isogloss dialect in Pasemah Language forms based of agricultural naming is river."
2014
S53883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwaji
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981
419.222 SUW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1979
499.2 FUN (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini memuat tulisan peserta no. 14 dalam lomba dialek KBG yang diadakan tahun 1912-1913. Penulis adalah ?X?, yaitu nama samaran atau kode yang dipakai supaya nama penulis tidak diketahui juri lomba. Naskah ini berisi kajian tentang dialek Bojanagara. Rincian isinya sebagai berikut: 1. Paramasastra, berisi tentang sistem vokal, konsonan dan akhiran ?mu. 2. Daftar kata khas Bojanagara beserta contoh penggunaannya dalam kalimat. 3. Percakapan yang memperlihatkan sopan santun berbahasa dalam dialek Bojanagara. Percakapan terjadi antara anak dan ibu, yang tua dan yang muda, dan sesama teman. 4. Permainan anak-anak, berisi jenis permainan, cara melakukannya dan lagu anak-anak yang dinyanyikan. 5. Daftar nama anak lelaki dan perempuan yang sering dipergunakan di daerah Bojanagara dan susunan tidak alfabetis. Untuk keterangan umum lomba dialek KBG, lihat BA.128; lihat pula BA.129, h.835-855 untuk salinan ketikan naskah ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BA.166-Bau 109
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.221 7 KAR g (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990
499.27 GEO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Munawarah
"Penelitian ini mengenai geografi dialek Madura yang digunakan di Pulau Madura dan di daerah "Tapal Kuda" di wilayah Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan daerah pakai serta daerah sebar variasi-variasi kebahasaan pada bahasa Madura di Jawa Timur serta menganalisis sejauh mana bahasa Madura di daerah "Tapal Kuda" itu mempunyai kesamaan atau kemiripan bentuk dengan bahasa Madura di Pulau Madura. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan berapa dialek bahasa Madura baik yang ada di Pulau Madura maupun di daerah "Tapal Kuda", serta dialek mana yang mempunyai daerah sebar paling luas.
Penelitian ini menetapkan sepuluh kabupaten atau kotamadya untuk dijadikan titik pengamatan. Empat titik pengamatan di Pulau Madura, yaitu Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan; serta enam titik pengamatan di "Tapal Kuda" Jawa Timur, yaitu Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi, Jember, Lumajang, dan Bondowoso. Metode penentuan dialek menggunakan penghitungan dialektometri leksikal dan dialektometri fonetis.
Dari hasil penghitungan dialektometri leksikal di Pulau Madura hanya ditemukan perbedaan sub-dialek antara Pamekasan dan Bangkalan, sedangkan di daerah "Tapal Kuda" di Jawa Timur ditemukan perbedaan dialek antara Situbondo dan Jember. Adapun dari penghitungan dialektometri fonetis ditemukan empat dialek bahasa Madura yang terdapat di Pulau Madura dan di daerah "Tapal Kuda" di Jawa Timur. Dialek 1 digunakan di Sumenep dan Situbondo, dialek 2 digunakan di Pamekasan, Sampang, Probolinggo, Jember, dan Bondowoso, dialek 3 digunakan di Bangkalan, serta dialek 4 digunakan di Banyuwangi dan Lumajang. Jadi dialek 2 merupakan dialek yang mempunyai daerah sebar paling luas.

This research discusses the dialect geography of Madurese used both in Madura Island and the "Tapal Kuda" region of East Java. The aims of this research are to describe the dialect regions and the dialect spread regions of Madurese, and to analyze the degree of similarities and resemblance found in the "Tapal Kuda" region Madurese used in Madura Island. Besides, this research also aims at determining how many dialects of Madurese used both in Madura Island and the "Tapal Kuda" region, and to observe which Madurese dialect is the most widely spread as well.
In the research methodology, ten regencies or cities become the observation points. In Madura Island four observation points are Sumenep, Pamekasan, Sampang and Bangkalan; whereas, in the "Tapal Kuda" region six observation points are Probolinggo, Situbondo, Banyuwangi, Jember, Lumajang and Bondowoso. Both lexical and phonetic dialectometry are then used as the tools to determine the dialects.
As the result of lexical dialectometry, in Madura Island, the difference of subdialects is only found between Pamekasan and Bangkalan, while in the "Tapal Kuda" region the difference of dialect is only found between Situbondo and Jember. On other hand, as the result of phonetic dialectometry, this research finds four dialects of Madurese used both in Madura Island and the "Tapal Kuda" region. Dialect 1 is used in Sumenep and Situbondo. Dialect 2 is used in Pamekasan, Sampang, Probolinggo, Jember and Bondowoso. Dialect 3 is used in Bangkalan. Dialek 4 is used in Banyuwangi and Lumajang. Therefore, based on the finding of phonetic dialectometry, dialect 2 is the most widely spread dialect of Madurese.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T19505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Respati Danardhono
"Skripsi ini adalah hasil penelitian dialektologi di Kabupaten Cilacap Jawa Tengah. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui wilayah-wilayah bahasa yang ada di lokasi tersebut. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah situasi kebahasaan di lokasi yang sangat menarik yaitu penggunaan dua bahasa secara teratur oleh penutur-penuturnya. Dengan dilandasi teori-teori yang mendukung munculnya kemungkinan-kemungkinan masalah kebahasaan di wilayah seperti itu, penelitian ini pun dilakukan.
Penelitian ini menggunakan metode langsung. Peneliti langsung datang ke objek penelitian, dan melakukan wawancara berdasarkan daftar tanyaan yang telah disiapkan, berupa tanyaan leksikal dan kalimat. Jumlah percontoh sebanyak 42 desa, di seluruh wilayah Kabupaten Cilacap.
Hasil yang didapat adalah telah ditentukannya dua wilayah bahasa di Kabupaten Cilacap. Penelitian ini pun telah mendukung usulan Lauder tentang modifikasi persentase pemilahan bahasa Guiter (1973). Untuk peta leksikal. Hasil lainnya adalah menemukan kekurangsesuaian persentase Guiter (1973) untuk larak fonetis pada kondisi Kabupaten Cilacap. Untuk masalah tersebut, penulis telah mengusulkan untuk memodifikasi kembali persentase Guiter (1973) tentang jarak fonetis, disesuaikan denaan kondisi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianus Akun Danie
Jakarta: Balai Pustaka , 1991
499.27 JUL k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>