Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 96764 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Palupi Damardini
"Palupi Damardini. Cerita Si Pitung sebagai Sastra Lisan: Analisis terhadap Struktur Cerita (di bawah bimbingan Puden_tia MPSS, M.A.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia. 1993. Tujuannya untuk mengetahui apakah Cerita Si Pitung dapat digolongkan sebagai sastra lisan dan menganalisis struktur cerita tersebut (dalam konteksnya sebagai sastra lisan, latar, dan penokohan cerita tersebut. Data primer diperoleh dari narasumber yang merupakan penduduk asli Betawi. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Cerita Si Pitung dapat digolongkan sebagai sastra lisan. Struktur ceritanya merupa--kan gabungan dari dua teori, yaitu teori Propp dan Olrik. Sedangkan latar cerita dibagi menjadi dua golongan, yaitu latar fisik dan latar sosial. Latar sosial dalam cerita tersebut ternyata erat kaitannya dengan kondisi sosial dan historis masyarakat Betawi. Penokohan dalam cerita berpusat pada Pitung sebagai tokoh sentral."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panuti Hadimurti Mohamad
Jakarta: Pustaka Jaya, 1992
899.221 PAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzah Muhammad Al Ghozi
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan mengungkap representasi kekuasaan Jawa dan kritik terhadap praktik kekuasaan Jawa, serta urgensi dari strategi narasi dalam novel Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi karya Yusi Avianto Pareanom yang merupakan interpretasi ulang cerita dongeng "Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling-Wesi" pada teks Babad Tanah Jawi. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi dianalisis menggunakan teori Stuart Hall (2003), Benedict R.O'G Anderson (1984 & 2000), dan Koentjaraningrat (1984). Hasil analisis representasi yang mengupas unsur-unsur struktur memperlihatkan Gilingwesi sebagai kerajaan yang paling unggul dalam kontestasi kekuasaan pertama antarkerajaan yang merepresentasikan kekuasan Jawa. Gilingwesi dipimpin tokoh raja Watugunung dengan tiga kriteria kepemimpinan, antara lain kharisma, kewibawaan, dan kekuasaan dalam arti khusus. Analisis tentang kritik memperlihatkan bahwa kritik novel terhadap praktik kekuasaan Jawa direpresentasikan lewat praktik kekuasaan Gilingwesi dalam kontestasi kedua dengan Gerbang Agung, kerajaan yang memenuhi beberapa karakteristik dari kekuasaan Jawa. Empat komponen praktik kekuasaan Jawa yang dikritik, yaitu (a) wahyu dan kharisma; (b) alam semesta dan pusat kekuasaan; (c) laku tapa dan kuasa-kesaktian; serta (d) etika priyayi dan keturunan. Kesimpulannya, Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi mengajukan empat kritik terhadap praktik kekuasaan Jawa, antara lain tokoh perempuan, laku tapa, moralitas, dan juru selamat. Urgensi dari strategi narasi diperlihatkan melalui Sungu Lembu sebagai narator cerita yang melalui kesaksian dan pandangan kritisnya merepresentasikan kekuasaan Jawa dan mengkritik praktik kekuasaan Jawa.

ABSTRACT
This thesis discusses the representation of Javanese power and the criticism of Javanese power practice, and the urgency of the narrative strategy in Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi by Yusi Avianto Pareanom which is a reinterpretation of the story entitled "Prabu Watu-Gunung dari Negeri Giling-Wesi" in Babad Tanah Jawi text. Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi is analyzed by using the theory of Stuart Hall (2003), Benedict R. O'G Anderson (1984 & 2000), and Koentjaraningrat (1984). The result of representation analysis that explores structural elements of the novel shows Gilingwesi as the most superior kingdom in the first power contest which its represents the power of Java. Gilingwesi is led by the king of Watugunung which has the three criteria of leadership, such as charisma, authority, and power in a special sense. The analysis of criticism indicates that the critique of the novel toward Javanese power practice is represented by Gilingwesi's power practice in second contestation against Gerbang Agung, a kingdom that fulfills some characteristics of Javanese power. The four components of Javanese power practice that are criticized, namely (a) wahyu and charism; (b) the centre of power and the universe; (c) tapa behavior and supranatural- power; and (d) priyayi ethics and heredity. To sum up, Raden Mandasia Si Pencuri Daging Sapi presents four criticisms of Javanese power practice, including female characters, tapa behavior, morality, and savior. The urgency of the narrative strategy is shown by Sungu Lembu as the narrator which through its witnesses and its critical view represent the power of Java and criticize the practice of Javanese power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50469
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Sukur
"Ramadhan K.II. adalah salah satu pengarang Indonesia yang konsisten di dalam menciptakan karya-karyanya. Kekonsistensiannya itu dapat dibuktikan dan tema-tema karyanya yang cenderung memilih tema tentang ketimpangan-ketimpangan sosial yang ada di dalam masyarakat Indonesia, yakni berkisar pada bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, hukum, agama, serta moral dan korupsi- Hal ini dapat diperhatikan dari beberapa karyanya, seperli Royan revolusi (1971), Kemelut Hidup (I 977), Keluarga Permana (1975), dan ladang Perminus (1990).
Masalah ketimpangan-ketimpangan sosial yang diangkat Ramadhan K II. itulah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti salah satu karya dari sastrawan ini, yakni novel Ladang Perminus. Pemilihan atas novel ini dilatarbelakangi oleh beberapa kenyataan yang tampak di dalam novel Ladang Perminus ini menyerupai keadaan tertentu di dunia nyata- Selain itu, penulis menganggap bahwa penelitian terhadap novel Ladang Perminus ini perlu dilakukan karena tampaknya penelitian secara khusus terhadap novel ini belum pernah dilakukan.
Hasil dari penelilian yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa peristiwa-perisliwa yang terjadi dalam novel Ladang Perminus ruemiliki kemiripan dengan realitas yang terjadi pada kondisi politik dan perekonomian 1ndonesia sekitar tahun 1970-an, terutama berkaitan dengan kasus krisis ekonomi yang dialami Pertamina semasa lbnu Sulowo menjabat sebagai direktur utamanya. Selain itu, pengarang melalui tokoh-tokohnya membawa kritikan serta pesan moral yang berhubungan dengan masalah korupsi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hartanti
"Penelitian mengenai struktur cerita Kitab Omong Kosong (KOK) dan Ramayana ini menggunakan pandangan Teeuw, Sudjiman, Goldmann, dan Pradotokusumo. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan perubahan-perubahan struktur cerita Ramayana dalam KOK sehingga terlihat perbedaan kedua cerita tersebut dan menunjukkan adanya transformasi. Dalam KOK, awalnya diceritakan kisah Ramayana, di mana Rahwana berhasil dikalahkan Rama. Rahwana terus menebarkan kejahatan kepada umat manusia melalui gelembung-gelembung kejahatan yang dikeluarkannya. Tidak terkecuali kepada Rama, raja yang dikenal bijaksana ini. Sinta dituduhnya tidak setia, akibatnya, Sinta memilih lari dari Ayodya. Dan segi struktural dalam KOK, ada sejumlah unsur yang mengalami perluasan, menjadi intisari suatu episode, dimodifakasi, atau tetap dipertahankan sesuai dengan cerita aslinya. Alur cerita Ramayana dijadikan entry point sehingga terbentuk cerita baru. Untuk merangkai peristiwa dalam cerita baru, pengarang menambahkan dua tokoh sentral baru, Satya dan Maneka, yang bertugas mengembangkan cerita. Selain itu, ada juga perubahan karakter beberapa tokoh seperti Rama, Sinta, dan Laksmana dan peralihan peran dari Rama-Sinta ke Satya-Maneka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Setiyowati
"Analisis mengenai latar sosial, latar fisik, latar waktu, serta hubungan antara latar dengan tokoh, penokohan, dan alur novel Dan Perang pun Usai karya Ismail Marahimin bertujuan untuk membukikan bahwa latar merupakan unsur yang paling menonjol. Dalam penelitian di atas penulis menggunakan pendekatan ekstrinsik dan intrinsik. Pendekatan ekstrinsik digunakan penulis dalam membahas latar sosial, latar fisik, dan latar waktu Dan Perang pun Usai. Dalam analisis tersebut penulis membahas ketiga latar novel itu dengan mengacu pada sejarah bangsa Indonesia atau khususnya pada masa penjajahan Jepang. Pendekatan intrinsik dipakai penulis dalam membahas hubungan latar Dan Perang pun Usai dengan unsur fiksi lainnya, yaitu tokoh, penokohan, dan alur. Jadi, pendekatan ini mengkhususkan diri pada unsur karya itu sendiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa ciri khas novel Dan Perang pun Usai adalah menggunakan acuan sejarah sebagai sumber utamanya. Hal ini terlihat jelas dari latarnya. Cerita terjadi pada masa penjajahan Jepang di Indonesia, dan mengambil tempat di daerah Teratak Buluh, Riau. Keadaan sosial yang digambarkan dalam novel tersebut sangat mendekati realitas. Selain mengandung unsur politik, sejarah, dan sosial budaya, latar novel Dan Penang pun Usai juga. menyokong unsur fiksi lainnya, yaitu tokoh dan alur. Keadaan, tempat, dan suasana dalam cerita memberikan gambaran kepada pembaca akan watak tokoh dan tindakan tokoh. Alur Dan Perang pun Uati tidaklah tunggal; alurnya bercabang-cabang dan banyak alur bawahan dari tiap-tiap tokohnya. Keadaan alur yang tidak tunggal dan bercabang_-cabang sejalan dengan suasana perang dalam cerita yang penuh kemelut. Alur bawahan tersebut membuat latar sosial novel tersebut bervariasi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S11156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlis Nur Mujiningsih
Jakarta: Pusat Bahasa, 2003
899.221 ERL t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Maria Coster-Wijsman
Jakarta: Pustaka Jaya, 2008
899.223 209 LIN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winarti
"
ABSTRAK
Cerita miyangga erat sekali hubungannya dengan lingkungan masyarakat desa Buaran. Sebuah desa yang terletak di kelurahan Pangebatan, kecamatan Bantarkawung, kabupaten Srebes, Jawa Tengah. Cerita ini termasuk tradisi lisan karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tersebar tidak dalam bentuk tertulis, bersifat anonim, dan karena diturunkan secara lisan, maka terjadi perubahan, baik itu penambahan maupun pengurangan jalan cerita.
Masyarakat beranggapan bahwa Miyangga ini benar-benar ada, sehingga menjadi mitos dan mempengaruhi tindakan mereka. Dengan demikian, cerita ini, secara tidak langsung, mengatur dan mengawasi tingkah laku dan tanggapan masyarakat terhadap makhluk ini.
Namun, sebagai sastra lisan, penuturan cerita ini menghadapi kendala. Kesempatan untuk menuturkan cerita ini, selain jarang didapat, baik itu kepada anggota segenerasi maupun kepada generasi berikutnya, perubahan zaman/teknologi yang semakin maju ternyata tidak begitu saja memberi peluang untuk kelancaran penyebaran cerita ini.
"
1998
S11069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>