Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9202 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agus Irianto
Jakarta: Rajawali, 2010
629.13 AGU m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Irianto
Jakarta: Grasindo, 1999
629.13 AGU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moore, Kenneth C.
California: Security World, 1976
629.136 13 MOO a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Yuli Zulkifli
"Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan kegiatan penerbangan yang padat setiap harinya. Dalam hal ini, maka keamanan penerbangan sangat penting diperhatikan oleh berbagai pihak. Salah satu isu utama adalah keamanan pada landasan pacu yang harus terbebas dari berbagai objek (Foreign Object Debris =FOD) yang dapat menimbulkan kecelakaan pada pesawat terbang. Keadaan tersebut berbahaya bagi keselamatan para penumpang dan menimbulkan kerugian bagi operator penerbangan dan pengelola bandara. Adapun teknologi yang dapat digunakan untuk solusi tersebut dengan pendekatan Computer Vision menggunakan kamera long range. Teknologi ini menggunakan deep learning atau biasa dikenal dengan Artificial Intelegent (AI). Sistem deteksi FOD ini telah mampu mendeteksi 13 jenis objek sebagai FOD. Dengan ketinggian kamera kurang lebih 8 meter dari permukaan tanah, sistem dapat mendeteksi FOD sekecil baut mur pada jarak 50 meter, sedangkan pada jarak 200 meter, FOD sebesar botol minum dan kardus masih dapat terdeteksi. Apabila ingin mendeteksi objek yang sangat kecil seperti baut mur pada jarak lebih dari 200 meter maka diperlukan kamera dengan kemampuan perbesaran yang lebih tinggi lagi. Pekerjaan ini telah diselesaikan secara profesional dengan menjalankan prinsip dasar kode etik insinyur dan senantiasa memperhatikan Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (K3L).

Indonesia is the largest archipelagic country in the world with heavy flight activities every day. Therefore, aviation security is very important to be considered by various parties. One of the main issues is security on the runway which must be free from Foreign Object Debris (FOD) that can cause accidents to aircraft. This situation is dangerous for the safety of passengers and causes losses for flight operators and airport managers. The technology proposed for this solution is the Computer Vision approach using a long range camera. This technology uses deep learning as part of Artificial Intelligence (AI). This FOD detection system has been able to detect 13 types of FOD. With a camera placed aproximately 8 meters from the ground, the system can detect FOD as small as a bolt at a distance of 50 meters, while at a distance of 200 meters, FOD as large as a drinking bottle and cardboard can still be detected. If a need to detect very small objects such as bolts at a distance of more than 200 meters, a camera with a higher magnification capability is needed. This work has been completed professionally by carrying out the basic principles of the engineer's code of ethics and always paying attention to Security, Safety, Health and Environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Subagio S.
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang manfaat penggunaan kacamata merah sebagai alat bantu dan memperpendek waktu adaptasi gelap (WADG) awak pesawat TNI-AU / ABRI di dalam simulator "Night Vision Trainer" (NVT) Lakespra S. Kacamata mata merah telah digunakan oleh awak pesawat untuk membantu proses adaptasi gelap, tetapi belum dilakukan penelitian tentang manfaat dari alat tersebut.
Disain penelitian bersifat pre dan post eksperimen laboratorium tanpa kontrol. Sampel dengan syarat stakes I-II Jukniskesau 1993 diambil secara acak sederhana dari populasi awak pesawat TNI-AU / ABRI yang datang ke Lakespra S untuk "medical examination" (medex) dan mendapatkan Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi (ILA) secara rutin. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 171 awak pesawat, terdiri dari 86 penerbang dan 85 non penerbang.
Hasil penelitian menunjukkan
- Rata-rata WADG dengan memakai kacamata merah 27 men it 16 detik lebih cepat secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG tanpa memakai kacamata merah yaitu 30 menit 13 detik (p < 0,001).
- Terbukti bahwa umur dan merokok merupakan faktor perancu terhadap proses adaptasi gelap / WADG.
- Rata-rata WADG awak pesawat umur < 30 tahun lebih cepat secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG awak pesawat umur > 30 tahun.
- Rata-rata WADG awak pesawat tidak merokok lebih cepat secara bermakna dibandingkan rata-rata WADG awak pesawat yang perokok.
- Rata-rata WADG pada penerbang lebih pendek secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG non penerbang.
- Lama sebagai anggota ABRI / awak pesawat seiring dengan umur yang juga bermakna terhadap WADG tanpa kacamata merah dan WADG dengan kacamata merah. Semakin lama bekerja, semakin tua umurnya dan semakin lama WADG.
- Rata-rata WADG awak pesawat yang memakai kacamata hitam/"sunglasses" bila berada di bawah sinar yang many-Haulm / matahari lebih cepat secara bermakna dibandingkan dengan rata-rata WADG tidak memakai kacamata hitam.

ABSTRACT
A study had been carried out using the Night Vision Trainer (NVT) simulator on the efficacy of red lens goggles as a tool to shorten the dark adaptation time (DAT) among the aircrews of the Indonesian Air Force / Indonesian Armed Forces. The red lens goggles had been used for quite a long time among the aircrews but there was no evaluation study to indentify its usefulness.
The design of the study was pre and post laboratory experiment with no control. The sample of the study were aircrews with the pre requisities "Stakes I - II Jukniskesau 1993" who came to Lakespra S. for medical examination (Hedex) and got Indoctrination and Aerofisiological Training routinely. The number of the samples collected were 171 aircrews consisted of 86 pilots and 85 non pilots.
The result of the study were as follows
- the mean of the DAT using red lens gloggles was 27 minutes 16 seconds is significantly shorter compare to not using red lens goggles of 30 minutes 13 seconds (p < 0,001).
- age and smoking were proved to be the confounders to the DAT.
- the mean of the DAT among aircrews with age < 30 years old is significantly shorter compare to the mean of DAT among aircrews with age ? 30 years old.
- the mean of the DAT among smoking aircrews is significantly longer compare to not smoking.
- the mean of the DAT among pilots is significantly shorter than among non pilot.
- both the length of time as Indonesian military and as aircrew member-ships along with increasing the age are significantly longer to the mean of the DAT both with and without red lens goggles. The longer working, the older of aircrew the longer the DAT.
- the mean of the DAT among those who wear sunglasses when they were in open area is significantly shorter than those who were not wear sunglasses.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Prasetya Ade Nugroho
"Tantangan yang dihadapi mobile robot pada operasi search and rescue adalah otomatisasi. Dalam mewujudkan mobile robot yang benar-benar otomatis, terdapat 3 permasalahan yang perlu dipecahkan. Permasalahan tersebut adalah lokalisasi, pemetaan, dan perencanaan rute. Di antara ketiga permasalahan tersebut, permasalahan paling fundamental yang harus dipecahkan adalah lokalisasi. Salah satu algoritma yang dapat digunakan untuk melakukan lokalisasi adalah Extended Kalman Filter (EKF). Kelebihan algoritma ini antara lain dapat diterapkan pada sistem mikrokontroler 8 bit sekalipun. Pada beberapa penelitian, implementasi algoritma ini membutuhkan banyak sensor. Implementasi algoritma ini pada sistem dengan sumber daya sensor minimal membutuhkan strategi khusus. Penelitian ini akan menguji performa dua metode yang digunakan untuk implementasi lokalisasi berbasis Extended Kalman Filter, yaitu landmark detection dan line extraction. Implementasi dilakukan dengan menggunakan strategi khusus untuk menyesuaikan dengan keadaan robot yang memiliki sumber daya sensor minimal. Untuk landmark detection, strategi yang dilakukan adalah mempartisi dinding area uji, kemudian hasil partisi tersebut dianggap sebagai landmark. Untuk line extraction, proses ekstraksi baru dilakukan setelah robot bergerak maju tiga kali dan mendapat tiga titik. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa strategi landmark detection memiliki performa yang lebih baik daripada strategi line extraction, dengan error posisi x dan y dibawah 3 cm dan error orientasi dibawah 5 derajat.

A challenge that must be overcome by a mobile robot used in a search-and-rescue operation is automation. To realize truly autonomous mobile robot, there are three problems that need to be solved. Those problems are localization, mapping, and path- planning. Among those three problems, the problem of localization is the most fundamental problem that need to be solved. One of the algorithm that can be used to localize a mobile robot is Extended Kalman Filter. The advantage of applying Extended Kalman Filter (EKF) for localization is that this algorithm can be implemented even on 8-bit microcontroller based system. On some research, implementation of the EKF needs many sensors. Implementation of this algorithm on a system with minimum sensor resource needs a special strategy. This research will test the performance of two methods used to implement EKF-based localization, namely landmark detection and line extraction. The method is implemented using a special strategy to cope with the minimal sensor resource provided. To implement landmark detection method, the wall of testing environment is partitioned and then each partition is treated as an individual landmark. To implement the line extraction method, the extraction process is done after the robot moves forward three times and detect three points. The result gotten shows that landmark detection strategy gives better performance than line extraction strategy with the error of x and y position below 3 cm and orientation error below 5 degrees."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S377
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wulan Piniji
"[ABSTRAK
Industri penerbangan tumbuh begitu cepat dalam dua dekade. Jumlah
penumpang meningkat drastis. Di lain pihak, airline menghadapi tantangan terkait
dengan capacity yang bisa disediakan dan faktor eksternal. Meningkatnya
permintaan perjalanan udara tidak selalu sejalan dengan meningkatnya
keuntungan karena industri penerbangan harus berkompetisi dengan rivalnya.
Deregulasi industri penerbangan telah mengubah pintu masuk dan pintu keluar
menjadi lebih fleksibel.
Studi lebih lanjut mengenai penentu profitabilitas industri penerbangan
diperlukan untuk mengetahui faktor yang menjadikan industri ini menguntungkan.
Dengan menggunakan regresi linear berganda, penelitian ini menguji sisi operasi,
keuangan, dan kompetisi terhadap profitabilitas maskapai penerbangan. Hasil dari
penelitian ini mengkonfirmasi penelitian sebelumnya bahwa operasional memberi
dampak terhadap profitabilitas maskapai. Beberapa faktor diuji. Jumlah pesawat
memberi dampak positif terhadap profitabilitas. Meski begitu, peningkatan ini
bisa dilakukan dengan bergabung aliansi sebagai bagian strategi untuk tumbuh.
Sedang tingkat isian pesawat tidak memberi pengaruh.
Konsentrasi trafik perjalanan udara sebagai ukuran kompetisi telah memberi
informasi bahwa hal ini berpengaruh terhadap profitabilitas maskapai.
Peningkatan konsentrasi dapat dilakukan melalui penambahan rute dan frekuensi
penerbangan. Selain itu, maskapai bisa menarik konsumen dengan membedakan
kualitas produk antar maskapai. Dikarenakan industri penerbangan tumbuh, maka
diperlukan dukungan modal agar industri penerbangan dapat menyediakan
kapasitas sesuai permintaan perjalanan udara. Tingkat utang memberi pengaruh
positif dalam meningkatkan profitabilitas maskapai dengan limitasi tertentu.

ABSTRACT
The airline industry has become more rapid growth in a two decades.
Number of passengers increase drastically. On the other hand, airlines facing
some challenges in conjunction with internal capacity creates and external shocks.
Increasing demand do not linearly increasing profitability since they have to
compete over the rivals. Deregulation airline industry has changing the entry and
exit to market lower.
The study about determinants of airlines profitability is required to ensure
the airlines in profitabile operations. By multiple linear regression, research is
examining operational, financial, and competition issue to find these effect into
profitability. The research results confirmed previous study that operational
performance has affect to airlines profitability. Several factors in operational has
tested. Fleet size as variables operational has consistently impact to profitability.
However, alliances as the other ways increasing size could be considering as part
of strategic to growth while load factor has no affect in predicting profit.
The industry concentration as competition measurement has provide insight
to the research that competition has affect to profitability. Increasing
concentration could achieved by increase fligth frequencies particularly into
routes that profitable. In addition, airlines shall attract passengers more by
offering product market quality that can distinguished by consumers. Since the
industry growth driven by demand, airlines required more financial supports in
providing capacity of air traffics. The financial leveraged has play a key role in
generating profitability.;The airline industry has become more rapid growth in a two decades.
Number of passengers increase drastically. On the other hand, airlines facing
some challenges in conjunction with internal capacity creates and external shocks.
Increasing demand do not linearly increasing profitability since they have to
compete over the rivals. Deregulation airline industry has changing the entry and
exit to market lower.
The study about determinants of airlines profitability is required to ensure
the airlines in profitabile operations. By multiple linear regression, research is
examining operational, financial, and competition issue to find these effect into
profitability. The research results confirmed previous study that operational
performance has affect to airlines profitability. Several factors in operational has
tested. Fleet size as variables operational has consistently impact to profitability.
However, alliances as the other ways increasing size could be considering as part
of strategic to growth while load factor has no affect in predicting profit.
The industry concentration as competition measurement has provide insight
to the research that competition has affect to profitability. Increasing
concentration could achieved by increase fligth frequencies particularly into
routes that profitable. In addition, airlines shall attract passengers more by
offering product market quality that can distinguished by consumers. Since the
industry growth driven by demand, airlines required more financial supports in
providing capacity of air traffics. The financial leveraged has play a key role in
generating profitability., The airline industry has become more rapid growth in a two decades.
Number of passengers increase drastically. On the other hand, airlines facing
some challenges in conjunction with internal capacity creates and external shocks.
Increasing demand do not linearly increasing profitability since they have to
compete over the rivals. Deregulation airline industry has changing the entry and
exit to market lower.
The study about determinants of airlines profitability is required to ensure
the airlines in profitabile operations. By multiple linear regression, research is
examining operational, financial, and competition issue to find these effect into
profitability. The research results confirmed previous study that operational
performance has affect to airlines profitability. Several factors in operational has
tested. Fleet size as variables operational has consistently impact to profitability.
However, alliances as the other ways increasing size could be considering as part
of strategic to growth while load factor has no affect in predicting profit.
The industry concentration as competition measurement has provide insight
to the research that competition has affect to profitability. Increasing
concentration could achieved by increase fligth frequencies particularly into
routes that profitable. In addition, airlines shall attract passengers more by
offering product market quality that can distinguished by consumers. Since the
industry growth driven by demand, airlines required more financial supports in
providing capacity of air traffics. The financial leveraged has play a key role in
generating profitability.]"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dekker, Sidney W. A.
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, 2005
363.12 DEK t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Muthia Kusumawardani
"Munculnya Low Cost Airlines dan skema pengurangan biaya merupakan ancaman besar bagi Full Service Airlines yang menyediakan layanan unggul. Low Cost Airlines mengubah pola harga pasar penerbangan dengan menetapkan harga rendah yang berakibat pada penghapusan layanan tambahan. Penelitian-penelitian terdahulu telah menyelidiki alasan orang-orang memilih Full Service Airline dibanding Low Cost Airline atau sebaliknya. Penelitian ini mencoba untuk memprediksi kepuasan dan intensi perilaku dari penumpang full service dan low cost airlines dengan menguji peranan value for money nilai uang, kualitas layanan, dan citra maskapai penerbangan. Structural Equation Modeling dengan menggunakan Partial Least Square digunakan untuk menguji pengaruh nilai uang, kualitas layanan, dan citra maskapai penerbangan terhadap kepuasan pelanggan dan intensi perilaku mereka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk penumpang full service airlines, kualitas layanan memainkan peran penting untuk mempengaruhi intensi perilaku, sedangkan untuk penumpang low cost airlines, nilai uang yang dirasakan lebih dipentingkan. Namun, pengaruh nilai uang dan kualitas layanan tidak bisa secara langsung memprediksi intensi perilaku penumpang. Melainkan, intensi perilaku dari penumpang full service dan low cost airlines dapat dicapai melalui jalur kronologis kualitas layanan/nilai uang- kepuasan pelanggan-citra maskapai penerbangan-intensi perilaku.

The emergence of Low Cost Airlines and their cost reduction schemes is a major threat to Full Service Airlines that are driven by superior services. Low Cost Airlines changed the price pattern of airline market by setting a low price which results in eliminating additional services. There has been research investigating the reasons of people choosing Full Service Airline over Low Cost Airline or vice versa. This research attempts to predict satisfaction and behavioral intentions of full service and low cost airline passengers by examining the role of value for money, service quality, and airline image. Structural Equation Modeling by Partial Least Square was employed to test the effect of value for money, service quality, and airline image on customer satisfaction and their behavioral intentions.
Results revealed, for full service airline passengers, service quality plays an important role to affect behavioral intentions, whereas for low cost airline passengers, perceived value for money is more concerned. However, the influence of value for money and service quality cannot directly predict the passengers rsquo behavioral intentions. Instead, the behavioral intentions of full service and low cost airline passengers can be achieved through the chronological path of service quality value for money customer satisfaction airline image behavioral intentions.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S69197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tengku Ezni Balqiah
"PT. Pelita Air Service (PAS) yang berdiri pada tahun 1970, awalnya bergerak pada industri penerbangan carter yang melayani PERTAMINA, pada tahun 1991 mulai mengarah profit oriented dengan menjadi perusahaan angkutan udara borongan (air charter). Pada awal tahun 2000, perusahaan ini mulai melakukan proses perijinan untuk bergerak di penerbangan berjadwal. Sejak 25 Agustus 2000, PAS menawarkan rute penerbangan Jakarta-Yogya-Jakarta dengan menghadirkan konsep nuansa Yogya untuk membungkus program pemasaran dan pelayanan. Penerbangan Jakarta-Yogya dinamakan Malioboro Weekend Flight, yang diyakini manajemen PAS sebagai diferensiasi layanan dengan memberikan sentuhan keunikan yang dapat mengetuk pasar.
Apa yang dilakukan PAS ini merupakan penerapan dan Pemasaran Eskperensial (Experiential Marketing), yaitu dengan memberikan pengalaman (experience) kepada penumpang sebagai upaya untuk menarik penumpang menggunakan jasa PAS untuk jalur penerbangan Jakarta-Yogya bahkan memotivasi penumpang untuk melakukan penggunaan ulang (repeat buying). Akan tetapi dengan durasi penerbangan yang hanya 40 menit pada jalur Jakarta-Yogya dan keterbatasan armada pesawat yang dimiliki untuk melayani Elite penerbangan berjadwal ini, membuat PAS kesulitan untuk menghadirkan nuansa Yogya melalui suasana ruangan (spatial environment), yaitu dekorasi di dalam pesawat yang bernuansa Yogya dengan menghadirkan gambar keraton serta musik campursari di dalam pesawat. Mulai bulan Februari 2001, PAS menghentikan iklan Malioboro Weekend Flight, karena konsep ini dirasakan sudah tidak dapat didukung lagi oleh aspek teknis pelaksanaannya dilapangan. Untuk selanjutnya PAS tetap menawarkan petualangan udara (air venture) dengan lebih menekankan kepada pelayanan yang diberikan awak kabin kepada penumpang selama penerbangan berlangsung. Selain itu untuk memberi sensasi kejutan dan lebih memotivasi penumpang melakukan penggunaan ulang, PAS melakukan undian bagi penumpang Jakarta - Yogya atau sebaliknya yang disebut dengan Unique Game Venture, yaitu undian dengan hadiah potongan harga bahkan tiket gratis untuk penerbangan selanjutnya dengan PAS pada penerbangan selanjutnya.
Permasalahan yang diuji dalam penelitian ini adalah mengukur afeksi penumpang yang ditimbulkan oleh konsep petualangan di udara (air venture) yang tawarkan PAS pada penumpang jalur Jakarta-Yogya-Jakarta pada saat mempergunakan jasa (in flight) dan bagaimana pengaruh afeksi tersebut terhadap kepuasan yang dirasakan penumpang, penggunaan ulang, serta perilaku keluhan. Secara lebih terperinci tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Mengungkapkan afeksi yang yang muncul pada saat mempergunakan jasa penerbangan Jakarta-Yogya.
2. Mengungkapkan kepuasan pada saat mempergunakan jasa penerbangan Jakarta-Yogya.
3. Mengetahui pengaruh kepuasan terhadap penggunaan ulang dan perilaku keluhan.
Afeksi yang diukur adalah arousal, afeksi positif, dan afeksi negatif yang diukur dengan menggunakan 13 indikator (variabel teramati), kepuasan diukur dengan menggunakan 3 indikator, penggunaan ulang diukur dengan 2 indikator, dan perilaku keluhan diukur dengan 2 indikator. Selain afeksi, Oliver (1994) menyatakan bahwa kinerja, kualitas, dan diskonfirmasi juga mempengaruhi kepuasan. Maka demikian perlu dilakukan pengukuran terhadap kinerja, kualitas, dan diskonfirmasi. Kinerja diukur dengan 8 variabel teramati, kualitas diukur dengan 3 indikator, dan diskonfirmasi diukur dengan 3 indikator. Terdapat 34 indikator variabel dalam penelitian ini yang dituangkan dalam bentuk kuesioner yang dibagikan kepada respoenden, yaitu penumpang pesawat Pelita rute Jakarta-Yogya-Jakarta.
Pengolahan data dilakukan dengan metoda SEM mengingat Structural Equation Modeling (SEM) menguji suatu rangkaian hubungan saling ketergantungan secara bersamaan (seketika). lni sangat bermanfaat bila satu variabel terikat akan menjadi variabel bebas pada hubungan saling ketergantungan berikutnya. Suatu set hubungan ini, setiap variabel bebas dan terikat, merupakan dasar Structural Equation Modeling.
Hasil pengolahan data memperlihatkan terdapatnya hubungan yang signifikan sebagai berikut :
1. Afeksi negatif dengan arousal dan kinerja
2. Afeksi positif dengan arousal dan kinerj a
3. Kualitas dengan kinerja
4. Kepuasan dengan afeksi negatif, kualitas, dan diskonfirmasi
5. Penggunaan ulang dengan kepuasan
6. Perilaku keluhan dengan kepuasan
Hasil pengolahan juga memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan yaitu :
1. Kepuasan dengan afeksi positif dan kinerja
2. Perilaku keluhan dengan afeksi negatif
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya sebagian dari model Oliver (1994) dan apa yang disampaikan Day (1984) tidak terbukti. Oliver (1994) menyatakan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari afeksi positif, afeksi negatif, kualitas, kinerja, dan diskonfirmasi, sedangkan Day (1984) menjelaskan bahwa sumber utama perilaku keluhan sebenarnya bukan pada ketidakpuasan tetapi kepada emosi negatif yang rnuncul sebagai akibat ketidaksesuaian dengan hasil yang diperoleh dari mengkonsurnsi produk / jasa."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T1047
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>