Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4237 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Goodyear, Frank H.
London: Heineman Educational Books, 1971
930.1 GOO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Didin Mishbahuddin
"Wilayah Pegunungan Kumbang-Pojoktilu-Subang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Situs arkeologi di wilayah ini secara religi berasal dari masa pra sejarah, masa Hindu-Buddha, dan tradisi penganggungan leluhur masih berlanjut hingga saat ini. Penelitian arkeologi di wilayah ini masih terbatas, terutama dalam memahami distribusi situs-situs arkeologi secara makro. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara situs-situs arkeologi dan lingkungan fisiknya dengan pendekatan determinan ekologi. Teknik Archaeology Predictive Modelling menggunakan MaxEnt digunakan untuk mengidentifikasi pola kecenderungan pemilihan lahan dengan nilai variabel lingkungan fisik tertentu yang mendasari pertimbangan lokasi situs arkeologi di wilayah ini. Hasil permodelan MaxEnt menunjukkan variabel yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi situs meliputi kemiringan lahan 5°, nilai TPI 20-50 (posisi lebih tinggi daripada area sekitarnya), ketinggian lahan 800-1000 mdpl, jarak 0-50 meter dari sungai terdekat, jenis tanah grumosol kelabu, lokasi di Formasi Halang (Tmph), kemiringan menghadap ke arah utara, sistem lahan steep hills on marls with rock outcrops, nilai plan curvature 0-1 (kelengkungan lereng lateral sedikit cembung), dan nilai profile curvature -1-0 (kelengkungan lereng sejajar garis kontur sedikit cekung). Berdasarkan hasil tersebut, masyarakat pembuat situs di wilayah ini terutama mempertimbangkan aksesibilitas yang buruk, tetapi juga memperhatikan stabilitas lahan, ketersediaan air, dan ketersediaan makanan sebagai faktor pendukung.

The Kumbang-Pojoktilu-Subang Mountains region is located on the border of West Java and Central Java provinces. Archaeological sites in this region religiously date back to pre-history, the Hindu-Buddhist period, and the tradition of ancestral worship continues to this day. Archaeological research in this region is still limited, especially in understanding the macro distribution of archaeological sites. This research aims to identify the relationship between archaeological sites and their physical environment using an ecological determinant approach. The Archaeology Predictive Modelling technique using MaxEnt was used to identify patterns of land selection trends with specific physical environment variable values underlying the consideration of archaeological site locations in this region. MaxEnt modelling results show that variables that are considered in the selection of archaeological site locations include land slope of 5°, TPI value of 20-50 (higher position than the surrounding area), land elevation of 800-1000 masl, distance of 0-50 metres from the nearest river, grey grumosol soil type, location in the Halang Formation (Tmph), north-facing slope, land system steep hills on marls with rock outcrops, plan curvature value 0-1 (lateral slope curvature slightly convex), and profile curvature value -1-0 (slope curvature parallel to contour lines slightly concave). Based on these results, archaeological site builders in this region mainly consider poor accessibility, but also consider land stability, water availability, and food availability as supporting factors.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Neustupny, Evzen
Cambridge, UK: Cambridge University Press , 1993
930.102 8 NEU a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Goffer, Zvi
New York: John Wiley & Sons, 1980
930.102 GOF a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa rachmawati
"Bangunan Jeugdgevangenis atau Penjara Pemuda Tangerang terletak di Provinsi Banten, tepatnya di Tanah Tinggi, Tangerang. Pembangunan Jeugdgevangenis Tangerang oleh Pemerintah Hindia Belanda dimulai pada 1924 dan rampung 1927. Penelitian ini merekonstruksi bangunan Jeugdgevangenis Tangerang dalam kajian arkeologi alienasi. Kajian alienasi maupun arkeologi alienasi masih jarang dilakukan di Indonesia. Alienasi muncul pertama kali pada abad ke-18, sedangkan penelitian arkeologi alienasi pertama pada tahun 1997. Panoptikon digunakan untuk pendukung kajian alienasi dari bangunan penjara sebagai pengawasan pendisiplinan masyarakat di penjara. Penelitian ini menggunakan metode penelitian arkeologi oleh Robert H Sharer dan Wendy Ashmore (2010): formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, interpretasi, dan publikasi. Pengumpulan dan perekaman data dilakukan melalui studi pustaka dan survei di Lembaga Pemasyarakatan Pemuda Tangerang. Hasil penelitian menjelaskan bahwa rekonstruksi konsep arkeologi alienasi pada bangunan Jeugdgevangenis Tangerang dapat dilihat melalui beberapa komponen bangunan, seperti kamar sel yang terdiri atas 6 blok, menara pengawas, fasilitas kamar mandi dan sumur, ruang kegiatan, serta bentuk bangunan itu sendiri yang menyerupai kipas sebagai contoh bentuk bangunan pendisiplinan yang dijelaskan oleh Bentham dalam pemahaman panoptikon.

The building of Jeugdgevangenis or Tangerang Youth Prison is located in Banten Province, precisely in Tanah Tinggi, Tangerang. The construction of the Jeugdgevangenis Tangerang by the Dutch East Indies government began in 1924 and completed in 1927. This study reconstructs the building of Jeugdgevangenis Tangerang in archaeological alienation studies. Studies of alienation and archaeological alienation are still rarely conducted in Indonesia. Alienation first appeared in the 18th century, while the first archaeological research on alienation was in 1997. Panopticons used to support alienation studies from prison buildings as a discipline oversight of the society in prison. This study uses archaeological research methods by Robert H Sharer and Wendy Ashmore (2010): formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, interpretation, and publication. Collection and processing data conducted through literature studies and surveys at the Tangerang Youth Correctional Institution. The results of research explain that the reconstruction of Jeugdgevangenis Tangerang building through several building components, such as cell rooms consisting of 6 blocks, control towers, bathroom facilities and wells, activity rooms, and the shape of the building itself which resembles a fan as the form of disciplinary structure described by Bentham in panopticon concept."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa
"ABSTRAK
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, pengelolaan cagar budaya di Indonesia memasuki babak baru. Cagar budaya kini tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga diharapkan dapat dikelola untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Sebagai kawasan cagar budaya, Taman Arkeologi Onrust yang saat ini dikelola oleh UP Kebaharian mengalami permasalahan dalam pengelolaan. Bias dalam pengelolaan dan perencanaan yang dilakukan berpotensi mengancam hilangnya nilai penting yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Penelitian ini berusaha menyusun model konseptual pengelolaan berbasis nilai penting sebagai alternatif pengelolaan di Taman Arkeologi Onrust, dalam upaya memperoleh manfaat dengan tetap mempertahankan nilai pentingnya. Melalui penelitian kualitatif dan wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan yang terlibat di dalam pengelolaan, berhasil dilakukan identifikasi nilai penting dan penyusunan model konseptual yang sesuai dengan kawasan Taman Arkeologi Onrust.

ABSTRACT
With the enactment of Heritage Protection Act No.11 2010, the management of cultural heritage in Indonesia entered a new phase. Cultural heritage should not only be preserved but also expected to be managed to provide benefits to the community. As a cultural heritage area, Onrust Archeological Park currently managed by UP Kebaharian experiencing problems in the management. The bias in the management and planning have done potentially threatens the loss of important value owned by the region. This research attempts to develop a conceptual model of value-based management as an alternative to management in Onrust Archeological Park, in order to benefit by maintaining its importance value. Through qualitative research and in-depth interviews with stakeholders involved in the management, this research successfully identified values and the formulated conceptual models in accordance with Onrust Archeological Park area.
"
2018
T52092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yellen, John E.
New York: Academic Press, 1977
930.1 YEL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta : Balai Pustaka
050 BDP 4:(1958)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Judi Wahjudin
"Tesis ini membahas tentang konsep new museum, teori pendidikan, dan model eksibisi di museum. Penelitian dilakukan di Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama (MSKBL) yang terletak di Kawasan Cagar Budaya Banten Lama, Serang. Mengacu kepada konsep dan teori tersebut, maka untuk meningkatkan peran MSKBL dalam pendidikan sejarah dan kebudayaan Kesultanan Banten Lama sebagai identitas masyarakat Banten, museum ini secara kelembagaan harus mengubah tujuan, visi, misi, dan struktur organisasinya. Adapun teori pendidikan yang tepat adalah kontruktivisme, dengan pendekatan eksibisi tematis. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan dengan melakukan studi literatur dan observasi di lapangan. Hasil penelitian berupa penerapan konsep new museum di MSKBL.

The focus of this study is new museum concept, education theory, and exhibition model in museum. This study conducted in Old Banten Archaeological Site Museum's, Serang. Based on new museum concept, education theory, and exhibition model in museum, to enchane Old Banten Archaeological Site Museum's role in The Historical and Cultural Education of Old Banten Empire as Identity of Banten People, these institution must change vision, mission organizational structure. As for the theory that proper education is constructivism , with a thematic approach to exhibition. This research is qualitative descriptive interpretative. The data were collected by means of literature study and observation. Conclusion of research are application of new museum concept in Old Banten Archaeological Site Museum's."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29221
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hasanuddin
"Kabupaten Nias merupakan suatu pulau yang terletak di pantai barat Sumatra. Sebagian besar daerah ini terdiri atas dataran-dataran rendah dan pegunungan kapur yang tingginya bervariasi. Peninggalan megalitik dalam berbagai bentuknya ditemukan pada ketinggian antara 100 - 800 meter dari permukaan laut, tersebar di Nias Selatan, Tengah, Barat, dan sebagian kecil di Nias Utara. Fokus penelitian ini mencakup Nias Selatan dan telah ditetapkan sebanyak lima situs. Bentuk-bentuk peninggalan megalitik yang ditemukan pada kelima situs tersebut seperti batu tegak (hehu), tempat duduk dari batu (osa-osa dan neogadi), meja batu (harefa) serta tempat persidangan (areosali). Keseluruhan bentuk peninggalan itu memperlihatkan bentuk yang spesifik dan tidak ditemukan di daerah lain di Nias. Kelima situs yang diteliti memperlihatkan keseragaman pola dalam hal bentuk, tata letak dan orientasi situs yang sama. Analisis yang digunakan meliputi analisis bentuk dan kontekstual serta dipadukan dengan studi etnografi terhadap daerah yang masih mempertahankan tradisi lamanya seperti Bawomataluwo dan Lolowa'u (Nias Selatan) Berta Mandrehe (Nias Tengah). Hasil analisis menunjukkan susunan keletakan benda yang teratur dan berteras. Masing-masing benda memiliki fungsi namun secara keseluruhan terikat oleh suatu sistem norma yang disepakati dalam masyarakat. Keseragaman pola mencerminkan aturan dan kesepakatan sosial dalam upacara pesta adat (owasa). Aspek budaya yang tercermin dalam pelaksanaan pesta (owasa) turut memberi wujud pada budaya materi yang dihasilkan, terutama peninggalan megalitik. Peninggalan megalitik di Nias Selatan erat kaitannya dengan pesta adat (owasa), sebab benda-benda tersebut tidak dapat dibangun sebelum diselenggarakan pesta. Tujuan pendirian megalit selain berkaitan dengan pesta pengukuhan stataus sosial juga sebagai tanda peringatan meninggalnya leluhur mereka. Studi etnografi menunjukkan bahwa situs-situs di Nias Selatan selain sebagai situs upacara (baik berkaitan dengan kemasyarakatan maupun religi) dan juga situs permukiman. Bentuk upacara dilaksanakan dengan mengerahkan orang dalam jumlah yang banyak dan turut dikorbankan puluhan hingga ralusan ekor babi.

Nias Regency is an island located on the west coast of Sumatra. Most of this area consists of lowlands and limestone mountains of varying heights. Megalithic relics in various forms are found at altitudes between 100 - 800 meters above sea level, spread across South, Central, West Nias, and a small part in North Nias. The focus of this research covers South Nias and has been determined as many as five sites. The forms of megalithic relics found at the five sites are upright stones (hehu), stone seats (osa-osa and neogadi), stone tables (harefa) and court places (areosali). All forms of these relics show specific forms and are not found in other areas in Nias. The five sites studied show uniform patterns in terms of the shape, layout and orientation of the same site. The analysis used includes form and contextual analysis and is combined with ethnographic studies of areas that still maintain their old traditions such as Bawomataluwo and Lolowa'u (South Nias) Berta Mandrehe (Central Nias). The results of the analysis show the arrangement of objects in a regular and terraced manner. Each object has a function but overall is bound by a system of norms agreed upon in society. The uniformity of the pattern reflects the rules and social agreements in the traditional party ceremony (owasa). The cultural aspects reflected in the implementation of the party (owasa) also give form to the material culture produced, especially megalithic relics. Megalithic relics in South Nias are closely related to the traditional party (owasa), because these objects cannot be built before the party is held. The purpose of establishing megaliths is not only related to the party to confirm social status but also as a sign of commemoration of the death of their ancestors. Ethnographic studies show that the sites in South Nias are not only ceremonial sites (both related to society and religion) but also settlement sites. The form of the ceremony is carried out by mobilizing people in large numbers and dozens to hundreds of pigs are also sacrificed.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T2967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>