Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benedick, Ruth
Routledge ,
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"South Asian Muslims and country expertise in the American immigration courts / Sylvia Vatuk -- When South Asians marry trans-jurisdictionally: some reflections on immigration cases by an expert? / Prakash Shah -- French law courts and South Asians litigants / Vronique Bouillier -- Being on and being in: exposure and influence of academic experts in contemporary Denmark / Stig Toft Madsen -- Witness statements and credibility assessments in the British asylum courts / Anthony Good -- Honour killing? or just plain homicide? / Roger Ballard -- Life and law: advocacy and expert witnessing in the UK / Werner Menski -- The case of S.: elaborating the right? narrative to fit normative/political expectation in asylum procedure in Italy / Tommaso Sbriccoli and Stefano Jacoviello -- Expert report writing: professional commitments and legal outcomes / Livia Holden.
"
New York, NY : Routledge, 2011
347.067 CUL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rahmawati Kusumastuti Roosadiono
"ABSTRACT
Program transmigrasi penduduk Jawa ke Lampung oleh pemerintah Indonesia telah mendorong terjadiya perubahan kebudayaan pada penduduk asli Lampung. pembentukan kantong etnik adalah upaya dari penduduk asli lampung untuk mempertahankan kebudayaannya. Lampung memiliki semboyan ldquo;Sang Bumi Rwai Jurai rdquo; yang bermakna satu bumi lampung dua suku. Yaitu suku Saibatin yang membentuk kantong etnik di pesisir dan suku Pepadun yang membentuk kantong etnik di pedalaman. Kota Bandar Lampung adalah salah satu kota di pulau Sumatera yang mengalami pertumbuhan yang cepat karena merupakan pintu gerbang utama jalur masuk menuju pulau sumatera. Pertumbuhan pada kantong etnik lampung akan mendorong banyaknya jaringan jalan dan pusat keramaian yang akan berpengaruh dalam pembentukkan pola pemukiman. Interkasi dengan penduduk luar merupakan salah satu faktor dalam terjadinya perubahan kebudayaan. Dengan mengunakan metode purposive sampling dan analisis pola keruangan, penelitian ini diarahkan untuk mengetahui pola perubahan kebudayaan pada kantong etnik Lampung yang berada di Kota Bandar Lampung. hasilnya, semakin dekat kantong etnik dengan pusat kota yang di lihat berdasarkan pusat keramaian dan jaringan jalan, Maka akan semakin cepat pula perubahan kebudayaan yang terjadi. Selain itu, Kantong etnik yang memiliki bentuk pola pemukiman linier dengan jalan kebudayaannya akan lebih cepat berubah daripada pola pemukiman dengan bentuk memusat. Perubahan unsur kebudayaan bahasa berkaitan dengan perubahan unsur mata pencaharian, jenis mata pencaharian dengan interaksi bersama dengan orang-orang heterogen akan mempercepat terjadinya proses perubahan kebudayaan daripada jenis mata pencaharian yang hanya melibatkan interaksi dengan orang-orang homogen.

ABSTRACT
The transmigration program of Java 39 s population to Lampung by the Indonesian government has encouraged the change of indigenous culture of Lampung. Create of ethnic enclave is the effort of indigenous villagers to maintain their culture. Bandar Lampung City is one of the cities on Sumatra island with rapid growth because it has main gateway to the entrance of the Sumatera island. Growth in the Lampung ethnic enclave will encourage the number of road network and the center of the crowd that will be affect to create of settlement patterns. Interaction with migrant is one factor in cultural change. By using purposive sampling method and spatial pattern analysis, this research is directed to know the pattern of cultural change in Lampung ethnic enclave located in Bandar Lampung City. the result, ethnic enclave that are close to the city center that is viewed by the center of the crowd and the road network, has fastest cultural change. And Ethnic enclave that have the shape of a linear settlement pattern by road, will have faster of culture change. Cultural language changes related to changes in livelihoods, the type of livelihoods with interaction with heterogeneous people will accelerate the process of cultural change rather than the type of livelihood that involves only interactions with homogeneous people."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Anjani
"Feng-shui merupakan ideologi yang menjadi panutan bagi orang Cina dalam berkehidupan. Lanskap budaya yang diolah dengan ideologi feng-shui dapat menentukan kondisi alam, tata letak, dan arah hadap dari bangunan agar membawa energi baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat lanskap budaya di Lasem, khususnya di area pecinan, menggunakan sudut pandang feng-shui dan menginterpretasi pola ruang yang muncul. Lanskap budaya yang berkaitan dengan budaya Cina di Lasem berupa rumah, kelenteng, dan makam sejak abad 15 hingga 19 masehi. Hasil kajian menunjukkan adanya penerapan feng-shui pada lanskap. Lanskap budaya menunjukkan adanya tata letak yang membedakan pemilihan lokasi antara tempat sakral yang berupa kelenteng dan makam dengan pola yang konsisten

Feng-shui is an ideology on which Chinese people rely in their lives. The cultural landscape shaped by the ideology of feng-shui can determine natural conditions, layout, and the direction in which a structure faces in order to attract good energy. This research is concerned to observe the cultural landscape in Lasem, specifically the Chinatown area, using the perspective of feng-shui and interpreting the spatial patterns that are manifested. The cultural landscape related to Chinese culture in Lasem entails houses, temple, and graves dating from the 15th to the 19th century CE. The findings of the study indicate that feng-shui has been applied to the landscape. The cultural landscape reveals a consistent distinction made for sacred spaces like the temple and graves."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nuraeni
"Nama geografi memainkan peran penting dalam menghubungkan nilai-nilai warisan budaya takbenda dengan identitas dan karakteristik suatu kota. Selain itu, potensi pusaka yang terkandung dalam nama geografi turut memperkuat identitas Kota Bogor sebagai kota pusaka. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik dan tipologi nama geografi, mensintesa perubahan nama geografi dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut, serta merumuskan pola spasial temporal nama geografi di Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Nama geografi beserta informasi penunjangnya diperoleh dari berbagai sumber seperti, artikel, dokumen resmi, arsip sejarah, kamus, peta Bogor multitemporal tahun 1880 hingga 2023. Penelitian ini juga menggunakan wawancara dan observasi lapangan. Analisis data menggunakan pendekatan etimologi, sejarah, dan spasial untuk mengungkap makna nama geografi, jenis dan alasan perubahan nama geografi, serta distribusi temporalnya. Hasil klasifikasi dan tipologi menunjukkan bahwa nama geografi historis didominasi oleh nama geografi descriptive dan copied, sementara nama geografi kini didominasi oleh nama geografi descriptive dan eponymous. Nama geografi descriptive umumnya terdapat pada objek bangunan pemerintahan, fasilitas penelitian, dan fasilitas pendidikan yang terkonsentrasi di Kawasan Permukiman Eropa dan Kawasan Perluasan Barat, yang merupakan kawasan dekat pusat pemerintahan. Nama geografi copied dan eponymous sebagian besar ditemui pada objek jalan di hampir seluruh Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Faktor politik, perubahan fungsi, dan perubahan status muncul sebagai merupakan alasan utama perubahan nama geografi di seluruh Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor. Perubahan nama geografi yang dilatarbelakangi faktor politik lebih banyak diterapkan hodonim (nama jalan), menunjukkan bahwa jalan memiliki peran signifikan dalam mencerminkan kekuatan politik dan menyampaikan pesan penghargaan. Jenis perubahan nama dan perubahan terikat merupakan yang dominan di Kawasan Permukiman Eropa dan Kawasan Perluasan Barat. Pola sebaran nama geografi di Kawasan Pusaka Budaya Kota Bogor untuk hodonim memiliki pola acak, sementara oikodonim (nama bangunan) memiliki pola acak pada masa kolonial 1 hingga kolonal 2, dan berubah menjadi pola mengelompok mulai masa kolonial 3 hingga kini.

The geographical names play a crucial role in connecting the values of intangible cultural heritage with the identity and characteristics of a city. Moreover, the potential heritage embedded in geographical names also reinforces the identity of Bogor City as a heritage city. This research aims to analyze the characteristics and typology of geographical names, synthesize changes in geographical names and their influencing factors, and formulate the spatial-temporal patterns of geographical names in the Cultural Heritage Area of Bogor City. Geographical names and their supporting information were obtained from various sources, such as articles, official documents, historical archives, dictionaries, and Bogor multitemporal maps, from 1880 to 2023. The research also incorporated interviews and field observations. Data analysis utilized etymological, historical, and spatial approaches to reveal the meanings of geographical names, the types and reasons for changes in geographical names, and their temporal distribution. The results of classification and typology indicate that historical geographical names are predominantly descriptive and copied, while contemporary geographical names are mostly descriptive and eponymous. Descriptive geographical names are commonly associated with government buildings, research facilities, and educational facilities concentrated in the European Settlement Area and the West Expansion Area, which are near the center of government. Copied and eponymous geographical names are predominantly found on street objects throughout the Cultural Heritage Area of Bogor City. Political factors, functional changes, and status changes emerge as the main reasons for geographical name changes throughout the Cultural Heritage Area of Bogor City. Changes in geographical names influenced by political factors are frequently implemented in hodonyms (street names), underscoring the significant role of streets in reflecting political power and conveying messages of appreciation. Types of name changes and bound changes are dominant in the European Settlement Area and the West Expansion Area. The distribution pattern of geographical names in the Cultural Heritage Area of Bogor City for hodonyms follows a random pattern, while oikonyms (building names) follow a random pattern from period colonial 1 to colonial 2 and transition to a clustered pattern from period colonial 3 to the present."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronggur Hizkia Adibima
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari Cultural Landscape Masyarakat belanda Depok di kawasan Depok lama, dan pengaruh dari Cultural Landscape tersebut terhadap penghidupan masyarakat Belanda Depok. Metode yang digunakan adalah menganalisis temuan secara kualitatif dengan melakukan wawancara dengan macam tokoh masyarakat dan pejabat publik di kawasan Depok Lama. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ruang pergerakan dari masyarakat belanda depok dipengaruhi oleh Cultural Landscape dan nilai sejarah dari Masyarakat Belanda Depok. Pembangunan di kawasan Depok Lama juga terpusat pada daerah sekitaran Jalan Pemuda dan Jalan Siliwangi, yang merupakan pusat pergerakkan masyarakat Belanda Depok. Meski demikian, Cultural Landscape di kawasan Depok Lama mengalami banyak perubahan dalam aspek - aspek seperti mata pencaharian, kesenian, bahasa, religi dan adat.

The purpose of this study was to determine the characteristics of the Cultural Landscape of the Dutch Depok Community in the Depok Lama area, and the influence of this Cultural Landscape on the livelihoods of the Dutch Depok community. The method used is to analyse the findings qualitatively by conducting interviews with various community leaders and public officials in the Depok Lama area. The results of this study indicate that the movement space of the Dutch Depok community is influenced by the cultural landscape and historical values of the Dutch Depok community. Development in the Depok Lama area was also centered on the area around Pemuda and Siliwangi street, which were the centers of the Dutch Depok community movement. However, the Cultural Landscape in the Old Depok area has experienced many changes in aspects such as livelihoods, art, language, religion, and customs.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boston: Shambala Publication, 1999
746.662 BAT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Benedict, Ruth
Boston: Hoghton Mifflin, 1959
301.2 BEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>