Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1049 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anderson, Benedict Richard O`Gorman, 1936-2015
Yogyakarta: INSIST, 2002
306 AND it
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson, Benedict
London: Verso, 2016
306 AND i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nuralda Rivanella Martha
"Tesis ini menunjukkan bahwa di dalam masyarakat perkotaan yang bersifat impersonal, anonimiti dan superfisial, komuniti masih dapat terbentuk. Penelitian dilakukan di cluster Riverpark II yang tergolong permukiman menengah-atas, di kawasan real estate Bintaro Jaya, Tangerang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi untuk menunjukkan proses pcmbentukan komuniti, keteraturan hidup bersama dan sosialibilitas; menunjukkan hambatanhambatan dalam kehidupan komuniti serta penanganannya; dan menunjukkan pengaruh desain terhadap komuniti.
Dalam tesis ini saya tunjukkan bahwa dalam suatu permukiman yang ditata olch pengembang, komuniti yang terbentuk terbatas pada komuniti spasial. Desain tata ruang dapat mempengaruhi sosialibilitas tetapi komuniti tidak ditentukan oleh sosialibilitas. Batas-batas sosial merupakan hambatan di dalam komuniti karena berarti lebih mementingkan privasi dari kebersamaan. Faktor kepemimpinan juga memainkan peranan penting dalam keberlangsungan kehidupan komuniti sebagai inisiator, penggerak kegiatan kebersamaan, dan panutan.
Komuniti di Riverpark II tidak didasarkan old adanya ikatan emosional yang kuat walau memiliki sosialibilitas yang cukup kental, melainkan pada mekanisme organisasi paguyuban yang dijalankan secara rasional untuk mengatur hal-hal menyangkut kepentingan bersama. Tesis ini juga menunjukkan bahwa proses pembentukan komuniti Riverpak II masih terus berlangsung dan akan selalu berada di antara kutub community dan society seperti dikemukakan oleh Tonnics dan Durkheim. Saat ini kecenderungan komuniti Riverpark II sedang bcrgeser ke arah society. Pergeseran ini juga menjelaskan bahwa kehidupan kebersamaan akan cenderung mencari keseimbangan antara kebutuhan internal warga dan pengaturan eksternal, atau keseimbangan antara kehidupan privat dan publik warga.

This thesis shows that in urban society that characterized by impersonality, anonymity, and superficial relationships, the creation of community could still occurs. This research was done in Riverpark II cluster, which belongs to middle to upper social economic class, in real estate Bintaro Jaya, Tangerang. With qualitative method research and ethnographic approach, this research has purposes to show the creation of community, social order in communal life and socialibility; to show obstacles stand in the way and being overcome, to show design influence on community.
This thesis shows the creation of community in Riverpark II as a new-planned settlement built by developer is limited to spatial community. The space-design in the settlement could generate or deter socialibility, community is not defined by socialibility but precedes it. Leadership also plays crucial role in community vialibility connected with the apathy held by some residents of Riverpark II Community in Riverpark II is not based on strong social-emotional ties although socialibility is quite good but based on organizational mechanism called `Paguyuban' which is driven rationally to achieve common interests.
This thesis also shows that the creation of community in Riverpark II is still processing and will always stand between two polars, community and society-stated by Tonnics and Durkheim. Nowadays, the tendency of Riverpark 11 is shifting to society. This shifting explains that collective living tends to seek equilibrium between internal needs versus external enforcements, or between private and public living of residents.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farizky
"Maraknya perkembangan Komunitas Vespa Ekstrim menjadi fenomena sosial saat ini. Penampilan Anggotanya sering diidentikkan dengan preman jalanan. Vespa Ekstrim yang mereka buat, dengan beragam bentuk yang aneh dan aksesoris benda bekas dianggap tidak memenuhi standard kelayakan kendaraan transportasi. Banyak masyarakat yang merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Komunitas Vespa Ekstrim sendiri menyanggah respon negatif masyarakat dan menganggap apa yang mereka lakukan adalah bentuk ekspresi, kreativitas dan seni. Skripsi ini membahas lebih lanjut tentang alasan-alasan terbentuknya Komunitas Vespa Ekstrim dan alasan-alasan dibalik pembuatan Vespa Ekstrim. Dengan mengambil studi kasus Komunitas Vespa ?Apa Aja Boleh?, beragam alasan terlihat di balik terbentuknya Komunitas Vespa Ekstrim. Komunitas ini menjadi sarana pembentukan ruang aktualisasi diri anggotanya untuk mengekspresikan diri dengan landasan nilai-nilai yang ada dalam komunitas. Komunitas ini terbentuk karena dorongan kreativitas anggotanya untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada. Pada akhirnya Vespa Ekstrim yang mereka buat menjadi benda seni dan totem komunitas.

The rise of Vespa Communities has become today?s social phenomenon. The appearance of its members often identified as street thugs. The Extreme Vespa Motorscooter, with various queer configurations that have been produced from scrap accessories by them, do not meet the safety standard of transportation vehicle and many people disturbed by their presence. Meanwhile, Extreme Vespa Communities argue the people?s negative response to them and they consider what they do as a form of expression, creativity, and art. Futhermore, the thesis will discuss many reasons of the formation Extreme Vespa Communities and the production of Extreme Vespa Motorscooter. By taking the case study of Vespa Community ?Apa Aja Boleh?, it will get the reasons behind the formation of extreme vespa community. This community becomes a formation medium of self actualization space for its members to express themselves with the foundation values which exist in the community. This community was formed because of the encouragement of its member creativity to develop their potency. Finally, Extreme Vespa Motorscooter that have been produced by them, become the object of art and the totem of community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini
"Skripsi ini mengkaji tentang pengalaman menjadi penari dance cover dan pembentukan communitas di agensi PAOW DC. Melalui wawancara dengan lima anggota PAOW DC dan mengamati perilaku serta aktivitas mereka di komuniti dance cover saya melihat adanya proses belajar, refleksi dan pembagian pengalaman, dalam perilaku kolektif di agensi PAOW DC. Proses belajar terjadi karena anggota PAOW DC menghadapi situasi berbeda dengan kesehariannya yakni proses sosial yang terjadi di komuniti dance cover. Dalam proses tersebut mereka mendapatkan pengalaman individual yang nantinya akan direfleksikan di dalam agensinya. Refleksi dari pengalaman tersebut akan dialami oleh anggota PAOW DC yang lain sehinggga bersifat intersubjektif. Mereka berinteraksi dan membagikan pengalaman kemudian dapat membentuk communitas di agensinya. Hasilnya adalah mereka bisa bertahan pada kerasnya persaingan di komuniti dance cover karena empati, saling terbuka, menghargai, serta ikatan yang kuat antar anggotanya.

This study focus on the experience of being a dance cover performers and forming a communitas at PAOW DC agency. We comprehend the process of learning, reflection and sharing experiences in collective behavior at the PAOW DC agency through interviews with five of their members and observing their behavior and activities in the dance cover community. The learning process occurs as PAOW DC members encounter a different situations from their daily lives, specifically the social processes that ensue in the dance cover community. They gain individual experiences in the process, which will later be reflected in their agency. Reflections from these experiences will be witnessed by other PAOW DC members so that it is tend to be intersubjective. They are interacting and share experiences in forming a communitas within the agency. The outcome is they are able to withstand the intense competition in the dance cover community for their empathy, mutual openness, respect, and strong bonds amongst members."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Yusufa Islam Armyando
"Kemajuan teknologi membawa perubahan dalam industri musik, baik dari sisi konsumen dan produsen. Konsumen kini memiliki akses terhadap musik yang sangat luas dengan layanan on-demand music streaming yang turut membentuk perilaku mereka. Produsen juga dapat memproduksi musik lebih mudah dengan bantuan digital audio workstation. Kemudahan yang dibawa oleh transformasi digital ini memungkinkan musisi independen untuk mencapai pasar yang semakin tersegmentasi. Penggemar dari kelompok musik pun akan muncul dan berkemungkinan besar untuk membentuk brand community mereka masing-masing. Perwujudan brand community tersebut dapat ditemui dalam skena musik indie di Indonesia, dalam hal ini adalah Kelelawar sebagai brand community penyuka kelompok musik .Feast. Penelitian ini mengungkap proses pembentukan brand community “Kelelawar” dan praktik mereka sebagai brand community. Praktik ini meliput ritual moshing, pembelian mechandise, berkumpul bersama, sampai pembuatan konten media sosial.

Technological advancement bring a change into the music industry. That applies on consumer and producer side. Consumers nowadays have a wide access into music with help of on-demand music streaming services. The producers also could produce music easier with the help of digital audio workstation. The easiness that bought with the digital transformation enable independent musician to reach more segmented market. The fans of those music groups will emerge and could make their own brand community. The embodiment of that brand community can be found on Indonesia’s indie music scene. This research take Kelelawar as that embodiment as .Feast’s brand community. This research uncover the building process of “Kelelawar” brand community and their practices as a brand community. The practices includes moshing ritual, merchandise buying, get together, until making social media content.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Kemal Dermawan
Jakarta: FISIP UI, 2011
307.1 MOH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Pusat penelitian dan pengembangan permukiman,
307 JPP
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Mulyana
"ABSTRAK
Menak merupakan satu kelompok elite dalam masyarakat di Jawa Barat sebagaimana halnya priyayi di Jawa pada umumnya. Sistem budaya menak berbeda dengan priyayi Jawa Sebagai mana katagori dari teori Clifford Geertz. Da1am sistem budaya menak terdapat unsure pola prilaku santri. Seperti halnya Wiranatakoesomah menunaikan ibadah haji. Achmad Djajadiningrat, semasa kecilnya mengikuti pendidikan pesantren.
Runtuhnya kerajaan sunda kuno (pajajaran), sulit untuk menelusuri mana yang menjadi pusat budaya menak sunda. Kerajaan (keraton) dapat berfungsi sebagai intitusi yang menjadi pusat budaya, bahkan dapat pula menjadi "kiblat" politik dari menak itu sendiri, seperti halnya kerajaan mataram di jawan. pusat kekuasaan meak di jawa barat. terpecah-pecah dalam bentuk kabupaten-kabupaten, yang biasanyan tiap kabupaten dikuasi oleh satu keluarga bupati tertentu.
pada awal abad ke-20terjadi transfomasi sosial yang dilakukan oelh pemerintah kolonial belanda terhadap kelompok menak melalui institusi pendidikan. transformasi ini melahirkan differensiasi pada kelompok menak, yang melahirkan dua kelompok menak yaitu menak pangreh dan menak nasionalis. Menak pangreh praja adalah mereka yang dididik oleh pemerintah kolonial belanja, yang kemudian ditarik menjadi pegawai birokrasi pemerintah, sedangkan menak nasionalis. menah pangreh praja adalah mereka yang dididik oleh penerintah kolonial belanda, yang kemudian ditarik menjadi pegawai birokrasi pemerintah. sedangkan menak nasionalis, setelah mengikuti pendidikan mereka tidak menjadi pegawai birokrasi pemerintah. manak nasionalis lebih banyak terlibat pada organisasi pergerakan nasional.
Transformasi terjadi pula dalam struktur pemerintah kaum pribumi, yaitu dari model pemerintah yang tradisional menjadi moderen. Pada mulanya bupati merupakan penguasa tunggal. kemudian pemerintah kolonial belanda menerapkan undang-undang desentralisasi. undang-undang ini melahirkan dewan-dewan lokal. menak nasional banyak yangmasuk menjadi anggota dewan lokal. Dengan demikian bupati tidak lagi menjadi penguasa tunggal sebagaimana lazimnya pemerintah tradisional. Keterlibatan dewan lokal dalam merumuskan kebijakan pemerintah mencerminkan adanya keterlibatan rakyat dalam pemerintah, yang merupakan ciri dari suatu pemerintah modern.
Pada awal kemerdekaan, pemimpin nasionalis tampil menjadi pemimpin negera republik indonesia yaitu dengan terpilihnya soekarno dan hatta sebagai presiden dan wakil presiden republik indonesia. sementara itu di awal kemerdekaan ini timbul gejolak-gejolak sosial yang menghendaki tumbangnya kekuasaan lama yang dinilai sebagai representasi kekuatan kolinial. Di jawa barat timbul gejolak yang melawan arus utama revolusi sosial seperti di kerawang, tangerang, banten dan cirebon. Dalam revolusi sosial ini yang menjadi sasaran kemarahan rakyat adalah para pangreh oraja yang masih berkuasa dan dinilai sebagai sisa-sisa kekuasaan kolonial. kondisi seperti ini merupakan arus utama revolusi indonesia.
Di jawa barat timbul gejolak yang malawan arus utama revolusi atau timbul gerakan kontra-revolusi. Gerakan ini dapat dijelaskan dengan teori dari charles tilly yang mengatakan bahwa gejolak akan timbul apabila "hal-hal tradisonil" yang mapan tergusur. Gerakan kontra-revolusi ini dipimpin oleh seorang menak pangreh praja, mantan bupati garut yaitu soeria kartalegawa dengan memproklamirkan berdirinya negera pasundan pada tanggal 4 mei 1947. Soeris kartalegawa sebagai orang sunda dan pengreh praja. "hak tradisonalnya" tergusur dengan pengakatan gubernur jawa barat yang bukan sunda yaitu soetardjo dan datuk jamin. Proklamasi negara pasundan merupakan reaksi atas pengangkatan kedua gubernur tersebut yang bukan orang sunda.
Gagalnya gerakan kertalegawa ini menyadarkan belanda bahwa kartalegwa bukanlah figur yang berpengaruh. Untuk melaksanakan politik federalnya, belanda memotori diadakannya konferensi Jawa Barat yang bertujuan ingin mendirikan satu negara bagian dijawa barat. Dalam konferensi ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat konfernsi ini melibatkan berbagai lapisan masyarakat jawa barat, menak-menak nasionalis ikut terlibat pula dalam konferensi jawa barat. pada tanggal 26 febuari 1948 berdirilah negara pasundan, yang merupakan hasil konferensi jawa barat.
Didalam negera pasunda hasil konferensi hawa barat, baik kelompok menak pangreh praja maupun menak nasional ikut terlibat. bahkan menak nasionalis yang sikap politiknya repuliken banyak menendalian roda pemerintahan negara pasunda.
Jalannya roda pemerintahan negera pesunda yang kedua ini, banyak mendapat tekanan-tekanan dari belanda. agresi militer II dinilai oleh para menak sebagai pelanggaran terhadap konsepsi dari negara federal yang menghendaki kebebasan. Adil Purediredja mengundurkan diri sebafai oerdana menteri negara pasundan,s ebagai sikap protes atas agresi militer belanda tersebut. nahkan belanda mengancam akan melakukan penangkapan terhadap menak-menak di negara pasundan yang garis politiknya bertentangan dengan belanda. sikap belanda ini semakin memperkuat menak-menak untuk emlakukan integrasi dengan republik indonesia. pada tanggal 30 januari 1950, wiranatakoesoemah dihadapan sidang parlemen negara pasundan menytakan niatnya untuk menyerahkan mandatnya kepada parlemen pasundan. pada tanggal 8 maret 1950 secara resmi negera pasundan dibubarkan dan berintegrasi dengan RI. Dengan demikian negara pasundan kedua ini merupakan instrumen bagi menak untuk melakukan integrasi nasional."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Razak
"Kebijakan Australia putih disahkan pada tahun 1901. Kebijakan tersebut kemudian dihapuskan pada tahun 1973, dan diganti dengan multikulturalisme.
Kebijakan Australia putih sebenarnya merupakan cerminan dari rasisme. Perilaku rasis sesungguhnya telah berlangsung sejak Australia ditetapkan Inggris sebagai koloni tempat pembuangan narapidana. Aborigin, orang asli Australia, adalah yang paling menderita dari perlakuan rasis kulit putih.
Ketika terjadi demam emas, orang Cina yang banyak menyerbu ladang-ladang emas, mendapatkan perlakuan rasis pula. Sikap rasis ini kemudian diresmikan sebagai kebijakan nasional, setelah berdirinya pemerintahan Federal, pada tahun 1901. Kebijakan Australia putih ditetapkan, menurut sumber-sumber resmi, sebagai suatu upaya untuk menjaga kelangsungan budaya kulit putih.
Namun, dengan semakin kuatnya tekanan dari dalam maupun dari luar yang dipengaruhi pandangan humanisme, kebijakan Australia putih dihapus tahun 1973."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>