Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 116687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laporan The Japan Foundation
Jakarta: The Jaoan Foundation, 2004
959.8 Per
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mohammad Salvian Nuryadin
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang upaya Lembaga Kebudayaan Betawi LKB dalam mengembangkan seni budaya Betawi pada tahun 1977-1998 terutama seni musik, tari dan teater. Pembentukan LKB yang diprakarsai oleh ide dan gagasan tokoh masyarakat Betawi dan pemerintah Daerah Khusus Ibukota DKI Jakarta dalam mengembangkan seni budaya Betawi. Fenomena tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin terhadap seni budaya Betawi dengan membentuk Dinas Kebudaayaan DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat langkah yaitu heuristik pengumpulan data berupa buku, surat kabar, dan data penelitian lisan di lapangan dengan LKB dan seniman Betawi, kritik sumber, penafsiran, dan historiografi. Skripsi ini menggambarkan adanya pelaksanaan program kerja dan pembinaan sanggar yang diciptakan LKB untuk meningkatkan kreativitas dan kreasi para seniman baik di dalam seni musik, tari dan teater. Terimplementasinya program kerja dan pembinaan sanggar dilakukan LKB melalui program penelitian, pemeliharaan, dan pengembangan seni budaya Betawi. Melalui program tersebut LKB bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengembangan seni budaya Betawi terutama dalam seni musik, tari dan teater, terutama pada era Orde Baru yang pemerintahannya lebih terfokus pada pembangunan infrastruktur, bukan pada pembangunan kebudayaan.

ABSTRACT
This research discusses the efforts of Lembaga Kebudayaan Betawi in short LKB in developing Betawi arts in 1977 1998 especially music, dance, and theatre. The forming of LKB was initiated by the ideas and concepts of Betawi community leaders and the government of DKI Jakarta in developing Betawi cultural arts. The phenomenon cannot be separated from the support of Jakarta Governor Ali Sadikin for Betawi culture and arts by establishing Department of Culture of Jakarta. This study uses the historical methods that consist of four steps heuristic data collection namely books, newspapers, and by interviewing the LKB organizers and Betawi artists, source criticism, interpretations, and historiography. This research describes the implementation of work programs and coaching the art studio created by LKB to enhance the creativity also the creation of the artists in the art of music, dance and theatre. The implementation of work programs and art studio guidance conducted by LKB through research, maintenance, and development of Betawi cultural arts. This research aims to analyze how rsquo s the development of Betawi rsquo s art and culture during Orde Baru where the government was more focused on building the infrastructure, not on the art and culture. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009
959.8 SEJ
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
R 793.319 IND e (1);R 793.319 IND e (2);R 793.319 IND e (2)
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Ulkhasanah
"Film The Wings of Songs 2021 diproduseri oleh Gao Huanggang dan disutradarai oleh Abdukerim Abliz. Film ini dirilis pada 28 Maret 2021, berkisah tentang perjalanan tiga musisi muda dari tiga etnis minoritas Cina yang berbeda. Jiang Han, Jarhen, dan Dili melakukan perjalanan di kampung halaman mereka, Xinjiang, untuk mendapatkan inspirasi dalam bermusik. Dalam film ini tergambarkan kondisi beberapa suku minoritas di Xinjiang yang hidup bersama secara harmonis dan damai, menari dengan gembira dengan budaya mereka yang kental. Film ini terinspirasi oleh musik dan budaya tari di Xinjiang. Xinjiang sendiri dikenal sebagai The Hometown of Singing and Dancing. Film ini diambil di 7 (tujuh) prefektur berbeda mulai dari Tacheng hingga Tashkurgan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali budaya-budaya etnis minoritas Xinjiang di dalam film, yaitu bagaimana sisi lain Cina yang muncul dalam film dan bagaimana representasi budaya tari dan instrumen musik suku minoritas di Xinjiang yang muncul dan tergambar dalam film The Wings of Songs 2021. Melalui metode kualitatif dan analisis semiotika Charles Sanders Peirce, peneliti menemukan bahwa dalam film ini terdapat beberapa budaya tari dan instrumen musik yang menonjol yang merepresentasikan etnis minoritas di Xinjiang.

The Wings of Songs 2021 movie was produced by Gao Huanggang and directed by Abdukerim Abliz. This movie, released on March 28, 2021, tells the journey of three young musicians from three different Chinese ethnic minorities.  Jiang Han, Jarhen, and Dili travel to their hometown, Xinjiang, to find musical inspiration.  This film shows the condition of several ethnic minorities in Xinjiang living side by side in harmony and peace, dancing happily with their strong culture.  This movie is inspired by music and dance culture in Xinjiang.  Xinjiang itself is known as “The Hometown of Singing and Dancing”.  This movie was shot in seven different prefectures, from Tacheng to Taxkorgan.  This study aims to explore the cultures of the ethnic minorities of Xinjiang in the movie, namely how the other side of China appears in the movie and how the representation of Xinjiang ethnic minorities’ dance cultures and musical instruments is shown and depicted in the 2021 movie The Wings of Songs. Using qualitative methods and Charles Sanders Peirce's semiotic analysis, this study found there are several prominent dance cultures and musical instruments that represent ethnic minorities of Xinjiang in this movie."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jogyakarta : Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjahmada
050 FSKG 2 (1969)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Intania
"Kawasan Mangga Besar akan menjadi salah satu kawasan Transit Oriented Development (TOD) dengan memiliki moda transportasi MRT fase 2, BRT, dan Commuter Line. Dahulu terdapat Taman Hiburan yang dikenal dengan nama Prinsen Park dan kini lebih dikenal dengan nama Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari yang berfungsi sebagai pusat perbelanjaan kelas menengah. Kawasan ini memiliki stigma negatif karena terkenal sebagai red district. Mengaktifkan kembali kawasan hiburan di Lokasari akan menjadi tujuan utama para pengguna moda transportasi umum tersebut dengan konsep placemaking yang dapat menghadirkan kawasan yang atraktif. Pengembalian history sebagai latar belakang dalam pengembangan desain kawasan ini juga dihadirkan dengan berdasar kepada kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan juga memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.

The Mangga Besar area will become one of the Transit Oriented Development (TOD) areas with MRT phase 2, BRT and Commuter Line modes of transportation. Previously, there was an Amusement Park known as Prinsen Park and now it is better known as the Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari which functions as a middle-class shopping center. This area has a negative stigma because it is known as the red district. Restore the entertainment area in Lokasari will be the main goal for users of this public transportation mode with a placemaking concept that can present an attractive area. Return from the history as a background in developing the design of this area is also presented based on social, economic, cultural and also attention to conditions of the surrounding environment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, [date of publication not identified]
791.09598 UNG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1986
R 793.31 IND e
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>