Ditemukan 16114 dokumen yang sesuai dengan query
Powdermaker, Hortense
New York: W.N.Norton, 1966
306 POW s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Powdermaker, Hortense
New York.: W.W. Norton, 1971
307 POW l
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Wilson, Daniel
"The Scottish archaeologist and anthropologist Daniel Wilson (1816–92) spent the latter part of his life in Canada. Published in 1862, this is a seminal work in the study of early man in which Wilson utilises studies of native tribes 'still seen there in a condition which seems to reproduce some of the most familiar phases ascribed to the infancy of the unhistoric world'. He believed that civilisations initially developed in mild climates and judged the Mayans to have been the most advanced civilisation in the New World. Twentieth-century anthropologist Bruce Trigger argued that Wilson 'interpreted evidence about human behaviour in a way that is far more in accord with modern thinking than are the racist views of Darwin and Lubbock', and it is in this light that this two-volume work can be judged. Volume 2 covers topics ranging from ceramic arts to the influence of interbreeding and migration upon civilisations."
New York: Cambridge University Press, 2015
e20528876
eBooks Universitas Indonesia Library
Kuper, Adam
London: Routledge, 1996
301 KUP a
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
"
ABSTRAKKanengamah is an abstract quality and a manner of behaving fundamental to social life on Pohnpei, in Micronesia's Eastern Caroline Islands. It entails the habit of concealment; most social interactions are conditioned by the expectation that all parties are engaged in dissembling. Kanengamah enables Pohnpeians simultaneously to exalt their leaders and to remain remarkably free from their authority. As a consequence, "hierarchical" and "egalitarian" social forms are interdependent rather than mutually exclusive categories."
America: American Anthropological Association,
305 AMA
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
New York: A Galaxy Book, 1961
930.1 MAN (1);930.1 MAN (1)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Philipus Tule
"Indonesia yang berideologi Pancasila, dikenal sebagai suatu bangsa yang toleran meski memiliki aneka sukubangsa, budaya dan agama. Akhir-akhir ini, isu dan realitas konflik antaragama dan antarsukubangsa semakin merebak. Simbol-simbol keagamaan acapkali dimanipulasi oleh kelompok-kelompok tertentu. Manipulasi semacam itu yang melahirkan konflik-konflik agama turut menantang khasanah budaya Indonesia yang toleran, yang telah sekian lama diakui dan dijunjung tinggi. Semangat toleransi itu di antaranya dibangun diatas landasan ideologi nasional Pancasila dan khasanah budaya lokal seperti pela gandong dari Ambon atau budaya rumah adat dari Flores. Dalam artikel ini penulis berargumentasi bahwa manipulasi simbol-simbol agama tidak akan pernah dapat menyelesaikan konflik-konflik agama dan sukubangsa yang terjadi, baik di Ambon maupun tempat-tempat lain diIndonesia. Bertolak dari teori bandul toleransi antaragama (pendulum swing theory of religious tolerance), penulis berargumentasi bahwa pendekatan budaya sebagaimana dikaji dalam studi kasus tentang 'budaya rumah adat Keo' dari Flores Tengah dan peristiwa Kupang (1998) dapat menjadi acuan untuk belajar dari pengalaman. Lebih lanjut, otonomi agama,baik di tingkat institusi maupun personal, merupakan suatu kondisi mutlak untuk mempertahankan Indonesia sebagai suatu negara kesatuan. Agama tanpa otonomi, dan bahkan yang secara sengaja dipolitisasi oleh sejumlah elite politik dan kelompok-kelompok fanatik, akan secara mudah menyulut terjadinya konflik-konflik agama. Pemerintah Indonesia, pemimpin-pemimpin agama dan para penganut aneka agama seyogianya menyatakan rasa 'sesal dan tobat', bila mereka ingin membuka jalan ke arah rekonsiliai dan melanjutkan kehidupan yang harmonis sebagai suatu negara kesatuan."
2000
PDF
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Benda-Beckman, Franz von
"Tulisan ini menyajikan garis besar perkembangan antropologi hukum sejak munculnya karya H.Maine pada akhir abad ke-19 hingga masa kini. Dalam uraian tentang sejarah subdisiplin ini dari sudut pandang empiris-historis, penulis mengetengahkan adanya beberapa fase utama dalam perkembangan antropologi hukum beserta karakteristik pokoknya, yakni fase akhir abad ke-19, awal abad ke-20, dan akhir tahun 1960-an. Pada awal tulisannya, penulis menyatakan bahwa sejarah itu senantiasa mengalami perubahan-perubahan dan kesinambungan. Antropologi hukum juga bervariasi sepanjang sejarah perkembangannya. Dalam periode sejarah yang berbeda, berkembang asumsi-asumsi teoritis, minat perhatian, serta metode yang berbeda pula. Karena itu, patut dihindari adanya upaya pencarian untuk suatu sifat yang hakiki dan esensial dari antropologi hukum, serta interpretasi yang tepat "apakah" antropologi hukum itu. Penulis membahas pula hubungan antara antropologi hukum dan ilmu hukum, tema sentral dalam penelitian subdisiplin ini, perlunya kombinasi metode antara antropologi hukum dan sosiologi hukum walau tetap ada pembedaan bidang akademis diantara keduanya, dan relevansi praktis dari subdisiplin ini."
1989
PDF
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Geertz, Clifford
Cambridge, UK: Polity Press, 1988
306 GEE w
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Clark, Wilfrid E. Le Gros
Chicago: Quadrangle Books, 1971
573 Cla a
Buku Teks Universitas Indonesia Library