Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3359 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marpaung, Philipus Jarongki
Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2000
306.8 MAR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Baharuddin
Jakarta : : Kepustakaan Populer Gramedia, 2003
297.352 ARI o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Bungaran Antonius
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011
305.899 22 SIM k (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Betty Julinar
"Dalam bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa skripsi ini berusaha untuk mengetahui aktivitas dari kelompok marga orang Batak Toba di Jakarta. Untuk apa sebenarnya dibentuk kelompok marga orang Batak Toba ini, sebab di daerah asal sendiri di Kabupaten tapanuli Sumatera Utara, tidak terdapat kelompok marga. Dengan melihat bentuk kehidupan dan latar belakang buaya yang dimiliki oleh orang batak Toba serta melihat aktivitas yang ada pada kelompok marga ini. Pada dasarnya kehidupan orang Batak Toba tidak dapat lepas dari latar belakang kehidupan yang merka bawa dari daerah asal. Lingkungan kampung halaman serta adat istiadat yang mereka miliki pada waktu di daerah. Orang Batak sejak nenek moyang hidup secara berkelompok, dimana hal ini dapat dilihat dari bentuk huta yang mereka buat..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S12908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1994
390 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Isdar Andre Marwan
"
ABSTRAK
Kebahagiaan adalah sesuatu yang didambakan manusia sejak zaman
dahulu kala. Banyak cabang ilmu yang mempelajari kebahagiaan, salah satunya
adalah psikologi. Para ahli psikologi lalu menggunakan konstruk kesejahteraan
subyektif (subjective well-being), karena istilah kebahagiaan memiliki makna
yang rancu.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara perilaku asertif, pengaruh perbedaan budaya,
penghasilan, dukungan sosial, tujuan pribadi, aktivitas, kepribadian, kognisi, dan
kejadian-kejadian yang dialami seorang dalam hidup dengan kesejahteraan
subyektif (Diener, 1996; Alberti & Emmons, 1995; Zika & Chamberlain, 1987).
Pengaruh perbedaan budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
idiosentrisme, karena obyek penelitian ini adalah individu. Perilaku asertif
membuat seseorang mampu mengekspresikan diri sekaligus menghormati hak-hak
orang lain. Hal ini meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain,
meningkatkan self-esteem, mengurangi kecemasan dan mengurangi tingkat
depresi. Idiosentrisme berhubungan dengan kesejahteraan subyektif karena orang
yang idiosentris punya kebebasan untuk menetapkan tujuan dan tingkah lakunya
sendiri. Idiosentrisme juga berhubungan dengan self-esteem yang berkaitan erat
dengan kesejahteraan subyektif.
Penelitian-penelitian mengenai hubungan antara perilaku asertif dan
kesejahteraan subyektif masih sangat jarang dilakukan, demikian pula dengan
idiosentrisme. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara
perilaku asertif dan idiosentrisme dengan kesejahteraan subyektif. Apalagi
penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan lebih banyak dilakukan dalam
budaya yang individualis, masih sangat jarang dilakukan di Indonesia yang
memiliki budaya yang kolektif dan kekhasan tersendiri.
Budaya Indonesia terlalu luas untuk dibicarakan, maka peneliti memilih
budaya Jawa dan budaya Batak sebagai kelompok budaya yang menjadi obyek
penelitian ini. Kedua kelompok budaya ini djpilih karena hasil penelitian Najelaa
(1996) menunjukkan budaya Batak dipersepsikan sebagai budaya yang paling
asertif sedangkan budaya Jawa sebagai budaya yang paling tidak asertif.

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara
perilaku asertif dan idiosentrisme dengan kesejahteraan subyektif pada orang
Jawa dan orang Batak. Penelitian ini bertujuan pula untuk melihat sumbangan
perilaku asertif dan idiosentrisme terhadap kesejahteraan subyektif orang Jawa
dan orang Barak.
Berkaitan denga tujuan di atas, maka penelitian ini melibatkan 277
mahasiswa dari perguruan tinggi dan swasta yang ada di Jabotabek. Kepada
mereka diberikan beberapa alat ukur, yang masing-masing mengukur : kepuasan
hidup, afek menyenangkan dan afek tidak menyenangkan, perilaku asertif dan
idiosentrisme. Hubungan antara perilaku asertif dan idiosentrisme secara
bersama-sama terhadap kesejahteraan subyektif orang Jawa dan orang Batak
diukur dengan mengontrol variabel-variabel yang mungkin berpengaruh dengan
kontrol statistik. Sumbangan masing-masing faktor tersebut terhadap
kesejahteraan subyektif diperoleh dengan menggunakan analisis regresi majemuk.
Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara perilaku asertif dan
idiosentrisme secara bersama-sama terhadap kesejahteraan subyektif baik pada
orang Jawa maupun orang Batak. Perilaku asertif memiliki sumbangan positif
yang bermakna tarhadap kesejahteraan subyektif baik pada orang Jawa maupun
orang Batak. Variabel idiosentrisme memiliki sumbangan negatif yang bermakna
terhadap kesejahteraan subyektif orang Batak, sedangkan pada orang Jawa,
sumbangan variabel ini tidak bermakna. Variabel pengeluaran setiap bulan
memberikan sumbangan positif yang bermakna terhadap kesejahteraan subyektif
orang Batak. Temuan ini sejalan dengan sumbangan negatif yang bermakna dari
variabel jumlah saudara terhadap kesejahteraan subyektif orang Batak.
Hasil tambahan dari penelitian ini menunjukkan bahwa orang Batak lebih
asertif dibandingkan orang Jawa. Hasil lain adalah budaya Jawa lebih cenderung
mengarah ke arah kolektivisme vertikal dibanding budaya Batak. Didapati pula
hasil yang menunjukkan bahwa perilaku asertif dihambat oleh budaya yang
mengarah pada kolektivisme vertikal dan cenderung muncul dalam budaya yang
individualisme horizontal.
Penelitian Ianjutan kiranya dapat dilakukan dengan menggunakan alat
ukur yang lebih baik untuk masing-masing variabel penelitian ini. Topiknya dapat
diperluas dengan hal-hal Iain seperti dukungan sosial dan self-esteem, yang
diharapkan dapat lebih menjelaskan perbedaan budaya individualis dan budaya
kolektif. Sampelnya pun dapat diperluas, bukan hanya usia dewasa muda dan
bukan hanya mahasiswa yang tinggal di Jakarta. Dengan demikian dapat
diperoleh masukan yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan subyektif
masyarakat Indonesia.
"
1997
S2553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrasari Lukita Dewi
"Penelitian lintas budaya dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif ini ditujukan untuk melihat gambaran mengenai anteseden (sebab munculnya), pengalaman, ekspresi, dan kontrol marah yang khas pada orang Batak dan orang Jawa. Dengan gambaran itu, penelitian ini ingin pula melihat ada tidaknya perbedaan proses marah pada kedua budaya tersebut. Dengan teknik purposive sampling diperoleh 80 orang Batak (40 laki-laki dan 40 perempuan) dan 82 orang Jawa (42 laki-laki dan 40 perempuan) yang memenuhi seluruh karakteristik subyek penelitian. Dari seluruh subyek itu dilakukan wawancara pada 3 orang Batak dan 3 orang Jawa Kuesioner anteseden marah yang mengacu pada pembagian anteseden marah dari Snell, et al (2002) dan Goodloe, et al (1994) dibuat sendiri oleh peneliti dengan didahului tahap elisitasi pada 35 orang subyek.
Uji coba dilakukan pada 147 laki-laki dan 98 perempuan usia dewasa dan berbagai suku bangsa Dengan menggunakan teknik item-total correlation dan uji aM: cronbach diperoleh val iditas item sebesar 0,28-0,69 dan reliabilitas sebesar 0,88-0,93. Uji coba yang sama dilakukan dalam proses adaptasi alat ukur Slate~Traii Anger Expression In veniory-2 (STAXI-2) dari Spielberger untuk mengukur pengalaman, ekspresi, dan kontrol marah. Proses adaptasi STAXI-2 ini didahului dengan melakukan translation-backtranslaiion oleh 6 orang bilingual dan dilanjutkan dengan tahap uji coba yang menghasilkan validitas item sebesar 0,14-0,85 dan reliabilitas sebesar 0,42-0,88.
Analisis faktor pada kedua alat ukur menghasilkan faktor baru (sub domain) pada beberapa skala yang selurunhnya tidak menyimpang dari konstruk yang digunakan. Untuk memperkaya analisis, penelitian ini melakukan analisis berdasarkan perbedaan suku bangsa (Batak dan Jawa), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), dan keduanya (Batak laki-laki, Batak perempuan, Jawa laki-laki, dan Jawa perempuan). Analisis deskriptif pada orang Batak laki-laki dan perempuan menunjukkan bahwa kemarahan obyektif merupakan kemarahan yang paling sering menimbulkan kemarahan. Setelah itu, kemarahan interpersonal, dan baru kemarahan subyektif.
Hasil wawancara menunjukkan gambaran yang sedikit berbeda mengenai hal ini. State-anger pada saat dilakukan pengukuran tergolong rendah, baik perasaan marah maupun keinginan untuk mengekspresikan marah secara verbal dan fisik. Trait-anger cukup sering muncul pada orang Batak, terutama Batak laki-laki. Dalam hal ini sifat pemarah lebih sering muncul sebagai reaksi dari situasi frustrasi (Trail- anger/Reaction). Hasil wawancara cukup mendukung hasil ini. Selain itu, orang Batak lebih sering memendam rasa marah (Anger Expression-In) dibandingkan mengekspresikan rasa marahnya (Anger Expression-Out). Hal ini cukup berbeda dengan hasil wawancara Kontrol terhadap kemarahan yang dipendam Mnger Expression Conlrol-In) dan tcrhadap ekspresi marah yang diarahkan keluar diri (anger Expression Control-Out) cukup sering dilakukan., namun tidak cukup kuat untuk mengimbangi kemarahan yang cukup sering muncul. Akibatnya, orang Batak tetap terlihat ekspresif dalam mengungkapkan rasa marahnya (lndeks Ekspresi Marah).
Pada orang Jawa, gambaran anteseden marah relatif sama dengan orang Batak Gambaran anteseden marah pada orang Jawa ini cukup berbeda dengan hasil wawancara. Demikian juga dengan gambaran Slate-anger. Meskipun tergolong rendah, Jawa laki-laki tampak lebih menonjol dibandingkan Jawa perempuan. Trai!-anger jarang terlihat pada orang Jawa, terutama Jawa perempuan. Hasil wawancara menunjukkan gambaran yang berbeda dengan hasil ini. Pada saat merasa marah, orang Jawa lebih sering memendam perasaan marahnya (Anger Expression-In) dan jarang mengekspresikan keluar diri (Anger Expression-Out). Kedua hal ini lebih sering dilakukan oleh Jawa laki-laki dibandingkan Jawa perempuan. Kontrol marah pada orang Jawa sangat kuat (Anger Expression Cotrol-In dan out, khususnya Jawa perempuan. Akibatnya, orang Jawa tampak kurang ekspresif dalam menyatakan perasaan marahnya (lndeks .Ekspresi Marah). Gambaran mengenai ekspresi dan kontrol marah ini cukup didukung oleh hasil wawancara.
Analisis dengan menggunakan uji-t dan ANOVA menghasilkan adanya perbedaan yang signifikan mengenai anteseden kemarahan interpersonal, trait-anger, anger expression-in, anger expression control-out, dan anger expression-control-in pada orang Batak dan orang Jawa. Uji post hoc yang telah dilakukan dapat menggambarkan bagaimana Batak laki-laki, Batak perempuan, Jawa laki-laki dan Jawa perempuan secara signifikan saling berbeda mengenai hal-hal tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan agar dapat dilakukan penelitian serupa yang lebih luas dan lebih mendalam dengan mengkaji ulang alat ukur anteseden marah yang akan digunakan, metoda yang digunakan, dan juga karakteristik subyek yang akan diteliti."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahala, Sumijati
"Hukum adat yang beraneka ragam banyaknya masih berlaku pada suku bangsa di Indonesia, dan masing-masing mengacu pada sistem kekerabatan yang dianut. Sistem kekerabatan patrilineal seperti pada suku Batak dan Bali, tidak memasukkan anak perempuan sebagai ahli waris dan tidak termasuk penerus keturunan. Pelaksanaan hukum waris yang termasuk bidang hukum keluarga menurut hukum adat Batak khususnya Batak Toba di Jakarta, masih menggunakan hukum adat Batak. Sejak tahun 1961. MA mengeluarkan putusan yaitu Yurisprudensi No.179/K/ST/1961 tentang warisan adat di tanah Batak Karo yang memperhitungkan anak perempuan sebagai ahli waris dan mendapatkan bagian yang sama dengan anak laki-laki terhadap harta kekayaan bapaknya (orang tuanya). Dari Yurisprudensi tersebut terlihat bahwa secara yuridis anak perempuan adalah ahli waris, hak waris anak laki-laki dan anak perempuan tidak dibedakan, namun kenyataannya dalam masyarakat Batak Toba anak perempuan bukan ahli waris apalagi mempunyai hak untuk mendapatkan harta warisan bapaknya (orang tuanya).
Permasalahan utama yang dihadapi adalah apakah warga masyarakat adat Batak masih berpegang pada hak waris dalam hukum adat Batak sehingga menjadi kendala bagi penerapan Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita. Dalam mengamati kehidupan warga masyarakat Batak Toba di Jakarta, digunakan teori jender, antropologi hukum dikaitkan dengan hukum yang hidup dalam masyarakat (living law). Jender manurut Saparinah Sadli merupakan sejumlah karakteristik psikologis ditentukan secara sosial dengan adanya seks lain, dasar hubungan jender itulah diasumsikan dengan adanya perbedaan analisis. Dalam menganalisis peran laki-laki. dan perempuan dalam kehidupan sehari-hari dalam kenyataannya bekerja, yang rumusan hukum tidak hanya hukum yang tertulis saja tetapi juga aturan yang tidak tertulis, Menurut rumusan von Benda Beckmann hukum merupakan konsepsi kognitif dan normatif termasuk didalamnya prinsip, adat dan norma-norms lainnya.
Bekerjanya hukum dalam kehidupan warga masyarakat Batak juga. dapat dilihat apakah hukum adat itu masih hidup dan diterapkan. Moore dalam penelitiannya terhadap orang Chagga di Tanzania, Afrika. rnengemukakan bahwa betapa pentingnya hukum untuk mengadakan perubahan sosial (Sally Folk Moore ; 1993: 1-18). Hukum yang dimaksud adalah hukum tanah yang merupakan undang-undang dan dapat diterapkan untuk menggantikan pedoman-pedoman yang berlaku tentang kepemilikan tanah, menjadi diawasi melalui sistem kepemilikan yang diambil alih seluruhnya oleh negara. Penelitian Moore ini mirip dengan penelitian tentang hukum waris pada suku bangsa Batak. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan bersifat kualitatif Kami menggabungkan beberapa teknik penelitian, yaitu dalam mengumpulkan informasi diterapkan metode telaah kepustakaan dan beberapa dokumen yang berbentuk keputusan dan tulisan. Untuk melengkapi data tersebut kami juga mengikuti kegiatan adat dalam kehidupan sehari-hari antara warga masyarakat Batak di Jakarta dengan pengamatan terlibat (participation-observation), disamping data yang didapat dari lima orang ketua adat sebagai informan. Data juga didapat dari kuesioner yang disebarkan kepada 40 orang wanita dari marga Simandjuntak dan Pasaribu dan untuk lebih memahami serta menghayati pengalaman wanita dalam masalah warisan, diadakan wawancara secara mendalam (depth-interview) terhadap sepuluh orang ibu yang diambil secara snow-ball.
Hasil penelitian dapat disimpulkan sbb ; walaupun secara normatif anak perempuan tidak termasuk dalam kelompok ahli waris, namun dalam perkembangannya, keluarga yang berasal dari warga masyarakat Batak Toba yang bertempat tinggal di Jakarta sudah memasukkan anak perempuan mereka sebagai ahli waris, sedangkan bagian yang diterima anak perempuan sangat bervariasi, yaitu bagian anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan, bagian anak perempuan tergantung dari saudara laki-lakinya atau bagian anak laki-laki sama dengan anak perempuan. Hal yang utama dapat dilihat pada bidang pendidikan, dimana anak laki-laki dan perempuan mendapat prioritas utama dengan tidak ada perbedaan. Satu hal yang ditemui dalam penelitian ini adalah bahwa pengertian perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan pada warga masyarakat Batak Toba di Jakarta tidak pada hal yang negatif saja, lebih jauh perbedaan peran tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan dan keamanan (emotional security) bagi anak perempuan mereka, baik yang masih lajang maupun yang sudah berkeluarga."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Geovani Febian
"Tulisan ini berfokus pada tarombo dan martarombo yang bertindak sebagai strategi adaptasi budaya bagi orang Batak Toba di Jakarta untuk mempertahankan nilai budaya dan sistem kekerabatan mereka, meskipun berada jauh dari bona ni pasogit. Tarombo dimaknai sebagai simbol pembawa makna yang berguna sebagai aturan main dalam menemukan posisi diri pada silsilah keturunan Batak Toba. Gagasan nilai tarombo kemudian diejawentahkan oleh para perantau Batak Toba di Jakarta melalui interaksi dalam praktik keseharian yang disebut dengan martarombo. Dalam praktiknya, terdapat pemaknaan yang berbeda-beda terhadap tarombo sehingga negosiasi makna antar beberapa generasi tidak dapat dihindari. Oleh karenanya, makna yang mereka pegang menjadi penting untuk mengetahui strategi adaptasi dari kompleksitas budaya Batak Toba yang mereka pertahankan ketika berada di Jakarta. Tulisan ini memanfaatkan pendekatan etnografi untuk menemukan makna mengenai tarombo dan martarombo secara lebih detail dan mendalam.

This paper focusing on tarombo and martarombo which act as cultural adaptation strategies for the Toba Batak people in Jakarta to maintain their cultural values and kinship system, even though they are far from bona ni pasogit. Tarombo is interpreted as a symbol of the bearer of meaning which is useful as a rule in finding their position in the genealogical system of the Toba Batak kinship. The idea of the value of tarombo is then manifested by Toba Batak migrant through the interaction in daily practices called martarombo. In practice, there are different meanings of tarombo so negotiation of meaning between several generations is inevitable. Therefore, their interpretation of meaning becomes important on purpose to know the cultural adaptation strategies of the complexities of the Toba Batak culture that they maintain as a migrant in Jakarta. This paper utilizes an ethnographic approach to find meaning about tarombo and martarombo in more detail and depth.

Keywords: Cultural Adaptation Strategies, Martarombo, Meaning, Migrant, Practice, Tarombo, and Toba Batak.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Hatta, 2002
910 PRI III
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>