Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Berube, Allan
New York: The Free Press, 1990
306.767 3 BER c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Roudledge, 2001
R 306.766 209 2 WHO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Gloria Natalia
"Masalah homoseksual adalah masalah yang tidak pernah ada habis- habisnya. Setiap saat masalah ini selalu menjadi bahan pembicaraan yang menarik dan menimbulkan perdebatan yang seru. Para ahli sibuk mencari sebab-sebabnya mengapa seseorang menjadi homoseksual. Apakah penyebabnya nature atau nurture? Sebagian ahli berpendapat, jika penyebabnya adalah nurture, berarti pasti bisa ?disembuhkan?. Sebaliknya, jika penyebabnya adalah nature, berarti pasti ada saudara lainnya, dari ayah atau ibu yang juga homoseksual. Sebagian konselor dan terapis juga yakinbahwa penyebabnya adalah nurture, sehingga dalam menangani klien homoseksual, mereka mendorong para homo tersebut untuk ?kembali ke jalan yang benar?.
Padahal permasalahannya tidak sesederhana itu. Sumber masalahnya adalah homoseksual tidak bisa menerima bahwa minat seksual mereka adalah sesame jenis, bukan lain jenis. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak lahir pada seorang anak, sebagian besar tidak memperkenalkan adanya perilaku homoseksual. Yang mereka ketahui dan yang mereka lihat di lingkungan mereka adalah perilaku heteroseksual. Setelah mereka sendiri menyadari bahwa mereka lebih menyukai sesama jenis daripada lawan jenis, timbullah rasa bersalah, penolakan terhadap diri sendiri, yang makin lama makin menggganggu (Plummer, 1992). Dengan menolak perasaan mereka sendin, berarti mereka menolak diri sendiri. Jadi mereka berperang dengan perasaan mereka sendiri.
Kaum homo terdiri dari wanita, yang biasa disebut lesbian, dan pria, yang biasa disebut gay. Skripsi ini akan meneliti pria homoseksual, jelasnya adalah proses coming out yang terjadi pada mereka.
Gay terbagi menjadi 4 kategori besar (Plummer, 1992). Kategori pertama adalah mereka yang bisa menekan rasa tersebut hingga akhir hayat mereka, mereka membangun rumah tangga dengan seorang wanita. Kategori kedua adalah mereka yang bertahun-tahun memerangi perasaannya sendiri, hingga berumah tangga dan punya anak, yang kemudian akhirnya runtuh pertahanannya di penghujung usianya, mereka akhirnya coming out pada usia dewasa tua. Kategori ketiga adalah mereka yang hidup di dua dunia. Di satu pihak, mereka menjadi suami yang baik, di Iain pihak mereka tetap mempunyai teman sesama jenis, di mana mereka bisa agak mengurangi beban perasaan yang menekan. Kategori terakhir adalah homoseksual yang tidak mau berpura-pura mencintai wanita, bahkan di antara mereka ada yang berani hidup berpasangan dengan sesama pria. Oleh karena itu, mereka hidup melajang seumur hidup mereka.
Penelitian ini adalah tentang gay lajang yang berani coming out. Artinya mereka berani menunjukkan kepada sejumlah orang orientasi seksual mereka yang berbeda. Mengapa coming out penting untuk diteliti?
Tanpa coming out pun, homoseksual sudah ditolak oleh masyarakat. Jadi, pasti ada sesuatu yang ?mendorong? gay memilih untuk berterus terang daripada tetap menyembunyikan orientasi seksual yang sesungguhnya. Untuk sampai kepada coming out, ada tahap-tahap yang dilalui. Beberapa ahli mengulas teori- teori mereka mengenai tahap-tahap coming out-nya gay. Peneliti memilih salah satunya, yaitu teori Coleman (dalam Paul, dkk., 1982), yang paling lengkap menguraikan karakteristlk-karakteristik pada masing-masing tahap yang dilalui oleh gay sebelum coming out. Untuk Iebih melengkapi teori Coleman, peneliti juga menggunakan teori-teori Iainnya, yaitu Davies (dalam Plummer, dkk., 1992) dan Cass (dalam Paul, dkk, 1982).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakan wawancara dan observasi, agar dapat tergali proses-proses yang dialami oleh para subjek. Wawancara dengan bertatap muka dilakukan dua kali untuk masing-masing subjek, dilanjutkan dengan beberapa kali wawancara melalui telepon. Wawancara secara mendalam dilakukan kepada 4 gay, namun yang digunakan oleh peneliti sebagai data untuk skripsi ini hanya 3 gay, karena wawancara terhadap salah satu subjek tidak bisa diulang disebabkan oleh keterbatasan waktu subjek tersebut.
Dari wawancara, peneliti memperoleh gambaran yang lengkap mengenai proses coming out di mana ada tahap-tahap yang dilalui oleh masing-masing gay. Dalam setiap tahap, ada karakteristik-karakteristik yang sama pada semua subjek. Dalam proses coming out tersebut, tampak kapan subjek-subjek penelitian mulai tertarik pada sesama jenis, dan sampai pada tahap manakah subjek sewaktu diwawancarai oleh peneliti.
Proses perkembangan 2 subjek sudah sampai pada Tahap Integrasi, yaitu tahap kelima dan terakhir, tetapi salah satunya mundur ke Tahap Coming Out, tahap yang kedua. Satu subjek lagi sampai pada Tahap Eksplorasi, yaitu tahap ketiga. Bagi 2 subjek, ada yang bisa dibanggakan berkaitan dengan homo-seksualitas mereka, sedangkan bagi subjek satunya lagi, tidak ada yang bisa dibanggakan.
Dalam melewati tahap-tahap dalam proses coming out tersebut, ketiga subjek penelitian terus berusaha untuk mencintai seorang wanita. Namun, salah satu subjek akhirnya berhenti berusaha, karena tidak mau membohongi diri sendiri. Ketiga subjek pada akhirnya memilih untuk berumah tangga kelak dan bukan hidup melajang sampai akhir hayat mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhina Achmad Yani
"Skripsi ini membahas proses membuka diri gay di lingkungan sosial. Proses membuka diri dilihat dari perkembangan orientasi seksual individu sebagai gay hingga strategi mereka dalam mempertahankan diri di lingkungan sosial heteroseksual. Analisa hasil penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsep orientasi seksual dan homoseksualitas, relasi agen dan struktur oleh Anthony Giddens, serta konsep proses membuka diri oleh Troiden. Penelitian ini dilakukan di Jakarta menggunakan metode kualitatif (studi kasus).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses membuka diri gay berbeda-beda berdasarkan kondisi lingkungan sosial mereka serta pemaknaan individu atas proses membuka diri. Dua informan telah menyatakan dirinya sebagai seorang homoseksual kepada lingkungan heteroseksual, sedangkan satu informan hanya kepada komunitas homoseksualnya.

This thesis discusses the process of coming out among gays in social environment. Coming out process is seen from the development of sexual orientation as a gay individual to their strategy in defending themselves in a social environment heterosexual. Analysis of the results of research carried out by using the concept of sexual orientation and homosexuality, relations agency and structure by Anthony Giddens, and the concept of the process of coming out by Troiden. The research was conducted in Jakarta using qualitative methods (case study).
The results showed that the process of opening up a gay vary by their social environment and the individual meaning to coming out the process. Two informants had declared themself as homosexuals to a non-homosexual community, while one informant only declared to his homosexual community.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S44441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esposito, Vincnet
New York : Praeger, 1965
940.3 ESP c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dienny Widya Permatasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Terapi Kognitif- Perilaku dapat menurunkan tingkat depresi pada Gay Dewasa-Muda yang Belum Coming Out. Teknik-teknik Terapi Kognitif-Perilaku seperti psikoedukasi, restrukturisasi kognitif, jadwal aktivitas harian, relaksasi, jurnal pantau pemikiran, dan tugas rumah digunakan untuk mencapai tujuan terapi. Rancangan kuasi eksperimen dengan pola nonequivalent control group design dipilih peneliti sebagai metode penelitian dengan one group pretestposttest design. Pengukuran kuantitatif dilakukan dengan menggunakan The Center of Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D), Self-Rating Depression Scale (SDS) dan Self-Rating Anxiety Scale (SAS) di awal dan akhir asesmen. Pengukuran dilakukan kepada tiga orang partisipan yang sebelumnya telah disasar dengan menggunakan alat ukur The Beck Depression Inventory II (BDI II). Selanjutnya, observasi dan wawancara merupakan metode kualitatif yang digunakan untuk memperkuat gambaran hasil terapi. Teknik psikoedukasi dan relaksasi merupakan dua teknik yang paling bermanfaat dalam menurunkan tingkat depresi partisipan. Berdasarkan hasil penghitungan skor di awal dan akhir asesmen terdapat penurunan tingkat depresi yang signifikan. Pada alat ukur CES-D dan SDS terdapat penurunan tingkat depresi dua partisipan yang semula berada di taraf sedang dan satu di taraf tinggi, menjadi tidak terdapat indikasi depresi klinis pada ketiga partisipan. Sedangkan melalui alat ukur SAS yang mengukur kecemasan juga menunjukkan penurunan tingkat kecemasan hingga tidak terdapat indikasi kecemasan klinis pada tiga partisipan.

This research aims to know how far the Cognitive-Behavioral Therapy lowering the level of depression in Young Adults Gay Who Has Not Coming Out. Cognitive-Behavioral Therapy techniques such as psychoeducation, cognitive restructurization, daily activities schedule, relaxation, mind observed journal, and homework used in order to achieve the goals of therapy. The quasi experimental design with nonequivalent control group design selected by researcher as a research methods with one group pretestposttest design. Quantitative measurement conducted by using The Center of Epidemiological Studies-Depression Scale (CES-D), Self-Rating Depression Scale (SDS) and Self-Rating Anxiety Scale (SAS) at the beginning and the end of the assessment. The measurement is carried out to the three participants who assessed previously with The Beck Depression Inventory II (BDI II). Furthermore, observation and interview are qualitative methods used to support the results. Psychoeducation and relaxation techniques are two of the most useful techniques in decreasing levels of depression in participants. Based on the results of the calculation of the score at the beginning and end of the assessment, there is a significant decrease in the level of depression. The result score for CES-D and SDS show decreased levels of depression for two participants who were originally located on moderate level and one participant at the severe level of depression, showing that there is no indication of clinical depression in all three participants. While SAS that measure anxiety also showed a decrease in anxiety levels becoming there is no indication of clinical anxiety on three participants.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T42160
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Fransisca
"Penilaian dan penolakan dari masyarakat, menyebabkan kaum homoseksual sulit untuk menyatakan pada publik tentang orientasi seksualnya (coming-out). Hal yang terpenting dalam masa dewasa muda selain tugas perkembangan adalah kebutuhan akan intimacy. Untuk memenuhi tugas perkembangan tersebut, individu biasanya akan menjalin hubungan dengan lawan jenis untuk menyeleksi dan memilih pasangan hidupnya. Jika kebutuhan intimacy dewasa muda tidak terpenuhi, maka individu akan mengalami kesepian, cemas, dan tidak percaya diri. Hal itu menunjukkan hubungan antara intimacy dan kesejahteraan psikologis (psychological well-being).
Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat gambaran psychological well-being pada pria gay yang telah coming-out. Untuk mendapatkan gambaran kesejahteraan psikologis, peneliti menggunakan konsep psychological well-being dari Ryff. Dalam penelitian ini diketahui bahwa terdapat keterkaitan antara coming-out, intimacy dan kesejahteraan psikologis individu. Jika dalam proses coming-out individu mendapatkan dukungan sosial maka kaum homoseksual dewasa muda dapat memenuhi kebutuhan intimacy dengan baik, dan itu akan membuat kaum homoseksual mempunyai kualitas kesejahteraan psikologis yang baik. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi hambatan dalam proses coming-out yang menyebabkan individu sulit memenuhi intimacy-nya, hal itu akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis yang dimiliki.

Evaluation and denial from society causing homosexual have difficulty to declare to the public about their sexual orientation (coming-out). Most important thing in adult period other than growing up is necessity to for intimacy. To fulfill such growing task, individual usually create relationship with their opposite sex to select their spouse. If the adult intimacy necessity is not fulfilled, a person shall undergo loneliness, anxiety, and unconfident. This shows relationship between intimacy and psychological well-being.
In this research, researcher wishes to see image of psychological well-being at gay who has coming-out. To obtain image of psychological well-being, researcher using concept of psychological well-being from Ryff. In this research known that there is relationship between coming-out, intimacy and psychological well-being. If in the process of comingout a person receives social support, therefore young homosexual may fulfill intimacy with well, and it makes homosexual having good psychological well-being. On the contrary, if there is obstacle in coming-out process making a person difficult to fulfill their intimacy, it shall affect to their psychological well-being they had.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.5 MAY g
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gilbert, Pam, 1946-
London: Pandora, 1988
820.9 GIL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Najma
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8309
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelviana Febi Christyanti
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan stres dan coping yang dialami oleh ibu setelah anaknya coming out tentang orientasi seksualnya sebagai seorang gay. Teori stres dan coping yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori stres dari Lazarus dan Folkman. Lazarus (1976) mengatakan bahwa apabila suatu keadaan atau situasi yang rumit tersebut pada akhirnya dirasakan sebagai keadaan yang menekan dan mengancam serta melampaui sumber daya yang dimiliki individu untuk mengatasinya, maka situasi ini dinamakan stres. Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Auberbach, 1998), strategi coping terbagi menjadi dua kategori yaitu coping terpusat masalah (problem-focused coping) dan coping terpusat emosi (emotion-focused coping). Masing-masing strategi coping dibedakan dalam 5 variasi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi. Adapun karakteristik partisipan dalam penelitian ini adalah seorang ibu yang memiliki anak kandung gay yang telah coming out. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek, yang memiliki anak gay yang sudah coming out, menghadapi beberapa kondisi dan situasi yang dinilai sebagai sumber stres. Ketiga subjek menampilkan kedua strategi coping, yaitu coping terpusat masalah (problem-focused coping) dilakukan bila menghadapi situasi yang dapat dicari pemecahannya atau dapat diubah, dan coping terpusat emosi (emotion-focused coping) yang ditampilkan dalam menghadapi emosi negati.
This research aims to describe stress and coping among mothers whose son openly admits (to his mother) that he is a homosexual. The theoretical orientation of this research is based on Lazarus and Folkman?s theory. According to this theory, when a stressful event occurs, people usually evaluate how much it threatens their well-being and judge their ability to deal with the consequences (Lazarus, 1976). There are two strategies of coping, problem-focused coping and emotion-focused coping (Lazarus & Folkman, on Auberbach, 1998). Those two major coping strategies further differentiate into ten minor coping styles, five minor styles for each major style.
This investigation is conducted using qualitative approach. Interviews and observations are used to gather the data. There are three participants in this study, and each of them fit the characteristic of participants, which is they have a gay son that already coming out.
Result shows that every participants experience stress. Further, in their coping, they using both of the major coping strategies. Problem-focused coping consists of efforts to alter, deflect, or in some way manage the stressor itself through direct action, while emotion-focused coping was used to deal with negative emotions.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>