Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Austen, David
Jakarta: Taramedia, 2003
303.625 AUS m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Agung Sukhamdani
"Teroris tidak serta merta lahir begitu saja, terdapat proses dimana proses tersebut bermula dari radikalisasi yakni masuknya paham radikal pada diri seseorang. Paham radikal yang dimasukan merupakan ideologi yang berkaitan dengan ideologi ekstremis yang ada dan biasanya berkaitan dengan kelompok politik ataupun kelompok agama tertentu. Proses terpenting dalam radikalisasi justru ada pada proses pemberian doktrin oleh kelompok teroris pada seseorang. Ketika doktrin telah diberikan, akan menjadi sukar untuk melakukan indoktrinisasi. Dibutuhkan pemahaman yang mendalam bagaimana doktrin terbentuk dan bagaimana doktrin tersebut diajarkan. Pada penelitian ini menjabarkan bagaimana jaringan ekstremis seorang eks Napiter yang kini aktif dalam kegiatan deradikalisasi melakukan identifikasi doktrin ekstremis. Dengan memahami proses pengidentifikasian doktrin maka akan dipahami bagaimana proses yang dapat dilakukan untuk menghalau dan melawan doktrin tersebut hingga melakukan deradikalisasi. Pada penelitian ini, kasus yang diangkat ialah jaringan ekstremis yang dialami oleh Agus Supriyanto alias Farel, dalam perjalanannya, ia mengalami proses menerima paham ideologi radikal sampai dengan ideologi ekstremis, pada akhirnya ia terderadikalisasi dan kini berada pada ideologi Pancasila yang merujuk kepada persatuan bangsa. Bekalnya tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan pemberdayaan serta melakukan upaya deradikalisasi.

Terrorists are not suddenly born, there is a process in which the process starts from radicalization, namely the transmission of radical ideology into a person. The radical understanding included is an ideology that is related to existing extremist ideology and is usually related to certain political groups or religious groups. The most important process in radicalization is in fact the process of giving doctrine to someone by a terrorist group. Once the Doctrine has been given, it becomes difficult to indoctrinate it. It requires a deep understanding of how doctrines are formed and how they are taught. This research describes how the extremist network of a former convict who is now active in deradicalization activities identifies extremist doctrines. By understanding the process of identifying doctrines, it will be understood what processes can be carried out to dispel and fight these doctrines to carry out deradicalization. In this study, the case raised is the extremist network experienced by Agus Supriyanto a.k.a Farel, in his journey, he went through a process of accepting radical ideology up to extremist ideology, in the end he was deradicalized and is now in the Pancasila ideology which refers to national unity. The provisions are used to carry out empowerment activities and carry out deradicalization efforts."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Hari Saktiawan
"Usainya perang dingin tidak menjadikan Asia Tenggara lepas dari ancaman terutama terorisme. Dalam konteks hubungan internasional. terorisme telah menjelma sebagai aktor non-tradisional yang pada akhirnya turut berperan dalam hubungan internasional antar negara. Selain itu saat ini telah diakui bersama bahwa terorisme telah menjadi ancaman nyata bagi stabilitas keainanan kawasan. Di kawasan telah terdapat suatu mekanisme dialog multilateral. ARF untuk membahas permasalahan keamanan kawasan. termasuk didalamnya terorisme. Dengan mekanisme yang dimilikinya. ARF dapat memainkan peranannya dalam menangani isu tersebut.
Untuk membahas hal tersebut. kiranya beberapa kerangka pemikiran dapat diajukan antara lain seperti yang dikcmukakan oleh Krasner dengan regime theorynya, konsep Confidence Building Measures yang dikembangkan oleh negara-negara peserta serta salah satu definisi terorisme untuk memberi gambaran mengenai konteks ancaman yang ditimbulkan oleh kelompok teroris. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang mcnckankan pada pengembangan keadaan realilas sosial serta proses interaktif dari objek yang diteliti.
Mekanisme ARF telah cukup memberikan respons terhadap penanganan terorisme akan tetapi masih .terdapat beberapa hal yang perlu dioptimalkan kembali terutama yang berkaitan dengan kerjasama konkrit antar negara peserta guna menangani isu terorisme tersebut dalam secara kolektif. Beberapa instrumen yang dihasilkan dari pertemuan ARF belum mencukupi untuk menangani isu terorisme yang sifatnya kompleks. Akan tetapi penanganan itu sendiri merupakan proses yang berjalan sehingga memerlukan cukup waktu bagi penanganannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alauddin Muhammad
"ABSTRAK
Dalam kurun 45 tahun, tiap tahun hotel mendapatkan serangan teroris, sehingga masih ada kemungkinan bahwa hotel akan terus menjadi salah satu sasaran potensial terhadap serangan yang dilakukan oleh teroris. Meskipun hotel menyadari kemungkinan adanya serangan teroris, antisipasi yang dilakukan oleh pihak hotel masih memungkinkan memberikan peluang terjadinya serangan teroris. Penulisan ini menggunakan teori 25 teknik dalam SCP dengan asumsi serangan teroris memiliki persamaan dengan kejahatan lain pada pertimbangan pelaku terhadap tingkat keberhasilan serangan yang dilakukan. Pelaku akan berusaha mengeksploitasi kelemahan keamanan yang ada di hotel. Penulisan ini menggunakan metode analisis data sekunder. Upaya pencegahan yang dilakukan hotel terhadap serangan teroris mencakup beberapa teknik dalam pencegahan kejahatan situasional.

ABSTRACT
In the last 45 years, hotels around the world get attacked by terrorist almost every year, so it is still possible that hotels will continue to be one of the potential targets of terrorist attacks. Although hotels are aware of the possibility of terrorist attacks, the anticipation made by the hotel still allows the possibility of terrorist attacks. This paper uses theory of 25 techniques in situational crime prevention assuming terrorist attacks have similarities with other crimes on the offender 39 s consideration of the success rate of the attacks. The perpetrator will try to exploit the security weaknesses at the hotel. This paper uses secondary data analysis method. The hotel 39 s preventive measures against terrorist attacks include several techniques in situational crime prevention."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chomsky, Noam
Bandung: Mizan, 1991
303.625 CHO pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ladiansah Fajari
"Skripsi ini membahas tentang pilihan rasional teroris radikal Islam dalam memilih modus serangan studi kasus terorisme di Indonesia dari tahun 2000 hingga 2010. Identifikasi menunjukan terdapat tiga modus serangan teroris yang dilakukan oleh kelompok teroris tersebut. Penelitian ini menjelaskan bahwa dalam memilih modus serangan yang akan digunakan, teroris selalu memperhitungkan dan mempertimbangkan pilihan rasional berbagai faktor baik personal (motif dan kemampuan pelaku) maupun situasional (situasi dan kondisi target serta ketersediaan akses pendukung operasi) sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

This paper discussed the rational choice of radical Islamic terrorists in selecting the mode of attack, based on case studies of terrorism in Indonesia during 2000 to 2010. Identification showed that there are three modes of terrorist attacks carried out by terrorist groups. This study explains that in choosing a mode of attack that will be used, terrorists always take into account and consider the rational choice of a variety of factors both personal (the perpetrator's motives and abilities) or situational circumstances (situations and conditions of the target and the availability of access to operations support) so as to achieve the desired goal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Garnijanto Bambang Wahjudi
"Penelitian ini membahas antisipasi ASEAN terhadap terorisme yang terjadi di kawasan ASEAN. Secara lebih khusus menekankan sejauh mana perhatian dan ikatan kerjasama ASEAN telah dilakukan dalam mengantisipasi terorisme internasional di kawasan ASEAN.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana ikatan kerjasama regional ASEAN dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya terorisme internasional? Serta bagaimana reaksi kerjasama regional ASEAN terhadap aksi terorisme internasional di Filipina Selatan pada tahun 2000 dan 2001?
Analisis dilakukan dengan melihat Core Values organisasi ASEAN yaitu tujuan atau cita-cita ASEAN, Threats atau ancaman terhadap Core Values serta Capability ASEAN berupa kerjasama regional ASEAN dalam penanggulangan terorisme internasional.
Di wilayah Filipina bagian Selatan telah terjadi aksi teorisme internasional berupa penculikan dan penyanderaan berbagai warga negara asing di tahun 2000 dan 2001. Pelaku penculikan merupakan warga negara Filipina dan aksi dilakukan di tempat wisata dalam wilayah negara Malaysia. Korban penculikan kemudian dijadikan sandera di wilayah Filipina. Kelompok penculik kemudian mengajukan berbagai tuntutan kepada pemerintah Filipina dengan ancarnan akan membunuh para sandera.
Perilaku kelompok penculik dapat dikelompokkan sebagai tindakan terorisme internasional dan aksi merekapun telah mengganggu ketenangan usaha wisata di wilayah Malaysia. ASEAN sebagai organisasi yang bercita-cita ingin memajukan kesejahteraan dan perdamaian di kawasan Asia Tenggara sebenarnya telah menjadi tertantang untuk segera dapat menanggulangi ataupun mengantisipasi kejadian semacam ini.
Sebelum aksi terorisme internasional menjadi lebih banyak dan lebih besar serta mengganggu hubungan antar negara anggota ASEAN, maka ikatan kerjasama penanggulangan merupakan jalan keluar pemecahan masalah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Darmawan
"Masalah dalam tesis ini berkaitan dengan komitmen masyarakat internasional dalam mencegah dan memberantas terorisme, dimana terorisme adalah kejahatan yang mengancam perdamaian dan keamanan umat manusia, sehingga seluruh negara anggota PBB wajib mendukung dan melaksanakan konvensi internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk dan menyerukan anggota PBB untuk mencegah dan memberantas terorisme melalui kerjasama intemasional dan pembentukan perundang-undangan nasionalnya.
Tujuan penelitian untuk penulisan tesis ini adalah untuk memperoleh pemahaman mengenai pengaturan pemberantasan terorisme dalam hukum internasional dan nasional, dan memahami bentuk dan kerjasama internasional, serta memahami hubungan antara aspek hukum, kerjasama internasional dengan ketahanan nasional.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah deskriptif analisis dan teknik analisis data bersifat kualitatif, serta fokusnya mengenai terorisme dalam skala global yang sering disebut sebagai ketidakadilan global dan sering dikaitkan dengan kolonisasi dalam abad modern, dan sampai saat ini belum ada kesepakatan internasional mengenai definisi terorisme. Namun demikian, yang perlu dihadapi ialah bagaimana mencegah terorisme, sehingga tidak memasuki kehidupan bangsa dan negara yang lebih luas lagi, agar tidak menambah parah keadaan dan berdampak negatif dalam bidang politik, ekonomi, sosial, ketertiban dan keamanan masyarakat secara luas. Pemerintah dan bangsa Indonesia harus pandai melangkah dalam membawa arah masa depan Indonesia berdasarkan ketahanan nasionalnya, yang dapat menjanjikan kemajuan peradaban dan kedamaian, diantara perubahan, ketidakpastian dan ketidak-menentuan dalam kehidupan global yang kini tengah dialami oleh seluruh bangsa di dunia. Sejalan dengan UUD 1945, Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan yang berlandaskan hukum dan memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memelihara kehidupan yang aman, damai, sejahtera dan ikut serta secara aktif memelihara perdamaian dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah wajib memelihara dan menegakkan kedaulatan dan melindungi setiap warga negaranya dari setiap ancaman atau tindakan destruktif, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Kesimpulan tesis ini menunjukkan bahwa semua negara harus memperkuat upaya untuk mencegah dan memberantas terorisme termasuk meningkatkan kerjasama internasional dan menerapkan konvensi internasional anti-terorisme yang relevan, resolusi Dewan Keamanan PBB, dan hukum nasionalnya, dan juga mereka harus mempunyai komitmen pada suatu strategi melawan terorisme yang komprehensif (anti-terorisme dan kontra-terorisme) berdasarkan lima pilar yaitu: mencegah orang-orang melakukan atau mendukung terorisme; menutup akses teroris terhadap dana dan peralatan; mencegah negara-negara mensponsori terorisme; kerjasama internasional dan mengembangkan kemampuan negaranegara untuk mengalahkan terorisme; dan membela hak-hak asasi manusia. Di sisi lain bahwa pemberantasan tindak pidana terorisme di Indonesia tidak semata-mata merupakan masalah hukum dan penegakan hukum melainkan juga merupakan masalah sosial, budaya, ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah ketahanan nasional, sehingga kebijakan dan langkah pencegahan dan pemberantasannya pun ditujukan untuk memelihara keseimbangan dalam kewajiban melindungi kedaulatan negara, hak asasi korban dan saksi, serta hak asasi tersangka.

The problem in this thesis relating to the commitment of the international community to prevent and eliminate terrorism, which affirm that terrorism is a crime that threatens the peace and safety of humanity, and therefore, all member States of the United Nations should support and implement international conventions and the resolution of the United Nations Security Council to condemn terrorism and to appeal to all members of the UN to prevent and suppress terrorism through the international cooperation and formation of their national legislation.
The purpose of this research attempts to: understand the regulation in international and national law, in strengthening international cooperation, and relationship among legal aspects, international cooperation and national recillience regarding suppression of criminal acts of terrorism.
Researcher in this thesis use the research method are descriptive analytical and qualitative approach for technique of data analysis and will be focus regarding terrorism in the global scale often has the connotation of global injustice, and frequently connected with what could be termed colonization of a modern era. Therefore, it could be understood that up to present there is no internationally agreed definition of terrorism that is absolutely acceptable to the nations on the globe. The matters that should be handled immediately are terrorist acts, so as to prevent them from entering into the lives of the Indonesian nation and state, worsening the situation and having negative impacts on the politics, economy, social, discipline and security of the community at large. Departing from the rationale above, it is appropriate for the government and people of Indonesia to adopt prudent steps in directing the future based on national resilience of their country, which promises advancement of civilization and peace with long term focus and are always on the alert for the uncertainties in the global living that is currently experienced by all nations. In line with the Preamble of the 1945 Constitution, the Republic of Indonesia is a unitary state, which is based on the laws and has the duty and responsibility to maintain a secure, peaceful and prosperous life, and to participate actively in maintaining the world peace. In order to achive the above goal, the government is obliged to maintain and uphold the sovereignty and to protect its citizens from every threat or destructive act both from inside and outside the country.
Conclusion of this thesis shows that all of States have to redouble their efforts to prevent, eliminate and suppress terrorist acts including by increased international cooperation and full implementation of the relevant international anti-terrorist conventions, Security Council resolutions and their national law, and also they must have of the commitment on the strategy against terrorism (anti-terrorism and counter-terrorism) must be comprehensive and should be based on five pillars: it must aim at dissuading people from resorting to terrorism or supporting it; it must deny terrorist access to funds and materials; it must deter States from sponsoring terrorism; it must develop state capacity to defeat terrorism; and it must defend human rights. The other side that suppression of criminal acts of terrorism is not only a question of law and law enforcement but also a social, cultural, economic issue closely-related to the security of a nation and national resilience, and the policies and measures to prevent and eliminate it should also be aimed at maintaining the equilibrium in the obligation to protect the state's sovereignty, the human of the victims, the withnesses and the suspect.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T19332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Wirawan
"Perubahan situasi politik internasional setelah Perang Dingin menjadi bergeser, aktor negara yang sebelumnya mempunyai peran dominan disusul perannya oleh berbagai aktor kepentingan di percaturan dunia. Aktor individu, aktor golongan maupun kelompok semuanya berperan menampilkan kepentingannya masing-masing. Terorisme dalam perjuangan politiknya juga ikut memainkan peran kepentingannya.
Tindakan kekerasan terorisme selalu menimbulkan akibat kepada masyarakat. Kekerasan teorisme secara psikologis telah menimbulkan trauma rasa takut yang tertanam dan dapat mengancam keselamatan manusia. Trauma takut akan ancaman menyebabkan orang untuk tidak mau mengambil risiko tinggi dalam aktivitasnya. Risiko akan ancaman keselamatan yang tinggi dapat berpengaruh ke sektor-sektor lain, seperti ekonomi, sosial, budaya dan lainnya. Resiko tinggi yang berpengaruh pada sektor ekonomi khususnya lingkungan bisnis dapat dilihat pada tragedi WTC dan Pentagon di Amerika.
Bisnis penerbangan internasional mengalami kemunduran setelah serangan teroris pada tragedi World Trade Center dan Pentagon tanggal 11 September 2001 di Amerika Serikat. Bukan hanya korban nyawa dari penumpang pesawat yang menabrak gedung WTC dan Pentagon saja yang terjadi, melainkan paska peristiwa ini yang berimplikasi ke berbagai sektor kehidupan masyarakat. Bisnis Penerbangan intemasional pada khususnya menerima dampak tragedi ini. Produksi penerbangan menurun, penutupan rute penerbangan, peningkatan biaya asuransi, pemberhentian pegawai, bahkan sampai penutupan perusahaan terjadi karena tindakan kekerasan terorisme.
Sekali tindakan teroris dilakukan mempunyai efek ke berbagai sektor kehidupan, bukan hanya persoalan yang terlibat langsung saja terkena dampaknya, melainkan ke hal-hal lain yang ikut merasakan kehancuran. Bukan hanya pegawai penerbangan saja yang dipecat, melainkan anggota keluarga lain juga merasakan malapetaka tindak kekerasan.
Di balik masalah yang dihadapi bisnis penerbangan akan ada bisnis-bisnis lain yang mengalami situasi serupa, karena keterkaitan bisnisnya, seperti bisnis pariwisata, hotel, ekspor-import dan lain sebagainya. Bagaimanakah dengan sekor-sektor lain ?
Pada tulisan ini hanya memaparkan dampak serangan teroris paska tragedi WTC dan Pentagon tanggal 11 September 2001 di Amerika Serikat pada sektor bisnis penerbangan internasional.
Antisipasi dan kewaspadaan terhadap teroris perlu diperangi sejak dini. Salah satu langkah yang diperintahkan Perserikalan Bangsa-Bangsa dengan Resolusi Dewan Keamanan No. 1373 untuk memblokir dana-dana teroris."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T14372
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titus Yudho Uly
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang cara para terorisme yang berada di Indonesia
terutama yang berada di kota Solo merekrut para remaja atau orang yang memiliki usia
masih muda untuk masuk dalam jaringannya, faktor-faktor penyebab anak remaja
dengan mudah direkrut, dan peran negara dalam hal memberantas dan memerangi
tindak terorisme di Indonesia. Terorisme adalah ancaman dan bahaya nyata bagi
kehidupan manusia di seluruh dunia. Menurut Ezzat Fattah (Nitibaskara, 2002) terorisme
berasal dari kata teror, dalam bahasa latinnya ?terre? yang artinya menakut nakuti.
Remaja direkrut dengan mudah disebabkan adanya ajaran-ajaran sesat dengan dalih
suatu agama tertentu dengan mendapat hadiah surga. Banyak pemikiran-pemikiran sesat
dan destruktif, dijadikan dogma bagi diri teroris. Pemikiran pemikiran tadi dibangun
menjadi sebuah landasan untuk mendirikan negara Islam dan mereka tidak mau turut
berpartisiapasi dalam membangun bangsa dan negara Indonesia. Indonesia merupakan
salah satu negara yang terancam aksi terorisme terbesar di dunia. Aksi terorisme di
Indonesia saat ini dilakukan oleh kelompok kelompok kecil yang tidak berhubungan
secara struktur satu sama lain. Di negara kita selain faktor pendidikan dan kemiskinan
juga menjadi penyebab dengan mudahnya remaja Indonesia direkrutnya. Sebab itu
dalam hal memberantas dan memerangi tindak terorisme di Indonesia diperlukan sinergi
dan kerjasama dari semua pihak karena kejahatan ini berdasarkan idelogi maka perlu
diketahui dari mana ideologi tersebut berasal dan harus segera dinetralisir dengan
pemahaman yang benar bagi seluruh remaja-remaja di Indonesia.

ABSTRACT
This thesis discusses how the terrorism that are in Indonesia, especially in the
city of Solo recruiting young people or people who have a young age to enter the
network, the factors that cause teenagers to easily recruited, and the role of the state in
terms of combat and combat acts of terrorism in Indonesia. Terrorism is a threat and a
real danger to the lives of people across the world. According to Ezzat Fattah (Nitibaskara, 2002) comes from the terror of terrorism, in Latin 'terre' which means to
scare scare. Actually, the word ' terre ' is used to determine a way to organize, and the
word ' terrorism ' is used to describe a systematic use of terror , especially with the
action set to surrender. Teens were recruited with ease due to the false teachings under
the pretext of a particular religion to receive the gift of heaven . Many thoughts
misguided and destructive, self- made dogma for terrorists. Suicide bombings, jihad,
anti participation, the values of their minds astray. Thought provoking was built into a
foundation to establish an Islamic state and they do not want to participate
berpartisiapasi in building the nation and state of Indonesia.
Indonesia is one country that is threatened by acts of terrorism in the world. Acts of
terrorism in Indonesia is carried out by small groups that are structurally unrelated to
one another . In our country factors other than education and poverty is also a cause
with ease teen Indonesia recruits. Therefore, in terms of combat and combat acts of
terrorism in Indonesia is required synergy and cooperation of all parties for this crime is
based on ideology it is necessary to know where the ideology comes from and must be
neutralized with a true understanding of all teenagers in Indonesia., This thesis discusses how the terrorism that are in Indonesia , especially in the
city of Solo recruiting young people or people who have a young age to enter the
network , the factors that cause teenagers to easily recruited , and the role of the state in
terms of combat and combat acts of terrorism in Indonesia . Terrorism is a threat and a
real danger to the lives of people across the world . According to Ezzat Fattah (
Nitibaskara , 2002) comes from the terror of terrorism , in Latin ' terre ' which means to
scare scare. Actually, the word ' terre ' is used to determine a way to organize , and the
word ' terrorism ' is used to describe a systematic use of terror , especially with the
action set to surrender. Teens were recruited with ease due to the false teachings under
the pretext of a particular religion to receive the gift of heaven . Many thoughts
misguided and destructive , self- made dogma for terrorists . Suicide bombings , jihad ,
anti participation , the values of their minds astray . Thought provoking was built into a
foundation to establish an Islamic state and they do not want to participate
berpartisiapasi in building the nation and state of Indonesia.
Indonesia is one country that is threatened by acts of terrorism in the world. Acts of
terrorism in Indonesia is carried out by small groups that are structurally unrelated to
one another . In our country factors other than education and poverty is also a cause
with ease teen Indonesia recruits . Therefore, in terms of combat and combat acts of
terrorism in Indonesia is required synergy and cooperation of all parties for this crime is
based on ideology it is necessary to know where the ideology comes from and must be
neutralized with a true understanding of all teenagers in Indonesia.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>