Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Woodfin, Rupert
Singapore: Rupert Woodfin, 2004
335.4 WOO i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Elster, Jon
Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2000
354.4 ELS it (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
"Mao Zedong is discussed in terms of his four thoughts on Marxism-Mao Leninism : the Chinese-zation of Marxism, priority of praxis, contradiction, and mass-line. The conclusion of the articles says that Mao's basic thought is revolutionary will"
Depok: Departemen kewilayaan FIB Universitas Indonesia, 2009
360 JETK 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Mao Zedong is discussed in terms of his four thoughts on Marxism-Mao Leninism: the Chinese-zation of Marxism, priority of praxis, contradiction, and mass-line. The conclusion of the articles says that Mao's basic thought is revolutionary will."
JUETIKA
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Utoyo
"Pokok masalah skripsi ini adalah menentukan kedudukan estetika dengan kesenian sebagai aplikasinya, didalam kerangka teori Marxisme, sebagai berikut: (1) Karl Marx Muda terheran-heran akan sifat kesenian (ia mengambil contoh kesenian Yunani Purba) yang transhistorical dan eternal charm. Hal ini disebabkan kesenian ternyata tidak termasuk dan berasal dari infra-struktur; aktifitas kesenian tidak sejalan dengan sejarah perkembangan material. (2) Marxisme sebagai ideologi menempatkan kesenian pada infra-struktur, sebagai alat propaganda politik revolusioner: Menyuarakan kepentingan Kelas Universal (Buruh) yang teralienasi. (3) Marcuse, seperti halnya Marxisme percaya bahwa alienasi manusia harus dilenyapkan dengan revolusi. Revolusi harus dilakukan karena arah perkembangan material (Materialisme Historis) telah diketahui sebelumnya, oleh karena itu perlu diantisipasi. Masalahnya bagi Marcuse adalah bagaimana menempatkan kesenian dalam revolusi politik ini, karena sifat kesenian itu apolitik. Dasar Teoritis: (1) Karl Marx Muda berpendapat, bahwa tidak seperti halnya dengan agama yang suatu waktu akan hilang, kesenian adalah kebutuhan hakiki bagi aktualisasi diri dan kemanusiaan; jadi kesenian disini bersifat antropologis.(2) Marxisme berpendapat bahwa kesenian mempunyai kebebasan yang relatif karena pada saat ini, kesenian harus mempropagandakan tujuan-tujuan politis mereka. (3) Marcuse yang ditopang oieh teori Freud tentang pleasure principle versus reality principle, Kant tentang Of Beauty as the Symbol of Morality, Schiller yang menjembatani sensuous impulse versus form-impulse dengan play-impulse, berpendapat bahwa terdapat hubungan yang mendasar antara Truth, Freedom, Beauty, Art, Sensuousness dan Pleasure. Analisis Harcuse, Marcuse sependapat dengan Marx bahwa keterasingan pada manusia (alienasi) merupakan kondisi yang tidak normal, oleh karena itu perlu dilenyapkan secara revolusioner. Analisis Marcuse terhadap affluent society pada abad ini menunjukkan bahwa Kelas Buruh tidak lagi revolusioner karena mereka tidak sadar bahwa mereka sebenarnya teralienasi. Manusia pada dasarnya cenderung mencari kesenangan tanpa batas (pleasure principle). Pada affluent society, pleasure principle ini dapat diwujudkan yaitu dengan instinctual liberation. Berdasarkan Critique of Judgement (Rant), sensuous impulse (Schiller) merupakan pusat karena mempunyai daya pertimbangan terhadap causality dan freedom: ia menuntun manusia dari hukum kasualitas menuju kebebasan. Ciri dari sensuous impulse yang merupakan bagian dari life instinct 'naluri akan kehidupan' ini adalah play impulse. Play impulse ini terdapat pada kesenian dan bersifat kreatif, produktif dan hidup. Jadi akar dari kesenian itu adalah kehidupan yang bersifat erotis (erotogenic); tetapi kesenian tidak lantas menjadi happy ending karena di dalam estetika terdapat dialektika yang abadi antara Eros 'kehidupan'dan Thanatos 'kematian'(masalah-masalah meta-sosial). Kecemasan manusia akan waktu dan kematian dapat dihilangkan dengan abolishing time in time lewat play impulse sehingga pekerjaan dan waktu santai menjadi dis-play (Schein): hal ini dapat terjadi pada affluent society dimana art liberation dipadukan dengan teknologi yang telah dihilangkan sifat-sifat destruktifnya (gaya scienza) dapat membawa manusia pada kebehagiaan yang teraga. Kesimpulan, justru karena sifat kesenian (anti--art) yang otonom itulah, kesenian mempunyai kemampuan subversif terhadap tatanan mapan yang mengasingkan manusia. Estetika dapat menjadi prinsip reality baru, yaitu realita yang didasari oleh life-instinct 'naluri kehidupan'. Terdapat hubungan yang hakiki antara pleasure, sensuousness, beauty, truth, art and freedom, hal ini tercermin pada seni kontemporer (anti-art) sehingga seni menjadi seni pembebasan."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Ray Lienardy
"'Pribumi' yang dideskripsikan sebagai penduduk asli Indonesia adalah bentuk historiografi yang terus-menerus dilestarikan selama negara ini berdiri. Istilah ini merangkum berbagai macam/jenis peristiwa bersejarah yang membentuk negara ini seperti sekarang beserta mayoritas penduduk yang menjalankannya. Istilah ini juga dapat kita jelaskan sebagai sebuah bentuk etnosentrisme terselubung, dimana kelompok-kelompok suku bangsa tertentu yang termasuk ke dalam klasifikasi 'Pribumi' adalah kelompok yang secara absolut berhak terhadap keistimewaan di dalam sistem, sebagai 'pewaris' yang berhak. Dengan segala metode yang relevan, paper ini, menggunakan perspektif Marxisme Kultural, prinsip yang menjadi apologia terhadap 'state-provisioned diversity' mencoba untuk mencari logika dibalik istilah yang sifatnya 'politically problematic', yang dideskripsikan sebagai 'perihal di masa lalu' dalam menjalankan negara dengan sistem pengakuan keberagaman yang sifatnya lebih stabil.

'Pribumi', described as native Indonesian, is a form of historiography that has been preserved as long as this country estabilished. This term cover a wide range of historical events that shape this country and its majority. This term too, has been used as a form of covert ethnocentrism, in which the ethnic groups that are included in this so called 'Pribumi'are stated to be the most righteous heir of this nation, Indonesia, including the favor of the system that makes this country keep running. By any means necessary, this paper, through Cultural Marxism's lense, the principle that stem from 'state provisioned diversity' is trying to make the sense out of this 'politically problematic' that has been described as a thing of the past by majority of people in order to estabilish a more stable nation where diversity is acknowledged.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenin, Vladimir I.
Moscow: Foreign Languages Publishing House, 1952
335.4 LEN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Engels, Friedrich, 1820-1895
Jakarta: Hasta Mitra, 2002
335.4 Eng f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lenin, Vladimir I.
Moscow: Foreign Languages Publishing House , 1950
335.4 LEN s I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Irwolhoe, or the January Association, asserted the unification of the split socialist movement upon its formation in January 1925...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>