Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3328 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wilson, P. R.
Queensland: University of Queensland, 1973
364.994 WIL c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Peartree, Cecilia
Lexington: Lexington,KY, 2016
813.6 PEA c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ceccato, Vania
New York: Routledge, 2017
364.1 CEC r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, Adam
New York: Longman, 1998
364.4 Cra c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Crawford, Adam
New York: Longman, 1998
364.4 Cra c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London and New York: Routledge, 2001
364.4 CRI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Foster, Janet,1961
London Routlege 1990,
364.942 Fos v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Foster, Janet
London: Routledge, 1990
364.942 FOS v (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anang Budi Arso
"Perubahan ketatanegaraan dan pemerintahan suatu negara berpengaruh signifikan terhadap penyelenggaraan fungsi fungsi lembaga didalam kenegaraan, termasuk fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara. Strategi pemolisian dalam mengatasi kejahatan yang selama ini digunakan juga mengalami pergeseran, dari reactive policing menuju kepada gaya Community Policing. Reactive Policing dianggap memiliki kelemahan, karena selain tidak dapat menyelesaikan akar masalah juga menimbulkan trauma terhadap masyarakat yang berakibat pada renggangnya hubungan polisi dengan masyarakat.
Community Policing (memiliki 3 komponen penting, yaitu community partnerships, organizational transformation dan problem solving) dianggap revolusioner karena menawarkan resolusi-resolusi baru bagi masalah-masalah sosial yang telah lama ada. Elemen-elemen yang dapat mengangkat community policing juga telah ada sejak lama. Community Policing juga merupakan sebuah gejala yang mendunia dan berkembang secara konstan.
(Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat) BKPM merupakan salah satu implementasi praktik Community Policing. Mengingat karena keberadaannya yang berada tepat di tengah masyarakat dan terutama bahwa sebagian besar kegiatan BKPM berorientasi pada upaya-upaya untuk mendekatkan masyarakat dengan polisi, serta bekerja sama dengan masyarakat dalam pengendalian sosial.
BKPM suatu bentuk adaptasi dari praktik pemolisian di Jepang yang dikenal dengan Koban. Pos polisi kecil yang terdiri dari 10 ? 15 anggota polisi, yang menjalankan sebagian tugas dan fungsi pemolisian dan keberadaannya berada ditengah-tengah masyarakat. Tugas dan fungsi utama yang dijalankan oleh BKPM antara lain adalah menerima dan menerbitkan surat keterangan bila terjadi kehilangan, menerima laporan jika terjadi kejahatan dan bila memungkinkan menyelesaikan laporan tersebut, serta emergency services.
Pemecahan masalah adalah upaya polisi dan masyarakat untuk menangani kondisi yang menyebabkan terjadinya kejahatan dan situasi atau kondisi negatif yang dapat mempengaruhi kualitas hidup dalam masyarakat. Dan untuk komponen ini (Problem Solving) penerapan Problem-Oriented Policing (POP) bisa menjadi pilihan terbaik. karena Problem-Oriented Policing (POP) mempunyai kerangka yang dapat membantu polisi untuk dapat berfikir dan bertindak secara terstruktur dan sistematis, secara proaktif mengembangkan solusi untuk kondisi yang mendasari langsung dan berkontribusi terhadap masalah keselamatan publik, serta didorong untuk berpikir inovatif.

Changes in the state administration and the government of a country significantly influence the operation of functions within the institutions of state, including the police function as one of the functions of state government. Policing strategies in addressing the crimes that have been used are also experiencing a shift from reactive policing to the Community Policing style to style. Reactive Policing considered to have weaknesses, because in addition can not solve the root problem also cause trauma to the community which resulted in Loosening of police relations with the community.
Community Policing (has three essential components : Community Partnerships, Organizational Transformation and Problem Solving) is considered revolutionary because it offers new resolutions for the social problems that have long existed. Elements that can lift the community policing has also been around a long time. Community Policing is also a global phenomenon and is constantly evolving.
BKPM (Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat/Center for Police and Community Partnership) is one of the practical implementation of Community Policing. Considering because its existence is right in the middle of society, and especially that most of the activities BKPM oriented efforts to bring the community to the police, as well as working with the community in social control.
BKPM an adaptation of policing practices in Japan, known as Koban. Small police posts are composed of 10-15 members of the police, which runs some of the tasks and functions of policing and its presence in the midst of society. The main duties and functions undertaken by BKPM, among others, is to accept and issue certificates in the event of loss, received a report when there is a crime and if possible finish to the report, as well as emergency services.
Problem Solving is a police and community efforts to address the conditions that lead to crime and the situation or condition that can negatively affect the quality of life in society. And for this component (Problem Solving) the application of Problem-Oriented Policing (POP) could be the best option. because Problem-Oriented Policing (POP) has a framework that can help the police to be able to think and act in a structured and systematic, proactively develop solutions for direct and underlying conditions contributing to a public safety issue, and are encouraged to think innovatively."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Rembulan Kinasih
"Kriminalitas menjadi salah satu permasalahan kota yang tak dapat dihindari. Hal inilah yang kemudian memicu inisiatif warga komunitas non-gated untuk menerapkan portal dan gerbang yang biasanya dilakukan oleh gated community di kawasan perumahannya. Penerapan portal dan gerbang yang ada dalam gated community sejatinya akan berbeda dengan kawasan yang sejak awal dirancang sebagai perumahan terbuka. Lingkungan sosial kedua komunitas ini, gated dan non-gated tentunya juga menjadi faktor pembeda. Oleh karena itu, kajian ini akan berfokus pada bagai mana kemudian non-gated community ini mendapatkan rasa aman yang mungkin dipengaruhi oleh sistem gated community yang kian makin marak terjadi maupun faktor penentu lainnya. Dengan adanya kajian ini, diharapkan dapat membuka wawasan mengenai bagai mana faktor spasial dapat ikut serta dalam meminimalisir kriminalitas.

Crime is one of the urban problems that happens often. It triggers the non-gated community to take an initiative in making changes in their residential areas. Portals and gates are implemented on their private road. However, their presence in a gated community will be different in an area that was originally designed as an open housing complex. Based on different types of community, gated and non-gated, neighborhood aspect will determine their distinctive in using portals and gated. Therefore, this study will focus on how this non-gated community gets a sense of security which may be influenced by gated community and other determinants. Hopefully, this study can open the knowledge about how spatial factors can participate in minimizing crime."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>