Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1491 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chaeruddin Ismazil
Jakarta: Jakarta Citra, 2001
363.2 CHA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wirdo Nefisco
"Penelitian mengenai Polisi dan Unjuk Rasa Anarkis di Jakarta bertujuan untuk menunjukkan penanganan unjuk rasa yang dilakukan oleh Polres Metro Jakarta Selatan yang dilakukan oleh satuan dalmas dalam rangka meredam aksi anarkis yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa saat menyampaikan aspirasinya di muka umum dengan baik dan tidak melakukan pelanggaran hak asasi man usia.
Unjuk rasa yang terjadi di Jakarta Selatan dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari masyarakat Jakarta Selatan sendiri dan masyarakat yang berasal dari Iuar wilayah Jakarta Selatan seperti Depok, Tangerang, Bekasi dan dan luar pulau Jawa. Aspirasi yang disampaikan meliputi masalah tenaga kerja, korupsi, hak asasi manusia dan lain - lain.
Unjuk unjuk rasa anarkis yang dilakukan oleo Front Persatuan Rakyat Papua Barat ( Front Pepera - PB ) yang dipimpin oleh Arkilus di kantor Freeport Gedung Plaza 89 JI. Rasuna Said Kuningan Setiabudi Jakarta Selatan dengan tuntutan agar dilakukan penutupan secara total kegiatan produksi PT. Freeport Indonesia di Papua Barat dan Laskar Pembela Islam ( LPT ) yang dipimpin oleh Ustadz Mustiin dengan tuntutan agar majalah Playboy ditarik peredarannya di masyarakat dalam waktu 3 x 24 jam merupakan suatu bentuk tindakan melanggar hukum dan tidak sejalan dengan semangat reformasi.
Dalam menangani unjuk rasa damai dan anarkis yang terjadi di wilayah hukum Jakarta Selatan, satuan dalmas mengacu pada ketentuan hukum yang berlaku. Penanganan unjuk rasa yang dilakukan oleh satuan dalmas Pokes Metro Jakarta Selatan masih bersifat sesaat, reaktif dan melakukan tindakan represif saat kegiatan unjuk rasa mengarah pada tindakan anarkis. Tindakan represif dilakukan oleh satuan dalmas sebagai reaksi spontan dan balasan terhadap aksi anarkis yang dilakukan pengunjuk rasa.
Penanganan unjuk rasa anarkis oleh satuan dalmas Polres Metro Jakarta Selatan dengan menggunakan personal yang terbatas sehingga hal ini sangat mempengaruhi efektifitas penanganan di lapangan. Anggota dalmas yang terlibat dalam penanganan unjuk rasa anarkis tidak semuanya memiliki pendidikan khusus mengenai dalmas tetapi hanya melalui pelatihan secara rutin di Mako Pokes yang dilaksanakan secara internal sehingga pemahaman terhadap kegiatan. unjuk rasa masih dilihat sebagai gangguan kamtibmas bukan sebagai proses demokrasi yang sedang berjalan.
Walaupun masih terdapat keterbasan yang dimiliki oleh satuan dalmas Polres Metro Jakarta Selatan dalam menangani unjuk rasa anarkis, namun dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya keluhan dari pengunjuk rasa tentang perlakuan anggota dalmas yang dapat mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia.

This research is about police and brutal demonstration in south Jakarta which show the implementation of riot police to redeem the brutal demonstration in order to the protect the interest of the other people in the community life and avoid the violation of the human right. Demonstration in south Jakarta is done by people who live in and outside of south Jakarta area such as Depok, Tangerang, Bekasi and other area. Their aspiration is about manpower, corruption, human right and etc.
Brutal demonstration which done by Front of Unity Pepole West Papua who lead by Arkilus at Freeport office. They want that the company totally stop in west Papua because it's doesn't give the benefit for local people even though that company has operated for years. And the other brutality riot is done by Islam Defender Front They want that Playboy magazines do not distribute in the community and give 72 hours for implementing. Those actions are not same as reformation spirit and break the law.
For preventing the brutal demonstration in south Jakarta jurisdiction, the not police always point to the law in order to do right thing. Police riot do their job still in the moment, reactive and take the repressive action when the riot become worst (brutal action). They do the repressive action as the impact of spontaneous reaction from brutal demonstration. Preventing the brutal riot is done by limited personnel; it's very hard because this condition can influence the effective when they do their job in the field.
Only some of riot police personnel have the education and training about riot lesson. Some of them are given special training once in a week in the office of South Jakarta Metropolitan Police. They still face the riot as a disturbance in the community and not as democracy process. Even though the riot police of south Jakarta have debility in preventing the brutal riot but they can do their job properly without complaining from the community and avoid the violation of the human right."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T 20847
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri-Edi Swasono
Jakarta: Kopkar Dekopin, 1990
335.5 SRI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Media berkembang seiring dengan perubahan teknologi komunikasi melalui proses mediamorfosis menjadi media baru. Hal uang sama juga terjadi dengan demokrasi yang berkembangnya kebebasan berekspresi yang di dalam komunikasi lebih dikenal dengan "human cannot not communicate". Sehingga, baik medoa dan demokrasi saling memanfaatkan dan melengkapi menjadikannya selalu tergantung antara saru dengan lain. Paling tidak ada dua pandanganmyaktu utopia dan distopia. Di satu sisi utopia mengatakan bahqa salahnsatu yang dirasakan menarik saat ini adalah tumbuhnya media barj dalam peran partisipasi politik yang berbiaya rendah. Namun, pandangan distopia mengatakan bahwa perlu disadari baik media dan demokrasi juga mengalami proses marketisasi dan keduanya terkadang tidak menjadi dseterministik antara saru dengan lainnya serta memperlihatkan adanya konspirasi politik. Oleh karena itu, ketika adanya keinginan untuk membuat media baru sebagai suatu proses demokrasi yang dapat mensejahterakan masyarakat maka hal-hal tersebut perlu didiskusikan.

Media developed with movement of communication technology through mediamorfosis process was being new media. The same thing also occured with democration developed with growing of expression freedom in communication, it was called "human cannot not communicate". Until, media and democration mutual advantage and equip making depended upon one another. At least, there were two viewing specifically utopis and distopia. One side of utopia said that one of perceived attractive nowadays was developing new media in political participation with low cost. However, distopia viewing said that need to realize both media and democration also have marketisation process and both of them sometimes were not being deterministic one another and showed political conspiracy. Therefore, when there was necessity to make new media as a democration process that can be welfare society if the things need to be discussed."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
United States: A March of Liberty, 2001
321.8 DEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Franciscus Xaverius Mudji Sutrisno, 1954-
Yogyakarta: Kanisius, 2000
321.8 MUD d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1994
321.8 Dem
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hanafi, Hassan
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2007
297 HAN dt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Goldina Elfri
"ABSTRAK
Penulisan mengenai Kootoku Shuusui, kehidupan, pemikiran, dan keterlibatannya dalam aksi menentang kekaisaran dan pemerintahan Jepang. Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan Kootoku Shuusui menjadi seseorang yang memberontak terhadap kekaisaran dan pemerintahan Jepang, mengetengahkan pemikiran-pemikiran yang mempengaruhi Kootoku Shuusui, serta peranan Kootoku Shuusui terhadap gerakan sosial Jepang.
Pengumpulan data dilakukan melalui metode penulisan kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku dan artikel-artikel yang berhubungan dengan Kootoku Shuusui.
Hasilnya menunjukkan bahwa sejak masa kanak-kanak hingga Kootoku Shuusui dewasa, kehidupannya diwarnai dengan rasa frustasi dan ketidakpuasan terhadap lingkungannya. Pengaruh jaman, orang-orang disekitar, tindakan pemerintah Jepang yang keras terhadap diri Kootoku dan gerakan sosial Jepang, buku-buku yang dibaca, serta kunjungan ke Amerika Serikat, mendorong Kootoku Shuusui untuk melakukan tindakan usaha pembunuhan terhadap Kaisar Jepang dan aparatur pemerintahan pada tahun 1910.

"
1995
S13621
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>