Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Coloroso, Barbara
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006
371.58 Col P
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Junifrius
"Upaya menanamkan pemahaman dan kesadaran (awareness) di antara guru-guru merupakan sebuah alternatif intervensi dini guna pemecahan masalah bullying di sekolah. Bagaimanapun peran guru sangat strategis sebagai agen perubahan yang memiliki kapital sosial dan kognisi.
Dalam TA ini, intervensi khusus ditujukan kepada para guru-guru di mana dengan cara sharing informasi dan usaha-usaha. lainnya diharapkan guru mempunyai pemahaman dan juga pada gilirannya adanya kesadaran tentang kasus bullying di sekolah tempat mereka mengajar. Kesediaan guru-guru untuk terlibat dalam usaha pengurangan-idealnya penghentian-kasus bullying dapat menjadi suatu penggerak utama bagi kemajuan suatu sekolah yang pada gilirannya akan mendatangkan efek domino pada yang lainnya, seperti orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks sekolah setempat, guru-guru dapai menjadi titik acuan dari suatu hubungan sosial yang sehat bagi siswa-siswi.
Baseline study tugas akhir ini dilakukan melalui pengamatan, sharing, survey (angket) dan diskusi. Adapun teori yang dipakai dalam intervensi adalah teori kognisi dan reducative strategy.
Hasil yang diperoleh dari usaha intervensi ini adalah dengan adanya komitmen nyata dari sekolah untuk lebih memperhatikan hubungan yang sehat antar siswa dan kesadaran guru akan pentingnya peran serta nyata dari mereka dalam menciptakan kondisi yang kondusif yaitu lingkungan sekolah tanpa bullying (no bullying School).
Keunikan pendekatan ini adalah di mana guru-guru yang sebelumnya punya pemahaman-pemahaman lama (belief) dan sikap terhadap indikator kasus bullying mengalami perubahan setelah mengikuti proses intervensi yang dilakukan. Sikap positif ditunjukkan melalui kesediaan untuk memberikan masukan-masukan konstruktif untuk bersama-sama mengatasi masaiah bullying.
Sebagaimana disebutkan di awal, bahwa intervensi ini hanyalah merupakan usaha rintisan yang sangat awal maka sudah barang tentu pada tahapan selanjutiiya, penulis menyarankan untuk merealisasikan secara lebih atas keterlibatan banyak aspek untuk mengatasi persoalan bullying di sekolah tersebut, misalnya menyediakan layanan media yang memberi akses ke semua pihak, termasuk orang tua siswa, guna memantau hat yang terkait dengan pergaulan antar siswa, dan juga terbentuknya kelembagaan yang khusus dimaksudkan untuk meminimalisasi bullying dan tentunya pada tingkat yang lebih makro, adanya kemauan Yayasan untuk membuat kebijakan bersama untuk bullying.

Afford of cultivating knowledge and awareness about bullying among teachers is the very early initial alternative of intervention to prevent and to reduce bullying case in schools. Teacher, as an agent of change, has a unique and strategic role that brings about social change since he/she has social capital and cognitive aspect as well.
In this TA (Final Assignment), the intervention especially goes to the teachers by sharing of information on bullying and another methods in order teachers to have knowledge and as consequently they are aware of their school's situation and students and get themselves involved to be persons who are main mover that bring about revolving effect for wider spectrum of communities such as parents, society and government. For this context, teacher could also be a point of reference for students in creating a healthy social relationship.
Baseline study was done by tracing, observation, sharing, survey and discussion. The foundational theories of intervention are cognitive theory and reductive strategy by Kurt Lewin (quoted by Zaltmant).
The results of intervention are such as getting knowledge, awareness and commitment to be no-bullying school.
The uniqueness of this intervention is refreezing the new values and paradigm of teacher about bullying and in turn, developing positive behavior by giving some strategic, integrated and concrete input in order to reduce bullying.
As stated above, this project is only a beginning and early intervention, it is my hope and suggestion to follow up this intervention by further and vivid works namely integrated program which involve many aspect such as wider communities (parent, society and government) and policy on bullying.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindya Ayu Murti
"Skripsi ini membahas hubungan antara family functioning dan keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Pengambilan data terhadap 302 siswa SMA yang berada di daerah Jakarta dan Depok dilakukan dengan menggunakan dua buah kuesioner. Pertama, Family Assesment Device yang dikembangkan oleh Epstein, Baldwin dan Bishop (1983), kedua, Bullying Questionnaire yang dikembangkan oleh Duffy (2004) dan telah dilakukan modifikasi oleh peneliti dan rekan.
Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara family functioning dan keterlibatan siswa SMA dalam perilaku bullying, dengan r(302) = -0,282, p < 0,05. Hal itu berarti semakin tinggi family functioning, semakin rendah keterlibatan dalam perilaku bullying pada siswa SMA, dan sebaliknya.

This study explored the relationship between family functioning and bullying involvement of senior high school student. This is a quantitative research with correlational design. Two questionnaires, Family Assesment Device (Epstein, Baldwin & Bishop, 1983) and modification of Bullying Questionnaire (Duffy, 2004), were used to obtained data from 302 senior high school student in Jakarta and Depok.
Pearson correlation test indicated negative significant correlation between family functioning and bullying involvement of senior high school student, with r(302) = -.282, p < .05. That means the higher family functioning, the lower bullying involvement of senior high school student, and vice versa.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Mega Paranti
"ABSTRAK

Studi tentang bullying selama ini lebih banyak membahas hubungan dyadic pelaku dan korban, padahal studi pada saksi mata bullying (bystander) juga penting dilakukan. Studi di ranah kontekstual terutama level sekolah juga dapat mengembangkan pemahaman mengenai bullying. Bullying adalah perilaku agresif atau menyakiti orang lain secara sengaja, berulang-ulang, yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan fisik, verbal dan sosial. Penelitian ini membahas

hubungan antara school safety dan respons bystander siswa SMA pada kejadian bullying. School safety dihubungkan dengan 3 jenis respons bystander bullying, yaitu defender, outsider, dan reinforcer. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Penelitian dilakukan pada 130 siswa SMA dan SMK di Jakarta dan Depok. Hasil pengujian menunjukkan terdapat hubungan positif antara school safety dan respons defender bystander, r(128) = 0,233, p < 0,01. Lalu, terdapat hubungan negatif antara school safety dan respons outsider bystander, dengan r(128) = -0,302, p < 0,01. Sementara itu, terdapat korelasi yang tidak signifikan antara school safety dan respons reinforcer bystander. Dalam penelitian ini juga dapat diketahui hubungan school safety dan respons bystander bullying pada tiap peran bullying yang dialami partisipan.


ABSTRACT

The study of bullying have mainly discussed the dyadic relationship of perpetrator and victim, whereas studies on bullying witnesses (bystanders) are also important. Studies in contextual domain especially school level can also develop the understanding of bullying. Bullying is aggressive behavior or intentional harm to another person, repeatedly, that involves an imbalance of physical, verbal and social strength. This study examines the relationship between school safety and bystander responses of high school students on bullying incidents. School safety associated with 3 types of bullying bystander response, the defender, outsider, and reinforcer. This research is a quantitative study with a correlational design. The study was conducted on 130 high school students in Jakarta and Depok. The study results showed a positive relationship between school safety and defender bystander response, r (128) = 0.233, p <0.01. Then, there is a negative relationship between school safety and outsider bystander response, with r(128) = -0.302, p <0.01. Meanwhile, there is no significant relationship between school safety and reinforcer bystander response. In this research can also be known the relationship between school safety and bullying bystander response in each role bullying experienced by participants.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55861
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Belinda Rahmadara
"Tujuan penelitian ini untuk melihat ada tidaknya hubungan antara pola asuh orangtua dengan peran-peran dalam perilaku bullying pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini merupakan ex post facto field study. Partisipan penelitian ini terdiri dari 132 siswa kelas 5 dan 6 dari empat SD Negeri di daerah Jakarta dan Bekasi.
Adapun pola asuh orangtua dibedakan menjadi tipologi yang dibuat Baumrind (1980 dalam Martin & Colbert, 1997) yakni authoritarian, authoritative, permissive dan uninvolved. Sementara peran-peran dalam perilaku bullying adalah peran sebagai pelaku, bystander, defender, dan korban.
Hasil uji Pearson Chi Square yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang tidak signifikan antara pola asuh orangtua dengan peran-peran dalam perilaku bullying pada taraf signifikansi 0.05. Dengan demikian, anak yang memiliki orangtua dengan pola asuh berbeda tidak menjamin ia akan memiliki peran yang berbeda pula dalam perilaku bullying di sekolahnya.

This research was conducted to find the correlation between parenting style and the roles in bullying behavior among elementary students, and how much each parenting style contributes to the roles in bullying behavior. This study is an ex post facto field study. Participants of this study consisted of 132 students in grade 5 and 6 of the four primary schools in Jakarta and Jakarta.
The foster parents can be divided into patterns created Baumrind typology (1980 in Martin & Colbert, 1997) which is authoritarian, authoritative, permissive and uninvolved. While roles in bullying behavior is the role of a bully, bystander, defender, and the victim.
Pearson Chi-Square test results obtained in this study showed no significant relationship between parent and parenting roles in bullying behavior at the 0.05 level. Thus, children who have parents with different parenting does not guarantee it will have different role in bullying behavior at school.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arsa Ilmi Budiarti
"Seiring dengan teknologi, informasi dan komunikasi yang semakin modern, muncul fenomena baru yaitu cyberbullying sebagai dampak negatif atas perkembangan tersebut. Sifat tanpa-batas dan anonimitas dalam dunia maya seakan menjadi faktor yang tidak bisa terhindarkan dalam mendukung cyberbullying. Dalam skripsi ini, penulis melihat faktor lain dengan asumsi bahwa semakin positif interaksi dalam peer group dan semakin rendah pengalaman bullying serta pengetahuan siswa tentang peraturan sekolah terkait kekerasan maka semakin rendah perilaku cyberbullyingnya. Unit analisis penelitian ini adalah individu yaitu siswa Sekolah Menengah Atas di Jakarta. Data penelitian diperoleh dari hasil survei kuisioner terhadap 336 responden. Hasilnya menunjukkan bahwa diantara ketiga variabel yang digunakan, interaksi dalam peer group menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku cyberbullying siswa. Hal ini menunjukkan bahwa teman sebaya melalui interaksinya memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam mendukung perilaku cyberbullying siswa.

Along with the information and communication technology which are increasingly modern, emerging new phenomenon called cyberbullying as a negative impact on those development. Limitlessness and anonymity in cyberspace become factors that can’t be avoided in favor of cyberbullying. In this thesis, the authors examines other factors related to cyberbullying under the assumption that positive interaction within peer group, also lower level of bullying experiences and student’s knowledge about school’s regulations related to violence contributed to lower lever of student’s cyberbullying behavior. The unit of analysis of this study is high school students in Jakarta. Datas were obtained from the results of questionnaire survey towards 336 respondents. The results show that among three variables used, the interaction within peer group becomes the most influential variables on student’s cyberbullying behavior. This statement shows that peer group through their interaction fairly strongly affected student’s cyberbullying behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S61295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dezy Purwitaning Rahayu
"Skripsi ini membahas penerapan misconduct slip dan faktor-faktor penyebab bullying di SMP X, Lampung Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberi gambaran mengenai bentuk-bentuk bullying apa saja yang dilakukan oleh pelaku, bentuk sanksi yang sudah dijalankan oleh pelaku dan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku bullying pada pelaku di SMP X. penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan sekolah untuk mengadakan seminar edukatif atau sosialisasi bagi para orang tua murid dan pemberian solusi penanganan terhadap kasus bullying.

This study is discusses about the application of misconduct slip and factors that causes of bullying in SMP X, Lampung Tengah. The main purpose of this study is to give description about the forms of bullying, the sanction which was run by the bullies, and the factors that causes of bullying in SMP X. This research is qualitative with description design. The result of this study is to give some opinion for school to conduct the educational seminar or socializing about bullying for student's parents and to provide the handling solution for cases of bullying."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diva Marini Octavia
"ABSTRAK

Pada kasus bullying yang terjadi di sekolah, seringkali ditemukan adanya pihak yang menyaksikan kejadian tersebut, namun tidak melakukan tindakan apapun untuk menolong. Orang yang menyaksikan kejadian bullying disebut sebagai bystander. Salah satu hal yang mempengaruhi intensi menolong pada bystander adalah persepsi kedekatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh persepsi kedekatan dengan korban dan pelaku terhadap intensi menolong bystander pedagang pada kejadian bullying siswa di sekolah. Hal ini disebabkan karena interaksi jual beli yang terjadi antara pedagang dan siswa di sekolah dapat menimbulkan adanya persepsi kedekatan. Partisipan dalam penelitian ini adalah pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar SMA yang sering terjadi kasus bullying (N = 56). Dalam penelitian ini, peneliti memanipulasi variabel persepsi kedekatan, yaitu memiliki persepsi kedekatan dengan korban, pelaku, serta korban dan pelaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari memiliki persepsi kedekatan terhadap korban (p = 0,012), memiliki persepsi kedekatan terhadap pelaku (p = 0,000), dan memiliki persepsi kedekatan terhadap korban dan pelaku (p = 0,000) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap intensi menolong bystander pedagang pada kejadian bullying di sekolah. Pedagang yang memiliki persepsi kedekatan dengan korban dan pelaku bullying memiliki intensi menolong yang lebih tinggi dibandingkan pedagang yang tidak memiliki persepsi kedekatan dengan korban dan pelaku.


ABSTRACT

In the case of bullying occurring in schools are often to be found witnesses, yet immediate actions to help the victims are null. The person who witnesses bullying is called bystander. One of the factors that influences intention to help among bystander is perceived closeness. This research aims to understand the influence of perceived closeness to the victims and the bullies upon intention to help among street vendors bystanders in bullying cases occurring in schools. This may be because the interaction between street vendors and students during daily transactions can elicit perceived closeness. Participants in this research are street vendors whose kiosks are located near high schools in Jakarta that are previously known to have cases of bullying (N = 56). In this research, manipulation exists in the variable perceived closeness, varying from perceived closeness to the victims, the bullies, and both. The result shows that having perceived closeness to the victims (p = 0,012), the bullies (p = 0,000), and both (p = 0,000) have significant influence upon intention to help among street vendors bystanders in bullying cases in schools. Street vendors who possess perceived closeness to the victims and the bullies are shown to have higher intention to help compared to those who do not have perceived closeness to either of both.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Prabowo Limawan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Perundungan merupakan masalah di seluruh dunia termasuk di
Indonesia. Kondisi ini memberikan dampak negatif dan sudah banyak dijelaskan
dalam berbagai riset di dunia. Namun, riset tentang perundungan di Indonesia
masih belum banyak dilakukan terutama pada remaja. Metode: Penelitian ini
merupakan penelitian dengan rancang potong lintang. Remaja yang merupakan
subjek penelitian adalah siswa/i dari lima sekolah menengah pertama yang
berpartisipasi dalam riset ini untuk menjawab kuesioner perundungan traditional
yang disusun oleh Nansel dan kolega pada 2001 serta kuesioner demografi yang
khusus dibuat untuk penelitian ini. Data dianalisa menggunakan program SPSS
versi 20 untuk Windows melalui uji korelasi Spearman?s dan uji Chi-Kuadrat.
Hasil: Korban perundungan paling banyak terjadi pada murid berusia 13 tahun
(50.0%) dan kelas delapan (41.1%). Sementara korban perundungan terbanyak
berusia 13 tahun (55.6%) dan kelas tujuh dan delapan (44.4% masing-masing).
Korban sekaligus pelaku terbanyak berusia 13 dan 14 tahun (38.5% masingmasing)
dan berasal dari kelas delapan dan sembilan (46.2% masing-masing).
Tidak dijumpai adanya perbedaan jenis kelamin dalam angka kejadian
perundungan (50.9% perempuan vs. 49.1% laki-laki). Mengejek nama adalah
jenis perundungan yang paling sering terjadi baik pada kelompok korban, pelaku
maupun pada kelompok korban sekaligus pelaku (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%).
Terdapat korelasi lemah antara usia dengan korban perundungan (r = 0.4).
Kemudian, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara jenis kelamin di antara
remaja dengan dan tanpa perundungan. Kesimpulan: Sekolah menengah pertama
adalah masa penting untuk terjadinya perundungan oleh karena itu perlu
dirancang suatu program untuk mengendalikan kejadian perundungan di SMP
terutama pada anak yang berusia 13 tahun.

ABSTRACT
Background: Bullying happens all over the world including Indonesia. This
condition cause negative effects that has been mentioned in several studies all
around the world. However, there are not sufficient researches on bullying in
Indonesia, especially among adolescents. Methods: This research was a cross
sectional study. The research subjects are students from five participating junior
high schools in Jakarta, which they were given to answer the traditional bullying
questionnaire by Nansel and colleagues in 2001 and demography questionnaire
made for this study. Data is being analyzed using SPSS version 20 for Windows
with Spearman?s correlation and Chi-Square. Result: Most victim of bullying
were 13 years old (50%) and grade eight (41.1%). Majority of perpetrator of
bullying were 13 years old (55.6%) and grade seven and eight (44.4%
respectively). Furthermore, for both victim and perpetrator of bullying, majority
came from age 13 and 14 years old (38.5% respectively) and grade eight and nine
(46.2% respectively). There were no dominant gender involved in bullying
(50.9% female and 49.1% male). Calling names was the major type of bullying
among all bullying group (victim, perpetrator, both) (55.9% vs. 66.6% vs. 84.6%).
There was weak correlation between age and victimization (r = 0.4). Moreover,
there was no significant gender difference among adolescents with or without
bullying. Conclusion: Junior high school is the critical age for bullying behavior
to occur, so it is important to design a program to control bullying in junior high
school, especially students aging 13 years old.;"
2016
S70406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>