Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111191 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahardjo
Jakarta: Bina Aksara, 1983
307.76 RAH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Noorjannah
"Istilah permukiman kumuh sering didengar dalam berbagai bidang dan terus dibicarakan ditengah perkembangan perekonomian dan pergolakan mayarakat Indonesia yang Iabil saat ini. Pada bidang Arsitektur permasalahan permukiman kumuh tidak lepas dari pemasalahan Tata Kota. Permukiman kumuh bertambah dan berkembang dengan ciri dan karakter yang berbeda dengan permukiman perkampungan atau permukiman elit, bagaimana mengidentitikasi kawasan kumuh tersebut, bagaimana dengan kehidupan bermukimnya dan perkembangan persebarannya dalam ruang kota Jakarta.
Keterlibatan pemerintah dalam menangani permukiman kumuh telah dimulai sejak di keluarkannya Inpres No 5 /1960 mengenai permukiman kumuh. Kebijakan apa saja yang dibuat dan seberapa berpengaruhnya hal tersebut terhadap penyelesaian permasalahann pemukiman kumuh di Jakarta.
Dalam kebijakan penanganan permasalahan permukiman kumuh, pemerintah rnengharapkan peran semua pihak. Sehingga keberhasilan strategi dan program yang di jalankan juga tergantung keberhasilan tiap-tiap pelaku dalam melaksanakan peranannya. Hingga saat ini permukiman kumuh di Jakarta makin bertambah jumlahnya dengan kwalitas kekumuhan yang buruk. Keterbatasan pemerintah dalam hal ini telah di sadari sehingga mengubah peranannya hanya sebatas pemberi tugas bukan pelaksana, dapatkah arsitek menjawab tantangan dan mengambil peran tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yufridawati
"Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta yang semakin pesat mengakibatkan kurang terpenuhi kebutuhan hidup bagi penduduknya sacara layak. Karenanya perlu dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan kota di sekitar Jakarta secara terencana dan terarah. Di samping untuk meningkatkan pembangunan daerah Jakarta, juga guna mengurangi arus urbanisasi yang memusat di Jakarta. Berdasarkan instruksi Presiden No. 13 bulan Juli 1976, diadakanlah pengembangan wilayah Jabotabek untuk meringankan tekanan penduduk Jakarta yakni dengan cara membina pola pemukiman perkotaan dan penyebaran kesempatan kerja.
Salah satu dari wilayah pengembangan kota tersebut adalah Kabupaten Bekasi, mengingat wilayah ini memiliki potensi untuk berkembang. Hal ini sesuai dengan permasalahan penelitian ini, yakni tentang: pelaksanaan pembinaan kota Bekasi, masalah - masalah yang terdapat dalam pengembangan kota Bekasi, dan pengaruh fungsi Bekasi sebagai kota penyangga terhadap arus urbanisasi ke Jakarta.
Pemenuhan data lapangan secara kualitatif dilakukan selama 20 hari didua daerah yang signifikan dengan permasalahan penelitian ini yakni di wilayah Kotip Bekasi sebagai kawasan pemukiman yang heterogenitasnya lebih tinggi dibanding pemukiman lainnya dan Kecamatan Cibitung sebagai salah satu kawasan industri terbesar di Bekasi. Sedangkan untuk jenis penelitian ini adalah deskriptif-eksplanasi dengan penarikan sampel secara purposive.
Letak kabupaten Bekasi terlihat cukup strategis (dekat dengan Ibu Kota Jakarta), sehingga Bekasi mendapat tanggung jawab siabagi kota penyangga bagi Jakarta. Sebab itu kini Bekasi menyediakan fasilitas pemukiman dan lahan pekerjaan di bidang industri yang dapat dimanfaakan bagi penduduk Jakarta. Akibatnya tingkat migrasi dan heterogenitas penduduk Bekasipun tinggi, sehingga membawa berbagai masalah.
Meskipun banyak permasalahan yang dihadai, Bekasi sejauh ini telah mampu menjalankan perannya sebagai kota penyangga dalam memenuhi kebutuhan pemukiman. Sedangkan untuk menyediakan lahan pekerjaan, Bekasi hanya memberi kesempatan kepada para urban untuk memilih bekerja di Bekasi. Bila pembinaan kota Bekasi untuk pemukiman dan industri tidak diperhatikan, maka tak heranlah dapat menimbulkan berbagai masalah. Dan dapat mengakibatkan para urban yang datang (dari Jakarta) kembali keasalnya. Akhirnya bisa saja kelak Bekasi bukan lagi sebagai daerah penyangga tetapi menjadi daerah batu loncatan bagi urbanisasi ke Jakarta."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
JIP 34 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Setyo Widianto Harungewaning Wirjaatmadja
"Permasalahan yang dihadapi oleh beberapa kota pada saat ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan populasi yang sangat pesat. Hasil Sensus Penduduk 1990 memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan penduduk perkotaan telah mencapai 5,38 % per tahun sementara laju pertumbuhan total hanya mencapai 1,98 % per tahun. Ini berarti laju pertumbuhan penduduk perkotaan jauh melebihi laju pertumbuhan total penduduk. Akibatnya, timbul permasalahan baik fisik lingkungan maupun social ekonomi. Hal inilah yang juga terjadi di Bekasi, sebuah kota kecil yang berdekatan dengan Jakarta.
Kota administratif (Kotif) Bekasi, terletak di sepanjang akses yang terpenting di timur Jakarta dan merupakan ibu kota dari sebuah kabupaten yang telah berubah dari suatu daerah pertanian tenang menjadi salah satu pusat industri yang sangat sibuk. Ratusan hektar tanah pertanian prima telah berubah menjadi daerah industri hanya dalam waktu kurang dari satu dekade dan proses tersebut masih berjalan hingga saat ini.
Selain itu, banyak jumlah pendatang baik yang mencari pekerjaan dan terutama kaum penglaju. tampaknya tidak dapat diimbangi oleh kemajuan/perkembangan struktur kota. Hal inilah yang mengganggu keserasian lingkungan hidup.
Dengan anggapan adanya perkembangan diatas, penelitian struktur kota Bekasi ini dilakukan. Beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat terjawab dalam penelitian ini adalah, seperti misalnya, apakah struktur kota Bekasi mengikuti pola kota industri barat atau bertahan dengan pola kota kolonial yang banyak ditemukan di Indonesia? Atau adakah kemungkinan kota ini memiliki suatu pola baru yang tersendiri ? Apakah struktur kota mempunyai kaitan dan pengaruh terhadap Iingkungan hidup perkotaannya
Hasil pengkajian mengenai struktur kota dari penelitian yang bersifat "content analysis" ini, menunjukkan bahwa dari banyaknya pusat kota, Kotif Bekasi terlihat mempunyai struktur kota Multiple. Dari perletakan industrinya, Kotif Bekasi bercirikan struktur kota Multiple dan Sector. Perletakan industri yang ada di Kotif Bekasi rata-rata berada pada bagian arah Jakarta, ini mencirikan betapa kuatnya pengaruh Jakarta pada Bekasi. Namun demikian, seperti halnya kota-kota lainnya di Indonesia, Kotif Bekasi masih tetap bercirikan struktur kota kolonial, yaitu dengan adanya pemukiman kumuh yang terletak ditengah pusat kota. Pola harga tanah sebetulnya memusat, menyerupai pola Concentric, tetapi karena adanya pengaruh yang kuat dari Jakarta, maka harga tanah di Kotif Bekasi cenderung berorientasi kearah Jakarta.
Sementara itu, hasil pengkajian keterkaitan struktur kota dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup perkotaannya, menunjukkan bahwa secara spatial, ternyata kegiatan industri di Kotif Bekasi tidak begitu menyita lahan ruang terbuka hijau. Yang paling banyak menyita justru kegiatan perumahan. Pada tahun 1985, perbandingan antara ruang terbuka hijau dengan perumahan adalah 3.296,99 hektar berbanding 5.063,22 hektar. Pada 1990 perbandingan tersebut menjadi 1.914,03 hektar berbanding 6. 472,3 hektar. Dengan merujuk pada batasan Iuas ideal ruang terbuka hijau sebesar 20 % dari luas seluruhnya IRDTRK Bekasi 1987), maka dapat dilihat terdapat satu kecamatan yang mempunyai nilai buruk, yaitu kecamatan Bekasi Timur, dimana lugs ruang terbuka hijaunya hanya sekitar 12,82 % dari lugs seluruh kecamatan. Tetapi dalam skala kota, Iuas ruang terbuka hijau diseluruh Kotif Bekasi masih mempunyai nilai baik, yaitu sebesar 21,6 %.
Dalam mendapatkan nilai tingkat kesejahteraan yang merujuk pada kondisi perumahannya, dapat dilihat bahwa masyarakat di Kotif Bekasi rata-rata berada dalam tingkat kesejahteraan yang balk. Bahkan kecamatan Bekasi Selatan mempunyai tingkat kesejahteraan diatas rata-rata. ini artinya, perkembangan struktur kota di Kotif Bekasi membawa pengaruh yang dapat meningkatkan niiai kesejahteraan masyarakatnya
Akhirnya, kesimpulan yang didapat dapat dirumuskan sebagai berikut;
1 Kesimpulan dari penelitian ini, sedemikian jauh menunjukan dengan jelas bahwa Bekasi mempunyai suatu struktur kota yang khan, yaitu berupa poia struktur kota tersendiri yang berbeda, tidak mengikuti poia kota industri barat dan tidak pula mengikuti poia tradisional kota kolonial yang masih banyak ditemukan di Indonesia. Ini berarti bahwa struktur kota ini tidak mencerminkan secara mumi salah satu teori-teori kota yang ada. Namun demikian, meskipun pada saat ini hasil penelitian tersebut diatas dapat dianggap benar, kita harus tetap beranggapan bahwa struktur kota Bekasi masih dalam proses pertumbuhan yang pesat, sehingga suiit untuk memperkirakan atau meramalkan pola struktur akhimya.
2 struktur kota rnempunyai kaftan dan pengaruh terhadap lingkungan hidup perkotaannya. Pada sisi lingkungan hidup alaminya, perkembangan struktur kota memberikan pengaruh yang mengkhawatirkan.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 1985 sampai rahun 1990, pada wilayah Kotif Bekasi, terlihat adanya laju penurunan yang cukup besar pada luas ruang terbuka hijau kota. Namun demikian merujuk pada kondisi perumahannya perkembangan struktur kota tersebut memberikan dampak yang cukup positif dalam meningkatkan tingkat kesejaheraan penduduknya, (Seberapa jauh pengaruh tersebut, tentunya harus dilihat dari suatu studi yang khusus menganalisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.)

The problems faced by many cities presently are mainly due to the fact that their population are growing at a rate much too fast. This is precisely what happened in Bekasi, a small town adjacent to Jakarta. Located along the most important eastern approach to Jakarta, the once sleepy farming community has presently become one of the busiest industrial centers of the country. Hundreds of hectares of prime agricultural land has been converted to industrial sites, primarily without the administrative limits of the city, during less than a decade and (the process) is still going on today. With industries, inevitably come along housing development and the construction of new roads and other public facilities, which occur mostly within the city limits. Although compensation to landowners are sufficiently adequate and resulted in the improvement of their standard of living, the number of jobseekers from other areas of the country is such, that the physical structure of the city does not seem to keep pace with progress, which is disturbing to the environmental equilibrium.
It is with such development in mind, that the investigation of the structure of the city of Bekasi has been carried out.
Does the structure of the city of Bekasi follow the pattern of Western industrial cities, or does it retain the pattern of colonial towns as it is usually found in older cities in Indonesia ? Or is there a possibility that it might show a completely new pattern which is truly it's own ?
The result of the investigation so far shows clearly, that Bekasi shows to possess a distinct structural pattern of it's own. It neither follows the pattern of a Western industrial city, nor does it follow the traditional colonial city pattern, which is still commonly found in Indonesia. Although this might be true at the moment, one must keep in mind, that presently Bekasi is in the process of robust growth, which makes it rather difficult to predict it's eventual structural pattern.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Rossy Pratiwi
"Kota Metro dan Kota Bandar Lampung merupakan kota-kota di Provinsi Lampung yang memiliki karakteristik georafis dan latar belakang sejarahnya yang berbeda . Hal tersebut mengakibatkan perbedaan perkembangan struktur internal kota-kota tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan struktur internal dan faktor yang mempengaruhinya pada Kota Bandar Lampung dan Kota Metro. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan tanah, kepadatan penduduk, kerapatan jalan dan penggunaan utilitas kota. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial. Perkembangan struktur internal Kota Bandar Lampung menunjukkan perubahan bentuk dari dua inti menjadi tiga inti sedangkan Kota Metro menunjukkan bentuk struktur internal yang relatif stabil dengan satu pusat kota sebagai intinya. Wilayah pusat kota menunjukkan tingkat urbanisasi yang tinggi. Perkembangan struktur internal Kota Bandar Lampung dan Kota Metro tidak dipengaruhi oleh faktor kepadatan penduduk, kerapatan jalan dan penggunaan utilitas kota.

Metro and Bandar Lampung are the cities in Lampung Province that had different geographic characteristics and historical background. That resulted different development of the internal structure of these towns. The purpose of this study was to determine the development of the internal structure and the factors that influence. Variables that been used in this study are land use, population density, road density and the utilization of the municipal infrastructure. By applying spatial analysis, the study showed that internal structure of Bandar Lampung changed from a two cores into three cores form. Whereas Metro internal structure showed a relatively stable internal structure with a single center as its core. The downtown area showed a high level of urbanization. Population density, road density and the utilization of the municipal infrastructure factors did not influences the development of Bandar Lampung and Metro internal structure."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61211
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banduningsih Rahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persebaran pusat kota di DKI Jakarta berdasarkan tiga sudut pandang, yaitu empiris, keilmuan, dan kebijakan publik. Selain menggunakan metode overlay peta, penelitian ini juga menggunakan menggunakan Teknik Delphi terutama untuk mengumpulkan pendapat ahli planologi, arsitektur, dan sosiologi mengenai kriteria dan lokasi pusat kota di DKI Jakarta. Sementara itu, sudut pandang empiris dilandasi oleh teori kota inti berganda, sedangkan sudut pandang kebijakan publik ditinjau berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta Tahun 2010. Semua data yang diperoleh kemudian disintesiskan sehingga menghasilkan pandangan utuh mengenai pusat kota.
Hasil penelitian ini memperlihatkan ada 14 lokasi pusat kota yang terbagi menjadi : 6 lokasi pusat perkantoran yang tersebar baik di bagian tengah maupun di sisi barat dan timur kota; 6 lokasi pusat perdagangan dan komersil yang tersebar memanjang dari utara hingga ke tengah kota; 4 lokasi pusat industri yang tersebar di bagian barat dan timur kota; dan 2 lokasi pusat hiburan dan jasa yang tersebar di bagian tengah kota. Pusat kota yang sesungguhnya di DKI Jakarta adalah di kawasan Sudirman - Thamrin.

This study aims the distribution center city in DKI Jakarta. Jakarta City Center examined using the method Technuique Delphy (Delphi technique) to assess the arguments of experts urban design, architecture, and sociology through the interview process. The results of these interviews will be obtained based on the views of the city center of scientific fields. Empirical point of view obtained through the theory of multiple core city sedangakn public policy point of view seen by Spatial Plan of DKI Jakarta in 2010. Data obtained in the form of each view of city center synthesized or combined to produce acomplete view of city center.
The results obtained there are 14 city center locations which are divided into several functions of 6 as a central office locations spread across the central part of town, west side, and east of the city; 6 locations as trade and commercial center of the scattered extends from north to city center; 4 locations as scattered industrial centers in western and eastern cities, and 2 locations as a center of entertainment and services that are scattered in the middle of town.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S42404
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sidik Praptakuncara
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Irsalina Pramaputri
"Penggunaan simulasi telah membantu para akademisi dari berbagai bidang ilmu dalam dekade terakhir. Dalam bidang pedagogi, simulasi tidak hanya membantu seseorang mempelajari sesuatu yang baru, namun dapat digunakan menjadi alat bantu belajar bagi siswa. Sekarang sudah banyak akademisi yang membahas mengenai kecerdasan atau kompetensi apa yang dapat dituai dari penggunaan simulasi perencanaan kota. Di satu sisi, kecerdasan spasial adalah salah satu jenis kecerdasan yang eksistensinya berada di bawah kecerdasan linguistik dan matematika. Studi mengenai perkembangan kecerdasan spasial telah sering dibahas, namun hampir eksklusif hanya untuk anak-anak. Kurangnya kerangka berpikir telah membatasi potensi penggunaan simulasi ke dalam pendidikan tingkat universitas, secara khusus di bidang studi yang berorientasi spasial.
Skripsi ini membahas literatur terkait simulasi, model, dan hubungannya dengan kompetensi spasial. Studi literatur ini kemudian akan diaplikasikan ke studi kasus SimCity, sebuah permainan simulasi perencanaan kota. Hasil dari skripsi ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa jenis simulasi yang dapat melatih kompetensi spasial siswa.

The use of simulation has proven to be helpful for many academics from various disciplines in the last decade. In the field of pedagogy, not only does simulation help in learning something new, but it also can be utilized as a learning tool for students. Today, there have been a lot of academic discourse of what kind of competence that can be harvested from the use of simulation. On the other hand, spatial intelligence is one type of intelligence whose existence is foreshadowed by the two more popular intelligence today; verbal and mathematical intelligence. Today, studies have thoroughly explored how to develop spatial intelligence-but only for children. This lack of dedicated framework and research has produced a consequential impediment for the uptake of simulation use in university-level education, particularly in spatial-oriented subjects. This paper addresses this shortcoming by reintroducing several key information regarding simulation, model, and its connection to spatial intelligence.
This literature review will then be applied to an urban planning simulation game case study of SimCity. The result of this paper shows that there are several types of simulation that can train specific spatial competencies, which will further students spatial competence.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elkana Catur Hardiansah
"ABSTRAK
Kota yang berbasis sektor pertambangan kerap kali menemui masalah ketika kegiatan
produksi tambang berhenti. Kota Sawahlunto mengalami persoalan penurunan jumlah
penduduk, perlambatan aktivitas perekonomian dan kerusakan lingkungan pasca PT BAUPO
menghentikan kegiatan produksi batubaranya. Untuk mengatasi persoalan tersebut,
Pemerintah Kota Sawahlunto mengeluarkan serangkaian kebijakan yang diharapkan
dapat memulihan kondisi perkotaan seperti sediakala.
Kebijakan regenerasi kota yang diluncurkan oleh Pemerintah Kota Sawahlunto ditujukan
untuk mengembalikan perkembangan kota Sawahlunto melalui transformasi ekonomi,
sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh terhentinya kegiatan produksi pertambangan.
Regenerasi yang terjadi Sawahlunto merupakan proses menarik untuk dipelajari dalam
konteks perkembangan kota yang kembali bangkit dari kemunduran yang dialami sektor
pertambangan.
Penelitian ini akan menggali mekanisme penyusutan kota yang terjadi di akhir abad 20.
Pemahaman mengenai faktor-faktor yang mendorong perkembangan kota diharapkan
dapat memberikan latar belakang yang cukup dalam menemukenali proses penyusutan
kota di Sawahlunto. Pemahaman mengenai proses regenerasi kota yang terjadi di
Sawahlunto akan dilakukan melalui eksplorasi terhadap fenomena penyusutan kota yang
terjadi di Sawahlunto pada akhir abad 20.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian
studi kasus tunggal. Pengumpulan data primer didapat melalui wawancara mendalam
yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada informan.
Sedangkan pengumpulan data sekunder yaitu dengan studi kepustakaan dengan
menghimpun data dari berbagai literatur seperti buku-buku, artikel, majalah, surat kabar
dan sebagainya yang berhubungan dengan topik penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penyusutan kota Sawahlunto
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi serta situasi sosial politik di tingkat global dan
nasional. Kesimpulan ini didapatkan melalui data bahwasanya fenomena penyusutan kota
telah beberapa kali terjadi di Sawahlunto. Respon yang diambil dalam menghadapi
persoalan penyusutan kota di masa lalu menjadi perbandingan sekaligus pembelajaran
dalam menilai respon yang diambil saat ini dalam menghadapi penyusutan. Proses
perkembangan kota Sawahlunto merefleksikan bagaimana kota-kota di Indonesia yang
pembentukan awalnya disebabkan oleh kepentingan global dan kemudian secara mandiri
mendefinisikan kembali falsafah kehidupan kotanya.
Pilihan kebijakan dan strategi untuk merespon penyusutan kota amat ditentukan oleh
pihak yang memegang peran sebagai otoritas pembangunan kota. Saat ini Pemerintah
Kota memegang peran lebih besar dalam proses pembangunan kota Sawahlunto.
Pemerintah Kota memberikan ruang yang lebih besar kepada warga untuk terlibat dalam
proses regenerasi kota. Aksesibilitas terhadap ruang kota yang lebih besar mempengaruhi
efektivitas program regenerasi yang diusung oleh Pemerintah Kota Sawahlunto.
Keberadaan Pemerintah Kota sebagai aktor utama proses regenerasi menunjukkan sebuah
pembelajaran yang baik bagi Pemerintah Daerah yang akan menghadapi persoalan serupa dengan Sawahlunto. Perkembangan kota Sawahlunto adalah bentuk nyata
bagaimana transisi pengelolaan kota dari perusahaan tambang kepada pemerintah sipil
berjalan dengan baik. Transisi ini yang kemudian menjadi salah satu faktor keberhasilan
dalam melakukan proses regenerasi kota.
Pemerintah Kota yang memberikan akses yang sama terhadap proses penyusunan
kebijakan ataupun tahapan pelaksanaan regenerasi kota adalah langkah manajemen
pembangunan kota yang patut diimplementasikan di wilayah lain dengan persoalan
serupa.

ABSTRACT
Mining sector-based cities are often encountering problems when the mining activities
closed down. Sawahlunto, a city once well known for its coal mines, has experienced a
decrease in population, economic downturn, environmental damage and other problems
after PT BA-UPO closed down its coal mining operation in the city. To overcome this
problem, Sawahlunto Municipality Administration has issued a series of policies which
are expected to be able to restore the city’s condition.
The city’s regeneration policies aimed at restoring the development of Sawahlunto
through the transformation of economic, social and environment that have been spoiled
due to the closing down of mining activities in the city. The regeneration policies that
takes place in Sawahlunto has been an interesting process to be studied in the context of
urban development whereby a city has managed to revive from economic downturn as the
domino effect of the setback suffered by the mining sector.
This study will explore the city shrinkage mechanism that occurred at the end of the 20th
century. An in-depth comprehension on factors that encourage the development of a city
is expected to provide sufficient background in the process of identifying city shrinkage
in Sawahlunto. The comprehension on regeneration process that occurs in Sawahlunto
will be obtained through the exploration of the city shrinkage phenomenon that took place
in Sawahlunto Municipality at the late 20th century.
This study deploys a qualitative research approach with a single case study as its research
strategy. The primary data collection was carried out through in-depth interviews
conducted by asking questions directly to appropriate infromant. The secondary data
collection was carried out through literature study, collecting data from a variety of
literatures such as books, articles, magazines, newspapers and other media related to this
research topic.
Based on the results of the study, the shrinkage of Sawahlunto Municipality is affected by
global economic condition and socio-political situation at the national level. This
conclusion is made based on the data obtained which suggests that city shrinkage
phenomenons have taken place in Sawahlunto for several times. Responses taken towards
the city shrinkage issues in the past have become the comparison and lesson learned in
assessing the response made in tackling the same issue this time. The development
process of Sawahlunto reflects how the cities in Indonesia, which are originally formed
based on global importance, independently redefine the philosophy of their lives.
The policy and strategy option to respond to the city shrinkage is heavily determined by
any party who holds the role as the urban development authority agency. Currently, the
city administration holds a greater role in the development process of Sawahlunto. The
city administration provides a larger space for the community to be involved in the
regeneration process of the city. The larger accessibility to urban space affects the effectiveness of the regeneration program promoted by Sawahlunto Municipality
Administration.
The existence of city administration as the main actor of the regeneration process in
Sawahlunto has shown a good lesson for any other local governments who will face
similar problem. The development of Sawahlunto is a real tremendous example on the
transition of urban management from mining company to a public government. It is
indeed this transition that become one of the success factors in the regeneration process of
the city.
The Urban Local Government that provides equal access towards the policy making
process or the city regeneration phases is the urban development management measures
that should be implemented in other local governments with similar problems"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>