Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143353 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Deden Ridwan
Yogyakarta: Belukar Budaya, 2002
297.272 DED g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Ismail
Jakarta: Lasswell Visitama, 2010
297.272 FAI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Monib
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011
297.636 MOH i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ferzaputra Kuspiono
"Artikel ini membahas kritik dan pandangan Daud Rasyid terkait dengan gagasan Liberalisasi Islam yang dibawa oleh Nurcholish Madjid. Gagasan Liberalisasi Islam yang dibawa oleh Nurholish Madjid pada tahun 1970 telah memengaruhi bagaimana cara berpikir masyarakat Indonesia dalam memahami Islam sekaligus membangun kontroversinya hingga kini yang memicu kritik dari berbagai cendekiawan Islam. Pada tahun 1992 Nurcholish menerbitkan dua makalah yang memberikan penjelasan lebih lanjut atas gagasan Liberalisasinya yaitu Sekali Lagi Tentang Sekularisasi dan Kehidupan Keagamaan Di Indonesia Untuk Generasi Mendatang yang kembali memicu kontroversi dan kritik dari kalangan cendekiawan beraliran konservatif yang salah satunya adalah Daud Rasyid. Bagaimana pandangan dan kritik yang dilancarkan oleh Daud Rasyid terhadap gagasan Liberalisasi Islam yang dibawa oleh Nurcholish Madjid? Metode penelitian yang penulis gunakan didasarkan pada metode yang digunakan oleh Louis Gottschalk (1975) meliputi heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Melalui penelitian ini terlihat bahwasanya Daud Rasyid mengeritik ide-ide Liberalisasi Nurcholish Madjid yang menekankan pembangunan Islam secara individu dan intim. Bagi Daud pembangunan kehidupan umat Islam haruslah dimulai dengan pemberlakuan Syariat Islam sebagai dasar hukum dalam bermasyarakat sehingga akan tercipta satu masyarakat yang islami secara cepat, efektif, dan menyeluruh.

This article discusses Daud Rasyid's criticism and views regarding the idea of Islamic Liberalization brought by Nurcholish Madjid. The idea of Islamic Liberalization brought by Nurholish Madjid in 1970 has influenced how the Indonesian people think in understanding Islam as well as building its controversy to this day which has sparked criticism from various Islamic scholars. In 1992 Nurcholish published two papers which provided further explanation of his Liberalization ideas, namely Once More About Secularization and Religious Life in Indonesia for Future Generations which again sparked controversy and criticism from conservative intellectuals, one of whom was Daud Rasyid. What are the views and criticisms made by Daud Rasyid towards the idea of Islamic Liberalization brought by Nurcholish Madjid? The research method that the author uses is based on the method used by Louis Gottschalk (1975) including heuristics, verification, interpretation, and historiography. Through this research, it can be seen that Daud Rasyid criticized Nurcholish Madjid's liberalization ideas which emphasized individual and intimate development of Islam. For Daud, the development of Muslim life must begin with the implementation of Islamic Sharia as the legal basis for society so that an Islamic society can be created quickly, effectively and comprehensively."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
An-Na`im, Abdullah Ahmed
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2001
297.272 ANN t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Barton, Greg
Jakarta: Pustaka Antara, 1999
297.272 BAR et
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Kurniawan
"Tema pemikiran Islam sebagai ideologi politik, dalam konteks wilayah dan kurun waktu yang tak terbatas, merupakan bagian dari pergulatan wacana gerakan kebangkitan Islam. Ketika gerakan Islam itu sendiri telah berwujud kedalam sebuah kekuatan praksis politik, maka nilai-nilai politis dalam dimensi keagamaan dengan sendirinya pula menjadi bagian yang tak terpisahkan. Secara sederhana, pergulatan "wacana hegemonik" dan "nilai-nilai fundamental" dalam faham keislaman terus beradu dalam praksis gerakan Islam di dua wilayah: "Negara" dan "Agama" Di satu sisi, negara seringkali memperkuat struktur yang deskriminatif dan melegitimasi ketidakadilan terhadap realitas pergerakan. Di sisi lain, interpretasi dan pemahaman terhadap teks-teks normatif keagamaan menjadi sebuah keharusan untuk diterjemahkan dalam tataran praksis aplikatif.
Penelitian ini berbentuk studi fenomenologis yang bersifat kualitatif dengan tipe penelitian "deskriptif-analitik". Dalam perspektif historis, peneliti mencoba untuk memahami secara komprehensif mengenai fundamentalisme Islam yang dipahami sebagai ideologi politik dalam realitasnya. Penelitian ini berawal dari fenomena merebaknya aksi Hizbut Tahrir sebagai gerakan kontra-hegemoni dan kontrabudaya dalam upaya untuk menterjemahkan konsep Islam secara aplikatif di Indonesia. Peneliti berusaha mereduksi realitas ideologi dan tradisi Islam pada praksis gerakan Hizbut Tahrir, yang menampilkan corak dinamikanya tersendiri. Untuk itu, praksis gerakan Islam-politik Hizbut Tahir merupakan realitas gerakan yang menjadi objek penelitian di sini.
Pemaknaan negatif masyarakat luas, serta dominasi yang berwujud intervensi negara terhadap praksis gerakan Islam-politik, merupakan faktor penghambat yang turut diteliti dalam aktualisasi gerakan Islam Hizbut Tahrir semenjak kelahirannya di Timur Tengah. Jika dicermati lebih mendalam, tampaknya pola eksperimentasi pergerakan Hizbut Tahrir Indonesia dalam konteks politik di Tanah Air, menyisakan persoalan bagi konsep "Negara Kebangsaan" dalam bingkai "Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)". Pergulatan hegemoni tidak dapat dihindari ketika dalam pandangan politik Hizbut Tahrir terdapat upaya untuk mengganti sistem yang sedang berlaku tersebut.
Pola pergerakan Islam-politik ini pada gilirannya memunculkan respon tersendiri bagi kalangan aktifis pergerakan di Indonesia, dalam menyikapi pergeseran wacana Islamisme dari teologis-religius menuju praksis ideologis-politis. Pergulatan pemikiran dalam penelitian ini merangsang interpretasi lebih jauh terhadap perjuangan penerapan syariat Islam di Indonesia, yang bagi Hizbut Tahrir harus dimulai dari penegakan kembali sistem khilafat Islam, sebagai sebuah doktrin perjuangan yang telah mereka gariskan.

The Reality of Hizbut Tahrir Movement in Indonesia: Hegemonic Discourse and Ideological Praxis (A Study of Middle Eastern Islamic Thinking within the Political Islamic Fundamentalist Movement in Indonesia)
The theme of Islamic thinking as political ideology, in an unlimited territorial context and period of time, represent a part of the discourse of the Islamic Revivalism Movement. When the Islamic Movement became a political force, political and religious values became inseparable. In other words, the "hegemonic discourse" and "fundamental values" of Islam, continue to crop up in the Islamic movement in two areas: "State" and "Religion". On one hand, the state strengthens a discriminative structure and legitimizes injustice against the movement. On the other hand, understanding of an interpretation of normative texts has become a necessity to be translated into applicative practical level.
This research is a qualitative phenomenological study, using the descriptive-analytical technique of the political Islam ideology of the Hizbut Tahrir Islamic movement. In a historical perspective, the researcher will try to comprehend Islamic fundamentalism as a political ideology with the existence of the Hizbut Tahrir movement as a part of its political-ideological reality. This Research begins with the phenomenon of spread of the Hizbut Tahrir movement actions as a "counter-hegemony" and "counter-culture" movement, which trying to apply its concept of Islam to Indonesia. The researcher will attempt to detail the ideological reality and Islamic traditions in the Hizbut Tahrir movement, which has shown itself, to be unique within their dynamics pattern. So, the Hizbut Tahrir political Islam movement is a reality, which is the subject of the research.
Widely held negative views from the community as well as state intervention towards the political Islam movement as obstacles will to the actualization of the Hizbut Tahrir Islamic movement since its birth in the Middle East, will be researched. If further examined, it seems that the experimental model of the Indonesian Hizbut Tahrir movement raises questions about the concept of "the Nation State" and "the Unitary State of the Republic of Indonesia (NKRI)". However, hegemonic struggle can not be avoided because Hizbut Tahrir's political view includes an attempt to alter the current system.
In turn, the model of the political Islam movement has drawn a response from the movement's activist in Indonesia, regarding the shift of Islamic discourse from religious-theological issues to political-ideological ones. The ideological polemic in the research has stimulated various interpretations of the struggle for the implementation of Sharia Law in Indonesia, which for Hizbut Tahrir, must begin with the reestablishment of an Islamic Caliphate systems, as the basic doctrine of their struggle.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11034
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C.A. Qadir
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia , 1989
297.01 QAD pt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nadroh
Jakarta: Grafindo Persada, 1999
920.71 SIT w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Daud Rasyid
Jakarta: Akbar Media eka Sarana, 2002
297.272 DAU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>