Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108418 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Watt, William Montgomery
Jakarta: Perhimpunan Pengembangan Pesantrean dan Masyarakat (P3M), 1987
297.2 WAT p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Al-Maliki, Sayyid Muhammad Alawi
Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2000
297.2 ALM it
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kholil Abu Fateh
Tangerang selatan: Pustaka Ta`awun, 2012
297.2 KHO m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abdullah
"ABSTRACT
The desertation uses two manuscripts as the object of research. The first manuscript is Durrat Al-Fara'id Bi Syarh Al-Aqa'id. It is put away in The National Library and has number Ml. 792. The second manuscript is put in the personal collected in Aceh.
There are Three reasons for choosing those manuscripts. First, they concists of an Asy?ariyah theology wich is -followed by most of the Moslems in the world. Second the theology has not been thought to the Moslem societies in a comprehensive way. Third, there is a school of inclusive and pluralist Islam with the freedom of having a religion as one of its principles.
I uses two methods, those are philological method and thematic method. The philological method has an aim to get text that is far from error. The thematic method, on the other hand, aims to study the main topic of the text. The last method is used the analyze the traits of Allah such as al-Qadim, al-baqa?, ru'yatullah; to answer whether the Quran is qadim or jaded; and analyze the traits of Allah that is tanzih or tasybih.
The results of the analyzes are as follows : by comparing the two manuscripts I conclude that the tirst manuscript (A) is chosen to be text adition. The choice has two reasons, ie (1) the first manuscript is older, and (2) it is more complete. The content of Asy?ariyah theology is about the doctrine of Islamic ?Aqidah, such as (1) the traits of Allah, (2) Quran as a qadim or jaded (3) the human being action, (4) qada ? and qadar; (5) ru'yatullah problems, (6) heaven and hell, and so on.
In order to moderate Jabariyah and Qadariyalr, Al-Asy?ari uses the Kasb concept that refers to the acquisition of the goodness and wickedness of human being as the result of his act. The power of Asy?ariyah theology is on its critical ability in balancing dalil naqly with dalil aqly . If Mu'tazilah theology aql is used for interpreting texts and nash of Quran, Asy?ariyah theology aql is used for helping human being in understanding the traits of Allah based on Quran. Theology of Asy?ariyah is also known as mazhab wasathan (middle of the road) between Jabariyah and Qadariyah, between Mu?tazilah and Murji?ah. The weakness of the theology is in its perception of that human mind is powerless. Therefore humans being, according to the theology, should surrender to the wishes of Allah."
Depok: 2007
D827
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zayas, Farishta Gabriela
Lahore: Muhammad Ashraf, 1949
297.51 ZAY o (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"There are three aspects which cannot be separated in the discussion of freedom. They are the human rights, democracy, and the religion plurality. The universal human rights posses a normative power because it causes the regularity of law and politic based on the freedom and equal participation. The universality of the human rights principles is a fact has been permanently constructed. At least there are three parameters to judge the human rights . They are geographical parameters, humanity parameters , and religion parameters."
297 AHKAM 14:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Naupal
"ABSTRAK
Konsep mengenai Tuhan bersifat fluktuasi atau mengalir. Makna kata "Tuhan" terus menerus mengalami pengayaan semantis dan sosio-pragmatis. Perjalanan konsep Tuhan berkembang sesuai dengan perkembangan alam pikiran manusia. Sejarah perkembangan manusia memperlihatkan adanya aliran-aliran dalam konsep ketuhanan, misalnya dikenal konsep teisme, deisme, panteisme dan lain sebagainya. Aliran-aliran itu muncul sebagai keragaman cara pandang terhadap realitas yang tertinggi dari fenomena. di balik dunia yang tampak.
Kekayaan makna konseptual Tuhan menimbulkan pertanyaan yang cukup menggelisahkan penulis. Apa yang menyebabkan keragaman tersebut muncul dan apakah ada suatu landasan dasariah atas keragaman tersebut. Pertanyaan tersebut muncul sebagai akibat dari realistis empiris yang memperlihatkan bahwa konsep tentang Tuhan semakin terpragmentasi dan multiperspektif, bahkan dalam suatu agama pun orang mungkin memiliki pandangan berbeda mengenai Tuhannya. Hal ini dapat terjadi karena konsep Tuhan tidak lahir dari ruang hampa budaya, melainkan dari interpretasi dan penalaran manusia yang terbungkus dalam konteks.
Cara pandang manusia tentang Tuhan dalam perjalanan selanjutnya dilandasi oleh dua sumber:
1. Akal budi (rasio), yang menghasilkan argumen filosofis mengenai keberadaan Tuhan.
2. Pengungkapan (revelation) yang tertuang dalam teks-teks suci (wahyu) dengan argumen teologisnya.
Kedua sumber itu yang kemudian sering kali menjadi dua klub yang saling bertubrukan dan bergesekan, yaitu kebenaran wahyu dan kebenaran akal budi. Kedua legitimasi kebenaran tersebut bagaikan pendulum selalu berayun dari suatu sisi ekstrim ke sisi ekstrim yang lain. Sehingga, ada kelompok yang menafikan kebenaran akal budi dan hanya man menerima kebenaran wahyu, seperti kelompok aliran kebatinan dalam Islam akan hanya mau menerima kebenaran wahyu, seperti kelompok aliran kebatinan dalam Islam atau yang terlihat pada masa dark ages sebagai umat Kristiani di Eropa pada abad pertengahan. Sedang sisi ekstrim kebenaran akal terlihat pada para filsuf positivistic yang menafikan segala yang berbau metafisik Tuhan.
Sikap berlebih-lebihan dari dua kelompok tersebut mendapat perhatian yang cukup mendalam dari para filsuf ketuhanan. Tesis ini akan menunjukan bagaimana Al-Ghazali dan Thomas Aquinas sebagai tokoh filsuf ketuhanan dalam Islam dan Kristen berusaha mendamaikan kedua paham ekstrim tersebut dengan argumen-argumen yang kokoh

Baik A1-Ghazali maupun Thomas Aquinas berusaha menempatkan kedudukan akal dan wahyu secara proporsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pandangan kedua filsuf tentang kedudukan akal dan wahyu sangat panting untuk dipahami, karena akan mengantarkan kita kepada pemalraman akan pemikiran filsafat ketuhanan mereka, seperti tentang konsep keesaan, transendensi dan imanensi, nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Walaupun ada beberapa hal yang berada tentang konsep ketuhanan dari kedua tokoh tersebut, karena perbedaan agama, budaya, dan latar belakang kehidupan dan gagasan dasar ide ketuhanan, tapi keduanya telah berusaha memurnikan ajaran agama masing-masing dari segala bidaah, baik dari kaum filosofis bagi eksistensi Allah dengan tetap menaruh perhatian yang besar terhadap kebenaran wahyu sebagai argumen tekstual yang bersifat adi kodrati.
Pemikiran-pemikiran filosofis tentang konsep ketuhanan dari A1-Ghazali dan Thomas Aquinas masih perlu untuk diteliti, bahkan tetap relevan hingga kini, walaupun keduanya hidup pada abad pertengahan, sebab ajaran-ajaran mereka hingga kini masih tetap dilestarikan dan terus dikaji. Di hampir seluruh Pondok Pesantren di Indonesia, karya-karya Al-Ghazali masih menjadi bacaan wajib, demikian juga ajaran Thomas Aquinas masih terns dipelajari, bahkan Para mahasiswa di Sekolah Tinggi Driyarkara begitu akrab dengan Thomisme. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Antara , 1996
297.809 SEJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mudhofir
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996
101 ALI k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtiar Effendy
Yogyakarta: Galang Press, 2001
297.63 BAH t (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>