Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105364 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Gema Insani Press, 1998
297.6 MEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Prayitno
"Latar Belakang
Pemilihan judul ini dilandasi dengan keinginan saya untuk melihat arti penting partai politik di dalam menuntun perjalanan suatu bangsa mencapai kemajuan. Pemilihan judul ini juga dilandasi keinginan saya untuk mengkaji pengaruh konsep-konsep pemikiran Partai Republik, antara lain pemikiran Alexander Hamilton dan misi Amerika atau sense of mission yang berakar dari ajaran Puritan yang kemudian diwujudkan dalam konsep manifest destiny, terhadap kebijakan Presiden William McKinley di dalam menyatukan Hawaii ke dalam wilayah Amerika melalui cara aneksasi.
Sebagai bangsa yang mempunyai sejarah yang unik, bangsa Amerika berkeyakinan bahwa kebudayaan yang dimilikinya lebih unggul dari kebudayaan bangsa-bangsa lainnya. Keyakinan pada keunggulan ini menumbuhkan anggapan bahwa mereka memiliki beban untuk menjadi contoh bagi seluruh umat manusia. Hal ini dikatakan John Winthrop di atas kapal Arbella, "We would be a city set on a hill, the eyes of all people are upon us" (Morgan, 1958: 70). Tanah yang luas dan hampir tidak terbatas serta kaya dengan sumber alam semakin mempertebal keyakinan pada keunggulan bangsa Amerika.
Keyakinan pada keunggulan bangsanya ini terletak pada adanya .azas demokrasi yang mengandung ide-ide kebebasan. Demokrasi bagi bangsa Amerika telah menjadi suatu gagasan yang membentuk suatu kepercayaan bangsa, filsatat hidup, ideologi nasianal dan menumbuhkan suatu superioritas yang berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya yang tidak saja dalam kebudayaan tetapi juga dalam peradaban. Azas demokrasi yang didukung dengan kekayaan alam Amerika yang membuka kesempatan di bidang ekonomi, merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perjuangan mengemban misi bangsa Amerika. Hal ini terlihat mulai dari kedatangan kaum Puritan ke Amerika, perjuangan 13 koloni dalam meraih kemerdekaan dari bangsa Inggris pada tahun 1775, pergerakan ke Barat sampai aneksasi California pada tahun 1848, yang dilanjutkan dengan pembentukan negara baru yang meluas sampai ke Pantai Pasifik.
Para koloni yang datang pertama kali ke Amerika bertolak dari perjuangan agama, namun tidak bisa dipungkiri bahwa pada akhirnya para koloni itu mencari kepentingan ekonomi. Di samping itu, perjuangan para pendiri bangsa Amerika di dalam meraih kemerdekaan dan merumuskan Konstitusi tidak semata berpegang pada keyakinan moral, tetapi juga mendasari prinsip-prinsip perjuangan yang bertujuan memperoleh kepentingan materi (Horton, 1974: 4). Adapun yang dimaksud dengan Konstitusi Amerika adalah Konstitusi yang hasil sidang Konvensi Konstitusi di Philadelpia pada bulan Mei tahun 1787 dan yang mulai berlaku pada hari Rabu pertama bulan Januari 1789. Konvensi Konstitusi yang diadakan di Philadelpia itu merupakan upaya untuk mengganti Artikel Konfederasi, sebelumnya digunakan oleh para koloni, yang mengalami kegagalan. Konstitusi yang lahir dari pertemuan tersebut terdiri dari pembukaan, batang tubuh ditambah dengan amandemen-amandemen Konstitusi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan (Irish, 1965: 111). Pembukaan?
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Jatnika
"Pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena pada saat pemilu itulah, rakyat menjadi pihak yang paling menentukan bagi proses politik di suatu negara dengan memberikan suara secara langsung dalam bilik suara. Dari seluruh warga negara yang memiliki hak pilih, terdapat warga negara yang pertama kali ikut serta dalam pemilihan umum, yaitu pemilih pemula (17-21 tahun). Mereka tidak memiliki pengalaman voting pada pemilu sebelumnya. Namun, ketiadaan pengalaman bukan berarti mencerminkan keterbatasan menyalurkan aspirasi politik. Mereka tetap melaksanakan hak pilihnya di tempat pemungutan suara.
Pertanyaan penelitian (research question) yaitu faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemilih pemula di DKI Jakarta dalam menentukan pilihan politiknya kepada satu partai politik tertentu dalam suatu sistem multipartai pada Pemilu 2004? Studi ini menggunakan uraian teori partisipasi, budaya politik dan perilaku pemilih. Kemudian menentukan variabel berdasarkan teori tersebut yaitu afiliasi politik orang tua, identifikasi kepartaian, figur, agama, dan isu-isu politik.
Lokasi penelitian tersebar di kelima wilayah kota DKI Jakarta yaitu Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara dengan digunakan cluster dan simple random sampling. Pengumpulan data di lapangan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Responden ditentukan secara purposive. Responden yang diperoleh sebanyak 198 dari 200 responden. Studi ini mengungkapkan secara umum pendapat responden terhadap afiliasi politik orang tua menyatakan mempunyai pengaruh yang semakin kuat apabila orang tua aktif dalam partai politik, terutama sebagai pengurus partai. Begitu juga terhadap figur tokoh dan identifikasi politik menurut mereka mempunyai mempunyai pengaruh yang kuat, sedangkan variabel agama dan isu-isu politik/program partai tidak begitu besar pengaruhnya dalam menentukan pilihan politiknya.
Berdasarkan pilihan politiknya, terdapat perbedaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi responden dalam memilih partai politik. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut (1) Pemilih Partai Golkar menyatakan bahwa orang tua mempunyai pengaruh kuat dalam menentukan pilihan politik responden; (2) Pemilih PDIP memiliki hubungan emosional kuat dengan partai nasionalis yang menjadi identifikasi partai mereka. Pilihan politik mereka juga dipengaruhi oleh orang tua dan figur tokoh idola yang menjadi calon presiden; (3) Pemilih PPP dipengaruhi oleh orang tua dan agama yang dianut responden sehingga membentuk identifikasi politik; (4) Pemilih Partai Demokrat, ternyata perilaku politiknya hanya dipengaruhi secara kuat oleh citra figur tokoh idola yang menjadi calon presiden dari partainya; (5) Pemilih PAN dipengaruhi oleh orang tua dan figur tokoh idola yang menjadi calon presiden; (6) Pemilih PKS dipengaruhi oleh faktor agama yang membentuk identifikasi partai berasas Islam, dan diperkuat dengan pemahaman berdasarkan program dan komitmen/janji partai; (7) Pemilih PDS mendapat pengaruh kuat dari orang tua dan agama yang dianut.

General election is one form of political participation as a realization of democracy. During the election, people become the most determining party on political process in a country that voted directly inside the polling booths. From overall voters with voting rights there were voters who cast their votes for the first time in general election, those are young voters (17-21 years of age) or often called beginner voters. They do not have voting experience of previous elections. However, without voting experience does not mean lack opportunity to channel their political aspiration. They still fulfill their voting rights at the voting polls (TPS).
The research question is what factor(s) influencing beginner voters in DKI Jakarta in making their political decision on particular political party in a multiparty system on 2004 General Election? This study used the analysis of participation theory, political culture and voter behavior. Next, determining the variables based on those theories namely parents' political affiliation, party's identification, figure, religion, and political issues.
The research location spread over five regions of DKI Jakarta that is West Jakarta, Central Jakarta, South Jakarta, East Jakarta and North Jakarta with cluster and simple random sampling. Field data collections were using questionnaires. Respondents were chosen purposively. There were 198 counted respondents out of 200 respondents.
The study generally shows that the parents' political affiliation variable has a stronger influence especially when the parents are active in political parties as party's official members. Figure symbol and political identification variables also have a significant influences, while religion and political issues/party's program variables do not have a significant influence toward beginner voter's behavior in deciding their political choice. Although for certain party voters, religion factors have a strong influence.
Based on political choice, there were distinguish factors influencing beginner voters' behavior. This matter can be seen as follows (I) Golkar Party voters expressed that parents have strong influence on changing respondents political choice; (2) PDIP voters had strong emotional relations with nationalist party which became their party's identification. Their political choice was also influenced by parents and model figure who became a candidate for president; (3) PPP voters were influenced by parents and respondents' religions for their political identification; (4) Democrat Party voters, it turns out that their political behavior only influenced by a strong image figure of idol of their candidate for president; (5) PAN voters were influenced by parents and model of president figure of their party; (6) PKS voters were influenced by religion factor which identified this Islamic party, and strengthened by an understanding of program and commitment/promises of he party; (7) PDS voters got strong influence from parents and their religions.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangaribuan, Yerri Gohi
"Perkembangan marketing politik saat ini menjadi mendapatkan perhatian karena mampu memberikan suatu analisis yang lebih dapat diandalkan untuk mengetahui berbagai dinamika polilik. Brand image yang biasa dikenal dalam produk dan jasa dapat juga diterapkan dalam domain politik. Image partai politik dipandang semakin penting, khususnya jika memperhatikan banyalmya panai politik peserta pemilu. Pemilih tentunya akan mengalami kcsulitan da!am memilih suatu partai politik ketika memasuki ternpat pemungutan suara. Disini partai politik memerlukan pembeda antara sam partai politik dengan partai politik lainnya. Hal ini rnenarik sebagai bahan kajian, tidak hanya dari sisi ilmu politik, tetapi juga dalam ilmu pemasaran, bagaimana sebuah partai politik dapat sukses menjadi pilihan rakyat.
Adanya image yang positif terhadap partai politik akan mempengamhi sikap dan pada akhirnya mendorong pemilih untuk memilih terhadap partai politik tersebut. Melalui penelitian ini juga akan ditinjau pcngaruh image, baik pada partai politik maupzm pernimpin partai politik terhadap sikap positif dan iniensi memilih.
Responden yang terlibat dalam penclitian ini tersebar pada 7 kota yang mewakili karaktedstik pemilih di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik convenience sampling. Selain analisis deskriptif dan analisis faktor, penelitian ini juga menggunakan sfructural equation modeling (SEM) untuk rnengetahui hubungan antar vaxiabel secara simultan dan Anova untuk rnengetahui perbedaan daiam mengevaluasi perbedaan image partai politik.
Berdasarkan hasil pcnclitian, image positif partai politik yang terbentuk dari image partai politik dan pemimpinnya meningkatkan intensi memilih melalui sikap positif terhadap. partai poiitik. Implikasinya adalah partai politik dituntut untuk meningkatkan image partai politik dan pemimpinnya untuk memperoleh kesuksesan sebagai partai pilihan dalam pemilihan umum
Currently, growth of marketing politics gets attention because it can give an analysis that can be more reliable to find out several of political dynamisms, Brand image that is usually recognized in products and services can also be applied in political domain. Image of political party is considered growing more important, especially if seen by the numbers of political parties of election participants. Voters are of course will End diflticulties in selecting a political party when entering voting booth. This time, political party needs to distinguish between one political party and other political parties. This issue can be a quite interesting subject, not only from politics side, but also in marketing science, how a political party can be successlirl in becoming people's choice.
Existence of image which is positive to political party will influence attitude and finally influence voters to select that political party as referred. Also, this research will evaluate the influence of an image, either in political party or the leader of that toward positive attitude and voting intention.
Respondents whom are involved in this research spread among 7 cities that represent characteristics of voters in Indonesia. Data collecting is conducted by using convenience sampling technique. Besides descriptive analysis and factor analysis, this research also uses structural equation modeling (SEM) to tind out the relation between variables simultaneously and Anova to find out the difference in evaluating the distinction in image of political party.
Based on research result, positive image of political party that fomred from the image of its political party and leader resulted in improving intention to vote by positive attitude to that political party. The implication is, political party is demanded to improve its image and the leader's to achieve a success as the chosen party in public election.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihite, Janfry M.
"Marketing politik adalah ilmu yang mengaplikasikan teori marketing ke dalarn politik. Aplikasi marketing politik makin dibutuhkan oleh partai politik sejak kembalinya sistem multipartai yang meningkatkan iklim kompetisi pemiiu di Indonesia Salah satu aplikasi marketing politik dapat kita lihat dari pengalaman di pemilu tahun 2004. Pendekatan ini sukses dipakai untuk membangun citra presiden dan memenangkan suara mayoritas penduduk Indonesia. Didorong oleh kesuksesan ini, maka sekarang peneiitian mengenai aplikasi marketing politik dibutuhkan untuk mcnambah wawasan dan pengetahuan kita dalam memahami perilaku pemilih Indonesia.
Marketing politik memandang pemilih sebagai subjek politik. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mcnguji perilaku pemilih dan mencari tahu berbagai jalur yang dapat dipcngaruhi untuk mencapai voting pemilih. Pexilaku pemilih sendiri dipengaruhi oleh emosionalitas dan rasionalitasnya. Kedua hal ini tidak bisa dibeda-bedakan, hal ini merupakan proses kompleks otak manusia yang melibatkan koduanya Sesuai dengan pengamatan kita terhadap konsumen dalam pembelian barang kchutuhan sehari-hari, kita dapat melihat bahwa setiap knnsumen mempunyai kecenderungau untuk berpikir rasional ketika membuat keputusan atau cenderung untuk berperilaku kamna merasakan emosionalilasnya. Didalam penclitian ini, kjta akan fokus kepada faktor emosional yang mempengaruhi pemilih 'dan bagaimana emosionalitas dapat mempengaruhi keterlibatan, keterikatan dan keyakinan keputusan pemilih menuju voting partai politik.
Ernosionalitas adalah anteseden, keterlibatan, keterikatan, dan keyakinan keputusan akan menjadi mediasi voting pemilih yang merupakan konsekuensinya. Hasil dari scmua hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini terbukti signifikan. Emosionalitas yang tcrdiri dari emosionalitas pribadi dan psngaruh preferensi sosial meningkatkan keterlibatan pemilih dalam pengelolaan infonnasi dan aktifitas partai politik. Emosionalitas pemilih meningkatkan keterikatan kognisi pemilih dan keterikatan emosionalnya. Emosional, keterikatan dan keterlibatan pemilih meningkamkan keyakinan keputusan pemilih. Dan akhirnya keterlibatan, keterikatan dan keyakinan keputusan pemilih meningkamkan voting pemilih.

Political marketing is a science applying marketing theory in political activity. Since Indonesian multhaarty election in 1999 and increasing competitiveness of political party toward the election, the application of political marketing considerd to be important. Ajierward, history told us that political marketing successfully applied in 2004 election. This approach succeed in increasing president image and won the majority of voter. In terms of this success, research about marketing politic is essential to improve our understanding and knowledge about Indonesia voter behavior.
Political marketing view voter as the subject of the politic. Regards to this perspective, our research aimed to know the voter behavior. Voter behavior itself influenced by voter rationality or emotionality. Both of the voter emotionality and rationality can not be distincted but it is a complex process contain both of them. Inline with our observation in the fast moving consumer goods industry, we could conclude that every consumer have a tendency when they are making a decision. Whether they think rationally or to _/eel emotionalbz. Ajterward we will focus the topic of this thesis in voter emotionality, how emotionality increasing involvement, attachment and decision confidence andjinallv increasing voter voting.
Emotionality is the antecedent, involvemene attachment and decision confidence will be the mediator for voting as the consequence. All the hypothesis stated for this thesis positively signyicant. Emotionality increasing voter information involvement and program involvement. Emotionality increasing voter cognitive attachment and emotional attachment. Emotionality, attachment and involvement increasing voter decision confidence. Andfinalbv involvement, attachment and decision confidence increasing voting.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Objectives of this study are to find out how the Islamic party and the Islamic-Based party in Tasikmalaya understands and gives his perception on the implementation of the Islamic Shari'a in Tasikmalaya. Data collection is done by in-depth interviews, went into the field and direct observation with a sampling method is done deliberately (purposive sampling), while the approach to be used in this study is the symbolic interaction approach by trying to understand the meaning of human behavior in life, motives, insight, and internalization of values. Based on this research, it can be concluded that in addressing, understanding and perception of the application gives the Islamic Shari'a in Tasikmalaya, tend to be careful. This began when the Islamic party and how Islamic besed on the district understand the "religious/Islamic" as stipulated in the vision-mission Tasikmalaya regency. So far, these parties do not make sense and understand the vision and mission as the juridical basis or a gate to then apply the concept of Islamic law which was adopted by the government. This is because the parties are aware there is no legal basis which provides higher greater authority to the region to implement Islamic law as a whole."
ALJUPOP
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"[Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh persepsi religiusitas dan sekularisme kandidat dan fundamentalisme religius terhadap keputusan memilih. Lebih spesifik lagi, peneliti ingin mengetahui faktor apa yang memberikan pengaruh lebih besar terhadap keputusan memilih, antara persepsi religiusitas dan sekularisme kandidat atau fundamentalisme religius. Responden penelitian ini adalah remaja akhir dan dewasa muda yang tinggal di Jabodetabek. Setiap orang mendapatkan artikel yang berisi wawancara terhadap kandidat sebagai manipulasi persepsi religiusitas dan sekularisme. Hasilnya Sekularisme kandidat lebih bisa meramalkan keputusan memilih dibanding religiusitas kandidat. Seseorang yang memiliki tingkat religiusitas dan sekularisme bila dihadapkan dengan kandidat yang religius memilki kemungkinana satu kali lebih besar untuk memilih kandidat tersebut dibandingkan bila dihadapkan dengan kandidat yang tidak religius, This study trying to see the effect of religiosity and secularisme perception of candidate and religios fundamentalism on voting decision. Spesiffically, researcher want to see which variable has the greater effect on voting decision. The responden of the research was late teenager and young addult that already has voting participation right in Jabodetabek area. Every responden was given an article about an interview of a candidate and potensial voter. There were two kind of article, the first was an interview with secular candidate and the other one was with religios candidate. The result show secular attribute is preferable than the religios one. The respondent that has high religius fundamentalisme will choose the religius candidate. some one with high fundamentalisme has one time odd to choose the religius candidate more than some one with low fundamentalisme.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57697
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam lima tahun terakhir ini muncul peristilahan yang melekat pada setiap upaya pencalonan Presiden , Gubernur , Bupati, walikota , bahkan calon-calon pejabat publik lain. Mereka senantiasa menyampaikan (setelah, tentu saja, sebelumnya diwajiblkan) visi dan misinya...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>