Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Sondang P.
Jakarta: Gunung Agung, 1979
001.539 SIA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Syamsi
Jakarta: Bumi Aksara, 1995
658.403 IBN p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Sondang P.
Jakarta: Gunung Agung, 1983
350.072 2 SIA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Sondang P.
Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1982
658.403 SIA s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnadi Purnomo; Agus Mugayad Shah
"ABSTRAK
Salah satu kegiatan utama sebuah bank adalah menyalur
kan dana ke masyarakat dalarn bentuk kredit. Proses pengambi
lan keputusan pemberian kredit terutama kredit investasi
perlu dilakukan secara tepat dan cepat. Untuk itu diperlukan
dukungan sistem informasi manajemen yang dapat mempermudah
dan memperlancar pengambilan keputusan pemberian kredit.
Pengambilan keputusan pemberian kredit pada Bank
International Indonesia (BII) melibatkan beberapa pihak yaitu
pemohon kredit, Account Officer, Team Leader, Kepala Cabang,
Kantor Pusat. Pemohon kredit mengajukan berkas permohonannya
kepada pihak BII yang diterima oleh Account Officer. Account
Officer kemudian melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen
dan kewajaran data?data yang tercantum dalam dokumen permoho
nan. Setelah dokumen lengkap dan telah dilakukan pemeriksaan
atas kewajaran data maka Account officer melakukan analisis
terhadap berkas permohonan yang hasilnya dituangkan kedalam
memorandum permohonan kredit. Selanjutnya memoramdum dan
berkas permohonan ini diserahkan kepada Team Leader yang akan
mereview dan melakukan approval. Team Leader kemudiari akan
meryampaikan ke Kepala Cabang untuk dilakukan analisis dan
approval dan sej.anjutnya bila lingkup kredit merupakan
lingkup Kantor Pusat maka selanjutnys dilakukan analiSiS dan
approval oleh Kantor Pusat.
Analisis terhadap pemrosesan permohonan kredit menun
Jukkan beberapa kelemahan sebagai berikut :
- Tidak adanya petuniuk tertulis tentang dokumen apa yang
harus diserahkafl sebagai berkas permohonan kredit. Hal ini
menyebabkan berkas dokurnen yang diajukan kadangkala tidak
lengkap yang berarti memperlambat pemrosesan permohonan
kredit.
- Account Officer sebagai Analis rnelakukan kontak langsung
dengan peniohon kredit sehingga dapat tercipta huburigan
psikologis yang dapat mempengaruhi analisis.
- Rantai pernrosesan pezuberian kredit bertambah panjang
dengan adanya Review dan Approval oleh Team Leader.
Sebenarnya fungsi ini dapat dihilangkan sehingga hasil
analisis Account Officer disampaikan langsung ke Kepala
Cabang.
- Untuk menganibil keputusan dalain bal pemberian kredit
digunakan data yang dimiliki oleh masing?masing level
manajemen secara terpisah dan belum ada keterpaduan data
- Apabila permohonan kredit disetujui maka pemohon kredit
dipanggil untuk menandatarigani perjanjian kredit tanpa
adanys Surat Persetujuan K.redit yang merupakan dasar bagi
pemohon kredit untuk melakukan perianjian kredit.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut diperlu
kan suatu alternatif disain yang dapat memperbaiki sistem
pengambilan keputusafl pemberian kredit.
Alternatif disain yang disarankan mengandung beberapa
hal sehagai berikut :
- perlu dibuat petunjuk tertulis tentang dokumen yang harus
ada dalam berkas permohonan kredit agar pemohon dapat
rnempersiapkan din untuk melengkapi dokumen.
- Fungsi Team Leader dalam review dan approval jhilangkan
agar rantai pemrosesan dapat dipersingkat.
Perlunya Penyidik Kredit yang memeriksa kelengkapan doku
men dan kewajaran data yang tertera dalam dokurnen sehingga
Account Officer hanya melakukan analisis dan tidak perlu
mengadakan kontak langsung dengan pemohon kredit.
Àpabila permohonan kredit disetujui maka perlu dibuat
Surat Persetujuan Kredit yang disampaikan kepada pemohon
kredit agar pemohon mengetahuí syarat-syarat dan ketentuan
kredit.
Data yang terebar pada Account Officer Kepala Cabang,
Kantor Pusab sebaiknya dipadukan agar tersedia suatu bank
data yang lengkap dan Departemen Teknologi dapat menangani
keterpaduari data ini untuk selanjutnya dibentuk suatu
database dalai» sistein informasi yang berhasis komputer.
Alternatif disain yang disarankan masih perlu pengujiari lebih larijut dalam tahap implementasi."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warmo
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Handoyo Widodo
"Laporan Rugi-laba yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya menggunakan metode full costing seperti dianjurkan oleh Persatuan Akuntansi Indonesia. Metode full costing menghitung harga pokok dengan membebankan seluruh komponen biaya baik yang bersifat variabel dan biaya tetap. Kondisi demikian mengakibatkan manajemen terkadang lalai memperhatikan contribution margin yang diberikan oleh setiap jenis/item dan produknya. Untuk itu, menajemen sebaiknya berupaya untuk memperoleh informasi biaya yang relevan sebagai dasar pengambilan keputusan produksi.
Metode variable costing dan activity based costing system dapat dipilih sebagai alternatif untuk pengambilan keputusan produksi karena metode ini memberikan informasi mengenai besarnya biaya variabel yang sungguh-sungguh diserap oleh produk serta informasi contribution margin dari tiap jenis produk. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa berdasarkan metode full costing dan variable costing untuk jenis produk kemeja formal pria, kemeja kasual pria dan pakaian anak wanita sama-sama menunjukkan laba.
Sedangkan untuk jenis produk blouse wanita bila ditinjau dengan metode full costing ternyata menunjukkan adanya kerugian sebesar Rp.15.113.468,00 tetapi bila dicermati dengan menggunakan metode variable costing produk blouse wanita ternyata masih memberikan contribution margin sebesar Rp.41.999.284,00 yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap total. Informasi yang diperoleh dari metode variable costing menunjukkan prestasi yang dapat dicapai oleh setiap jenis produk yang diproduksi.
Dari hasil penelitian ini, direkomendasikan agar manajemen sebaiknya memilih metode variable costing untuk informasi tambahan sebagai pengambilan keputusan produksi khususnya keputusan untuk menghentikan atau meneruskan produksi jenis produk blouse wanita. Walaupun jumlah contribution margin tersebut memang tidak terlalu material dibandingkan omzet penjualan, namun penting untuk diperhatikan karena informasi yang disajikan oleh metode full costing kemungkinan dapat menyesatkan manajemen dalam pengambilan keputusan.
Dengan menggunakan metode variable costing perusahaan sebaiknya tetap memproduksi blouse wanita karena produk tersebut masih memberikan contribution margin bagi perusahaan serta telah mempunyai pasar yang baik di luar negeri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T10088
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Laxman Sanjaya Pendit
"ABSTRAK
1. Pendahuluan
Kegiatan tahap kedua model pengambilan keputusan dengan memanfaatkan sistem informasi sumber daya arkeologi mengandung dua piranti lunak, yaitu hypertext dan expert system. Pembuatan hypertext terhadap situs Trowulan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kondisi sumber data dan keberadaan data yang berbeda dengan Situs Borobudur (disusun pada tahun pertama) mempengaruhi proses pembuatan hypertext. Perbedaan penting jika dibandingkan dengan Situs Borobudur adalah (1) jumlah situs di Trowulan lebih dari satu dan melingkupi daerah yang lebih luas, (2) variasi yang lebih besar dalam penanganan bangunan dan penataan situs-situs, (3) ketidakteraturan dan ketidaklengkapan data, (4) pemugaran masih sedang berlangsung di beberapa situs, dan (5) kepustakaan tentang Trowulan tidak selengkap tentang Borobudur.
Tahap kedua ini juga mencakup pembuatan Sistem Pakar (expert system) Penelitian Permukiman (selanjutnya disebut SiPPP). Sistem pakar adalah program untuk mengambil keputusan sebagaimana seorang pakar melakukannya. Sebuah sistem pakar memecahkan persoalan dengan memakai strategi dan asumsi dasar yang lazim disebut "basis pengetahuan" (knowledge base), yakni sebuah program yang pembangunannya dilakukan bersama satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu, dalam hal ini adalah bidang arkeologi.
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah model pengembangan hypertext dan sistem pakar dalam bidang arkeologi. Pembuatan model ini menggunakan metodologi sistem-lunak (Soft System Methodology). Sistem Informasi Arkeologi merupakan upaya kongkrit untuk mengubah sekumpulan data menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan.
2. Hasil Penelitian
2.1 Hypertext Situs Trowulan
Semesta dokumen dan bahan-bahan lainnya yang mengandung informasi tentang Situs Trowulan ini dapat dijadikan sistem hypertext setelah ditemukannya struktur yang terbentuk dari enam topik yang membentuk enam simpul (nodes) utama, yaitu Sejarah Majapahit, Sejarah Trowulan, Trowulan sebagai Situs Kota, Pelestarian, Kerusakan Situs, dan Instansi yang Terkait. Dari enam topik utama tersebut, berhasil dibuat 26 turunan yang menjadi simpul-simpul lapis kedua dan ketiga yang dihubungkan lewat 125 link dan ditetapkan secara subjektif dalam bentuk kata atau frasa. Selain itu, pada sebuah simpul diletakkan informasi tambahan yang kontekstual (pop up) berupa teks, gambar, foto, atau gabungan ketiganya. Semua simpul, link, dan pop up ini kemudian dihimpun dalam satu kesatuan berkas elektronik yang dapat dibaca. Untuk menjadikan himpunan berkas ini sebagai sistem hypertext, penelitian ini membangun sebuah modul pembacaan yang ditulis dengan bahasa Visual Basic.
2.2 Sistem Pakar Penelitian Permukiman (SiPPP)
Akuisisi pengetahuan dimulai dengan penetapan problem yang akan dipecahkan oleh sistem pakar. Untuk ini diadakan wawancara mendalam (in depth) dengan pakar bidang arkeologi. Topik wawancara mencakup (1) gambaran pakar tentang pemakai; (2) berbagai kasus pertemuan pakar dengan pemakai untuk menggambarkan karakteristik dialog, mengidentifikasi butir-butir pengetahuan yang akan dicantumkan dalam basis pengetahuan, dan menguraikan (breaking down) sistem pengetahuan yang relevan dengan arkeologi permukiman; dan (3) menyusun pengetahuan arkeologi permukiman.
Algoritma sistem pakar yang disusun disini pada dasarnya adalah hasil dari representasi pengetahuan dalam bentuk diagram pohon; sedangkan pengkodean pada intinya adalah penerjemahan dan penulisan abstraksi dari algoritma dan struktur yang dirancang kedalam bahasa pemrograman dalam bentuk kode-kode tertentu. Kode-kode tersebut berupa statement-statement maupun command-command yang berbeda bagi setiap bahasa pemrograman.
2.3 Organisasi dan Sistem Informasi sebagai Konstruksi Sosial
Pendekatan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini menyatakan bahwa organisasi di mana sebuah sistem informasi akan diterapkan adalah sebuah fenomena yang dibentuk secara sosial (socially constructed phenomena). Dalam rangka merancang sistem informasi untuk sebuah organisasi di bidang arkeologi, penelitian ini beranggapan bahwa perancangnya "membaca" organisasi di bidang arkeologi sebagai sebuah teks (text analog) sehingga diperoleh pemahaman yang akurat, dan dengan dasar pemahaman ini dapat mengajukan sistem yang sesuai untuk organisasi tersebut. Walaupun kegiatan pokoknya adalah pembuatan aplikasi, namun dalam proses pembuatan tersebut terjadi berbagai interaksi yang tidak langsung berhubungan dengan teknik pembuatan tersebut.
2.4 Model Konseptual
Dari pengertian dasar C (Peneliti, pelestari, pendidik, pengelola pariwisata); A (Arkeolog berpandangan sistemik dan berkemampuan analitis); T (Mengurai, memadukan, dan mengemas data menjadi informasi); W (Memudahkan penyebaran dan pemanfaatan informasi); 0 (Ditlinbinjarah (sebagai pengelola situs); dan E (Promosi dan penyebaran informasi arkeologi) dapat dikenali berbagai kegiatan (identifiable activities), yaitu: (1) mendayagunakan data hasil penelitian maupun pelestarian terhadap situs dan benda cagar budaya, dengan (2) memadukan data yang tercerai berai menjadi kesatuan informasi, untuk (3) mempromosikan dan menyebarluaskan informasi tersebut kepada peneliti, pelestari, pendidik, pengelola pariwisata. Dengan demikian dapat diperoleh model konseptual umum yang menampakkan ketiga unsur sistem, yaitu masukan, pengolahan, dan luaran.
3. Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan tiga temuan utama yang sating berhubungan dan merupakan suatu kesatuan. Pertama, penelitian ini menghasilkan paket perangkat lunak yang terdiri dari dua aplikasi, hypertext dan expert system. Kedua, penelitian ini merekam proses penciptaan kedua aplikasi tersebut, termasuk reaksi pemakainya dan reaksi perekayasa aplikasi terhadap reaksi tersebut, dalam sebuah prosedur kerja yang dapat ditiru (replicated). Ketiga, dad produk berupa perangkat lunak, dan dari proses penciptaannya yang memasukkan aspirasi pemakai, penelitian ini menghasilkan pula sebuah model konseptual sistem informasi arkeologi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa sebuah sistem informasi yang mencerminkan kebutuhan nyata para pengelola dan pemakainya dapat dibuat melalui pendekatan interpretif. Pendekatan ini mengijinkan semua pihak terkait memberikan interpretasi atas sistem yang ingin dibuat. Interpretasi ini kemudian dipahami oleh pembuat sistem sebagai parameter-parameter sistem. Dengan demikian, perangkat lunak, prosedur kerja dan model konseptual yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dilihat sebagai hasil bersama antara tiga unsur: penggagas ide, pengelola sistem, dan pemakai sistem. Penelitian ini sendiri berfungsi sebagai fasilitator ketiga unsur tersebut. Untuk dapat menjadi fasilitator, penelitian ini memanfaatkan metodologi sistem lunak (soft system methodology).
Pengelola sistem informasi arkeologi memiliki tiga keahlian. Pertama, sistem ini memerlukan keahlian arkeologi yang berperan sejak pengumpulan data sampai penulisan kembali. Kedua, sistem ini memerlukan analisis sistem yang mampu menerjemahkan aspirasi arkeolog. Ketiga, sistem ini memerlukan operator komputer, terutama dalam tahap pengumpulan dan penyimpanan data.
4. Saran: Kelayakan Perubahan dan Tindakan yang Perlu Dilakukan
Sebagai sebuah kajian yang memusatkan perhatian pada aspek organisasi dari sebuah sistem informasi, maka penelitian ini juga menggarisbawahi beberapa temuan yang berkaitan dengan kelayakan (feasibility) pengembangannya di sebuah instansi arkeologi. Temuan ini menyangkut tiga aspek, yaitu: (1) sumber daya manusia atau menempatkan arkeolog sebagai pengelola sistem; (2) nilai penting sistem informasi di dalam keseluruhan kegiatan arkeologi; dan (3) ketersediaan alat (tools) untuk mengembangkan sistem multimedia. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini mengkaji upaya pemanfaatan data dan informasi arkeologi melalui penerapan teknologi hypertext terhadap dokumen-dokumen yang menghimpun informasi tentang proses pemugaran dan perawatan Candi Borobudur. Proses ini merupakan salah satu wujud dari upaya arkeologi dalam memberi sumbangan kepada pembangunan bidang kebudayaan. Selama ini, penelitian arkeologi sudah mengkaji 358 situs di Indonesia, untuk mengungkapkan kehidupan masyarakat di masa lalu. Hasil penelitiannya memberikan sumbangan berupa data tentang kesatuan sosial budaya Indonesia. Dengan data itu, dapat dilakukan upaya mengenal jatidiri bangsa. Selain itu, sebagai ciri utamanya, disiplin arkeologi mengupayakan pelestarian temuan-temuannya (Mundardjito, 1994: 2). Pelestarian ini memungkinkan sebuah sites dikaji secara mendalam, kontekstual, tahap demi tahap dan terus menerus. Situs, dengan demikian, menjadi sumber data abadi bagi upaya mengenal jatidiri bangsa.
Dari masa ke masa, temuan arkeologi akan terus bertambah. Benda-benda cagar budaya akan bertambah; situs akan semakin banyak ditemukan. Data arkeologi yang terus bertambah ini harus difungsikan secara maksimal sebagai pemberi sumbangan kepada pembangunan nasional. Moratto dan Kelly (dalam Schiffer, 1978: 25) menyatakan bahwa "arkeologi harus dapat berpartisipasi dalam upaya mempertemukan ilmu dan masyarakat demi kebaikan bersama". Untuk ini, data dan informasi arkeologi harus dapat dijadikan landasan bagi pengambilan keputusan yang sekaligus mempertimbangkan nilai penting (significance) dari sebuah situs dihadapkan dengan kepentingan-kepentingan lain. Data dan informasi arkeologi mempunyai posisi sentral dalam upaya mempertemukan kepentingan ilmiah dengan kepentingan lain, seperti kepentingan pembangunan prasarana, pengembangan industri, pemukiman penduduk, dan sebagainya. Dengan kata lain, kepentingan membangun untuk masa depan dapat dilaksanakan tanpa melupakan upaya memahami jati diri lewat tinggalan-tinggalan peradaban masa lalu, kalau kita memiliki cukup data untuk menetapkan perlakuan apa yang akan dikenakan kepada sebuah situs. Dari sinilah timbul upaya untuk ini menghimpun data tersebut ke dalam suatu wadah yang lazim disebut pangkalan data (database). Pangkalan data ini menjadi bagian dari sistem yang menyimpan data arkeologi dan memungkinkan seseorang memakai data itu untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan. Sistem ini disebut sistem temu-kembali informasi (information retrieval system). Jika sites adalah sumber data, maka sistem ini adalah upaya lebih lanjut untuk "mengawetkan" data yang didapat dari situs.
Penelitian ini beranggapan bahwa upaya ini tidak harus hanya berhenti pada penghimpunan data dan penemuannya kembali. Jika himpunan data arkeologi ini terus bertambah, maka diperlukan satu langkah lagi agar himpunan tersebut berfungsi maksimal. Untuk itu, diperlukan sebuah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi hypertext. Sistem kemudian perlu diuji untuk melihat apakah data dan informasi tentang proses pemugaran dan perawatan Candi Borobudur dapat ditampilkan melalui teknologi ini.
Dalam penelitian ini, hypertext diterapkan pada dokumen pemugaran dan pelestarian Candi Borobudur. Dokumen ini merupakan hasil kegiatan bidang khusus (arkeologi), sehingga penelitian ini diharapkan dapat mengkaji persoalan-persoalan yang muncul akibat faktor dokumen, isi dokumen, piranti lunak (software) dan pemakai akhir (end users). Dengan demikian, penelitian ini dapat memberi sumbangan pengetahuan tentang pembuatan dan pembacaan hypertext di bidang arkeologi khususnya dan di bidang informasi umumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mahalul Azam
"Ketepatan admisi merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan medis
yang sesuai dengan standar. Appropriateness Evaluation Protocol (AEP)
merupakan protokol yang digunakan untuk menilai ketepatan admisi pasien
rawat inap. Tujuan penelitian ini adalah merancang sistem informasi admisi
pasien rawat inap untuk membantu pengambilan keputusan klinis dan
administrasi dalam admisi pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah
dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. Penelitian dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama, penelitian kualitatif untuk perancangan sistem informasi
dengan menerapkan Framework for Application of System Technique
(FAST). Tahap kedua, penelitian kuantitatif dengan rancangan one group
pretest-posttest design yaitu uji coba sistem informasi admisi dengan mem-
bandingkan indikator-indikator akseptabilitas, aksesibilitas, sensitivitas,
kerepresentativan, dan ketepatan waktu. Hasil penelitian ini berupa ran-
cangan Sistem Informasi Admisi (SIA) pasien rawat inap meliputi masukan,
keluaran, basis data, dan antarmuka yang dilanjutkan dengan membangun
sistem sehingga dihasilkan SIA berbasis AEP. Hasil uji coba menunjukkan
dukungan responden terhadap sistem lama dan sistem baru dari aspek ak-
septabilitas (RRT 2,20 dan 3,18), aksesibilitas (RRT 2,25 dan 3,19), sensi-
tivitas (RRT 2,30 dan 3,10), kerepresentativan (RRT 2,40 dan 3,16), dan
ketepatan waktu (RRT 2,13 dan 3,13) dengan perbedaan yang bermakna
(p = 0,0001). Diperlukan komitmen manajemen untuk dapat menjalankan
SIA, evaluasi setiap tahun terhadap kinerja sistem untuk mengantisipasi pe-
rubahan kebutuhan informasi, dan rancangan input data yang cepat dengan
teknologi tinggi.
Appropriateness in admission represent quality of medical services.
Appropriateness Evaluation Protocol (AEP) is protocol that used to
evaluate inpatient admission according to medical indications. The research
Sistem Informasi Admisi Pasien Membantu Ketepatan
Pengambilan Keputusan Admisi Pasien
Admission Information System Helps The Appropriateness Decision Making
on Patient Admission
Mahalul Azam, Arulita Ika Fibriana
51
was carried out to design admission information system of inpatient as
administrative and clinical decision support system in Rumah Sakit Umum
Daerah dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal. The research was done in two
step. First step was qualitative study applied Framework for Application of
System Technique (FAST) to design information system. Second step used
one group pretest-posttest design, trying information system that built
comparing acceptability, accessibility, sensitivity, representativeness and
punctuality. The result of this research was admission information system
design consist of input design, output design, data base design and
interface design continuing to build AEP based admission information sys-
tem. Trial result shows that respondents give their agreement in old and new
system for acceptability (2,20 and 3,18), accessibility (2,25 and 3,19), sen-
sitivity (2,30 and 3,10), representativeness (2,40 and 3,13), and punctuali-
ty (2,13 and 3,13), and it was statistically significant (p = 0,0001). The mana-
gement commitment is required to carry on admission information system,
annual evaluation of system performance required to anticipate changes of
information requirement, and it is required to design input faster using high
technology instrument."
Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>