Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Al-Ghazali, Muhammad
Bandung: Pustaka Hidayah, 2001
297.61 MUH tt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Atika Dwi Adjeng
"ABSTRAK
Diskursus tentang nafs merupakan salah satu kunci bidang metafisika, yang bisa dilihat dari perspektif filsafat serta tasawuf yang notabene membicarakan seputar kajian ba?ini. Peranan nafs adalah sebagai proses berfikir, dari proses inilah akan timbul sebuah pemahaman yang menghasilkan pengetahuan, yaitu bagaimana seorang manusia memandang serta menyikapi hakikat dari kehidupan. Terdapat dua tokoh yang juga memiliki andil penting sebagai tokoh yang mendalami serta memperinci hakikat nafs menurut perspektif dari masing-masing zaman yang telah dilaluinya. Keduanya memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dalam pemikirannya tentang nafs. Terdapat tiga persamaan dan lima perbedaan pada pemikiran kedua tokoh dalam memandang hakikat nafs. Beberapa persamaan yang nampak mengenai definisi nafs, potensi-potensi nafs, serta kekekalan nafs, meskipun begitu memiliki lebih banyak perbedaan dalam pemikirannya seperti memandang wujud nafs, hubungan jasad dan nafs, pemikiran tentang ruh, rsquo;aql, qalb, dan nafs, tungkatan-tingkatan nafs, serta konsep kebahagiaan nafs. Dari pemikiran ini terlihat pemikiran yang saling mendominasi serta transisi perubahan yang akan mempengaruhi pemikiran tokoh, yang dianggap sebagai hasil pembahasan yang menarik. Dari ringkasan ini peneliti berusaha membandingkan konsep pemikiran kedua tokoh tersebut yang dilihat dari ranah filsafat serta tasawuf. Metode yang akan digunakan adalah deskriptif-analisis, yaitu dengan menjabarkan keseluruhan pemikiran kedua tokoh tentang hakikat nafs, kemudian menganalisis dengan menemukan persamaan serta perbedaan dari kedua tokoh.

ABSTRACT
The discourse on the nafs is one of the keys of the field of metaphysics, which can be seen from the perspective of philosophy and is certainly present in Sufism which in fact speaks of the study of ba ini. The role of the nafs is as a process of thinking, and from this process will arise an understanding that produces knowledge, that is how a human view and address the nature of life. In the talk about the nafs there are two figures who also have an important role as a figure who explore and detail the nature of the nafs according to the perspective of each era that has been passed. Both of these figures have some similarities and differences in their thinking about the nafs, which is of course some very significant differences on the background of the transition of the character 39 s thinking. There are three similarities and five differences in thinking of the two figures in viewing the nature of the nafs. Some of the apparent similarities to the definition of the nafs, the potential of nafs, and the eternal consciousness of nafs have, nevertheless, more differences in thinking such as the appearance of the nafs, the relationship of the body and nafs, the thought of the spirit, 39 aql, qalb, and nafs, nafs, and the concept of eternal bliss nafs. From this thinking will look dominant thoughts and transition changes that will affect the thinking of the figure, which is considered as the result of an interesting discussion. From this summary the researcher tried to compare the concept of thinking of the two figures that seen from the realm of philosophy and islamic mysticism. The method to be used is descriptive analysis, that is by describing the overall thoughts of the two figures about the nature of the nafs, then analyze by finding the similarities and differences of the two figures."
2017
T49182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah F. Hasan
Bandung : Mizan, 2015
297.246 ABD s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jitet Koestana
Jakarta: Gramedia, 2005
892.7 Jit k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jitet Koestana
Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2010
892.7 JIT k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Watt, William Montgomery
London: George Allen and Unwin, 1953
297.4 WAT f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nur`aini Ahmad
"Tulisan ini membahas " PENDIDIKAN AKHLAQ MENURUT ALGHAZALI." Ia mengatakan Akhlaq adalah suatu kemantapan jiwa yang menghasilkan perbuatan atau pengalaman dengan mudah tanpa hams direnungkan dan disengaja. Jika kemantapan jiwa itu menghasilkan amal-amal yang baik dan terpuji menurut akal syari'ah, maka ini disebut akhlaq yang baik. Sebaliknya jika amal-amal tercela yang muncul dalam keadaan kemantapan itu, maka itu dikatakan akhlaq yang buruk.
Orang yang berakhlaq mulia adalah orang yang sanggup mengatasi tiga kekuatan yang ada dalam jiwanya yaitu 1) kekuatan rasional; 2) gahdabiyah dan 3) seksual, Ketika kekuatan-keuatan ini benar-benar telah dikendalikan dengan cara yang diinginkan, dan kekuatan gahdabiyah Berta nafsu dapat ditundukan oleh kekuatan rasional (yang dibimbing wahyu) maka keadilan akan menjelma.
Sumber pemikiran al-Ghazali didasarkan kepada al-Qur'an dan al-Hadist, sama seperti para pemikir-lain layaknya. Ia juga dipengaruhi pemikiran filosofis al-Farabi, Ibn Sina terutama yang berkenaan dengan manusia. Selain itu juga dipengaruhi oleh pemikiran Socrates, Plato, Aristoteles, terutama mengenai pandangannya mengenai "keutamaan" (ummahat al fadha). Pandangan al-Ghaza1i yang berasal dari filosof lain adalah Logika dan Etika
A1-Ghazali telah berhasil mengalihkan Umat Islam, terutama Dunia Sunni kepada pentingnya logika. Para pengikutnya menganggap bahwa mempelajari logika sebagai fardhu kifayah (kewajiban bersifat kolektij). Usaha al-Ghazali merupakan titik balik sikap umat Islam kepada logika Aristoteles. Sebelumnya pars Ahli Fiqih menganggap logika sebagai barang hina dan haram. Logika bagi al-Ghazali sebagai prasyarat yang harus dimiliki bagi setiap ilmuan dalam bidang apa saja, tetapi logika tidak bisa menjangkau persoalan metafisika, yaitu dalam hal yang berkaitan dengan masalah ketuhannan dan 'aqidah. Disinilah letak perbedaan antara al-Gha7h'li dengan para filosof Islam lainnya seperti al-Farabi dan Ibn Sind dimana mereka percaya secara mutlak akan kebenaran logika. Bagi al-Ghazali sekalipun logika akal lebih tinggi dalam pencapaian kesimpulan dan paling sah dari persepsi inderawi, tetapi pada saat yang sama merupakan tingkatan yang paling rendah dari penyingkapan (kasyj) kesufian.
Konsep manusia menurut al-Ghazali tidak berbeda dengan konsep ajaran Islam, karena ia mendasarkan pemikirannya kepada al-Qur'an dan as-Sunnah. Menurutnya manusia tersusun dari unsur jasmani dan rohani yang berfungsi sebagai abdi dan khalifah Allah di muka burni. Hakikat manusia adalah jiwanya. Jiwalah yang membedakan manusia dengan makhluk-rnakhluk Allah lainnya. Ia membagi fungsi jiwa dalam 3 bagian, yaitu 1) jiwa tumbuh-tumbuhan, 2) hewan, dan 3) manusia. Akhlaq dan sifat manusia tergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya. Penekanan unsur jiwa tidaklah berarti is mengabaikan unsur jasmani, kehidupan jasmani yang sehat merupakan jalan kepada kehidupan rohani yang baik.
Tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kesempurnaan yang mungkin diperoleh dan dirindukan oleh setiap manusia. Tujuan hidup muslim tersebut yaitu mencapai kebahagiaan akhirat. Ada empat keutamaan yang berkaitan dengan upaya mencapai tujuan hidup:1) Keutamaan-keutamaan jiwa, 2) keutamaan--keutamaan badan, 3) keutamaan-keutamaan luar, dan 4) keutamaan-keutamaan taujiq. Usaha mewujudkan keutamaan-keutamaan yang lain adalah untuk mencapai keutamaan jiwa, sehingga manusia melalui jiwanya mencapai tujuan hidupnya. Etikal akhlaq menurut al-Ghazali adalah jalan menuju akhirat. Etika al Ghazali mengajarkan bahwa manusia mempunyai tujuan yang agung, yaitu kebahagiaan di akhirat, kerena itu etika nya disebut etika mistik yang bercorak teleologis.
AI-Ghazali menekankan pokok-pokok keutamaan akhlaqnya kepada ` pertengahan. Pengertian ` pertengahanljalan tengah"tersebut antara lain dengan keseimbangan, moderat, harmoni, utama, mulia, atau posisi tengah antara dua ekstrem. Akan tetapi ia cenderung berpendapat bahwa keutamaan akhlaq secara umum diartikan sebagai posisi tengah antara ekstrem kelebihan dan ekstrem kekurangan masing-masing jiwa manusia. Penekannan itu lebih bersifat individu.
Konsep Pendidikan Akhlaq al-Ghazal" berhubungan dengan konsepnya tentang manusia. Bagaimana konsepnya tentang manusia begitulah konsep pendidikan yang diinginkannya.. Maka pendidikan akhlak adalah mengembangkan sifat-sifat ketuhanan yang ada pada diri manusia, agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Dalam hubungan guru dan murid al-Ghazali" memberikan perhatian yang penuh terhadap murid mengasihi dan menyangi murid-murid. Guru harus menjadi tauladan yang baik dan meniru sifat nabi, sederhana dalam bertindak, tidak memungut uang dari murid. Murid harus patuh kepada guru dan meminta petuah/nasehat guru.
Demikian juga orang tua jangan sampai memberikan fasilitas yang berlebihan kepada anak sehingga anak terbiasa dengari bermewah-mewah dan tanpa peduli dengan kehidupan lingkungannya. Anak-anak dari kecil ditanamkan keimanan (pendidikan agama), bergaul dengan orang yang baik-baik, sehingga sifat-sifat balk itu dapat ditiru oleh anak."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Trias Yuliarto
"Al-Ghazali merupakan seorang filsuf Islam yang tidak hanya menggunakan satu jalan dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Ia tidak hanya berpatokan kepada apa yang nyata dalam manusia untuk mendapatkan kebenaran pengetahuan di dunia, seperti hannya dengan kemampuan panca indera manusia dalam memperoleh kebenaran pengetahuan melalui metode inderawi. Di sini terlihat bukti bahwa panca indera manusia dalam hal ini adaiah mata dapat menjelaskan kebenaran yang dilihatnya secara riil namun Al-Ghazali melihatnya hanya sebatas pada tahap-_tahap tertentu secara proposional, karena pada panca indera manusia tersebut memiliki keterbatasan, yang mana tidak semua kebenaran dapat dibuktikan. Demikian pula dengan metode akal, di mana dengan akal manusia, manusia dapat menciptakan sesuatu apa pun yang tidak mungkin menjadi mungkin. Tapi pada tahap tertentu pada akal pun mempunyai keterbatasan yang tidak dapat dibuktikan dengan akal, sehingga Al-Ghazali beralih kepada pemikiran yang dipakai oleh kaum sufi, yaitu metode intuisi, di mana A1-Ghazali melihat bahwa metode ini tidak terbantahkan kebenarannya karena bersumber pada kitab suci."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S16022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gobee, E., compiler
Jakarta: Indonesian Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS), 1991
959.8 GOB n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gobee, E.
Jakarta: Indonesia-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS), 1992
992.5 GOB n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>