Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19231 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Nadjamuddin
Jakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2001
248.4 NAD d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Florida: Health Communication, 1997
242 CHI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Austin, Joel
Seoul: Geungjoeuihim, 2009
KOR 248.4 JOE m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Astri Dwitanti, supervisor
"Setiap penyair memiliki ciri kepengarangan dalam setiap karyanya. Bentuk kekhasan tersebut terlihat dari puisi yang sudah dihasilkan. Pada kesempatan kali ini penulis memilih untuk mengkaji ciri kepengarangan Rita Oetoro melalui karyanya yang terangkum di dalam buku kumpulan puisi Dari Sebuah Album. Permasalahan yang diangkat adalah mengenai kecenderungan tema yang menonjol yang terdapat dalam buku kumpulan puisi tersebut. Penulis menggunakan pendekatan struktural dan metode deskriptif analisis. Pendekatan tersebut tidak terlepas dari unsur intrinsik puisi, yakni stilistik. Setelah melakukan analisis diperoleh ciri kepengarangan Rita Oetoro dilihat dari unsur stilistik dan tematiknya.

Each poet has a characteristic of authorship in his/her work. The characteristic can be found in any of the poem that they have made. At this time, writer makes a decision to analize the characteristic of Rita Oetoro through her poetry that listed on a book of poetry entitled Dari Sebuah Album. The problem raised was the tendency of the prominent themes contained in that book. The writer uses a structural approach and methods of descriptive analysis. That approaches cannot be separated from the intrinsic element of poetry, which is stylistic. After doing the analysis, the characteristic of authorship can be found through stylistic and thematic elements."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S14
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sulihingtyas D.M.
"Natal diperingati pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya dan kisah tentang kelahiran bayi Yesus selalu diceritakan kembali sebagai bahan renungan dalam setiap perayaan Natal. Cerita kelahiran Yesus dapat dibaca di dalam Alkitab (Injil Matius dan Lukas). Meskipun hampir setiap orang sudah mengenal cerita ini, tetap saja ada usaha dari berbagai orang untuk membuat cerita kelahiran Yesus dengan versi yang berbeda dari Alkitab. Cerita yang ditujukan untuk anak-anak dibuat sedikit berbeda dari versi Alkitab. Hal ini bertujuan supaya anak-anak lebih mudah untuk memahami dan menikrnati kisah kelahiran Yesus ini. Di Belanda, usaha ini dilakukan oleh Dick Bruna dengan bukunya yang berjudul Kerstmis (1995) dan Herma Vogel dengan bukunya Een ark vol verhalen: de Bijbel verteld aan kleuters (2000). Selain kedua buku ini, terbit juga buku yang bertemakan Natal, misalnya Kinderverhalen rond Kerstmis (1998). Buku ini merupakan kumpulan cerita Natal untuk anak-anak yang ditulis oleh beberapa penulis terkenal dan tidak asing lagi bagi pembacanya, misalnya Paul Biegel, Hans Andreus, Remco Campert. Tokoh-tokoh dalam cerita-cerita ini bukan Maria, Yusuf, bayi Yesus, para gembala, tiga orang Majus atau malaikat. Tokoh-tokohnya adalah tikus, kelinci, pohon_-pohon pinus, burung, sepeda, orang dewasa dan anak-anak. Peristiwa-peristiwa yang dikisahkan dalam cerita ini dialami oleh anak-anak menjelang Natal. Meskipun ceritanya berbeda dengan yang ada di Alkitab, ada pesan Natal yang hendak disampaikan oleh pengarangnya kepada para pembaca. Tindakan para tokoh_-tokohnya juga memancarkan nilai-nilai kekristenan yang kuat. Karena alasan inilah, penulis mengambil buku Kinderverhalen rond Kerstmis untuk dianalisa dalam skripsi ini. Tujuannya adalah mengupas pesan Natal yang terdapat dalarn cerita-cerita dalarn buku Kinderverhalen rond Kerstmis. Penulis juga hendak menunjukkan nilai kekristenan dalam kisah-kisahnya."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S15850
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab, 2003
232 BEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Leahy, Louis, 1927-
Yogyakarta : Kanisius, 2002
113.8 LEA h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Lilie Suratminto
"ABSTRAK
Disertasi ini meneliti batu-batu nisan masa VOC di Museum Taman Prasasti, Museum Wayang, Gereja Sion, dan Pulau Onrust. Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana memaknai pesan-pesan di batu nisan itu baik dalam bentuk ikonis maupun dalam bentuk verbal berupa teks dan bagaimana merekonstruksi temuan-temuan pada batu nisan sehingga dapat memberikan gambaran tentang struktur sosial komunitas Kristen di Batavia pada abad ke-17 dan ke-18. Hal ini mengingat bahwa VOC sebagai Serikat Badan Usaha Dagang di Asia lebih banyak berurusan dengan kepangkatan dalam komunitasnya. Pejabat-pejabat VOC pada umumnya diangkat dari para saudagar. Dari jumlah batu nisan yang ditemukan diseleksi sebanyak 50 buah batu nisan sebagai korpus data. Dari korpus data ini sebanyak 45 buah yang berdata ikonis dan verbal dan yang lima selebihnya tidak berdata ikonis. Keberadaan yang terakhir ini tidak dapat diabaikan dan menarik untuk dikaji sehingga mengundang berbagai interpreatasi karena dari representasinya ada eksepsi dibandingkan dengan kelompok pertama. Keseluruhan data dianalisis dengan menggunakan teori semiotik (untuk data ikonis) dan teori analisis teks (untuk data verbal). Semiotik adalah ilmu yang mengkaji tentang tanda dan hubungan antartanda. Absennya suatu tanda juga merupakan tanda yang dapat mengundang bermacam interprestasi. Teori analisis teks yang digunakan adalah CDA (Critical Discourse Analysis) atau analisis wacana kritis.
Hasil analisis semiotik mikro dan makro pada data ikonis; analisis mikro dan makro pada data teks yang diperoleh berdasarkan metode penelitian teks analisis melalui pendekatan sosio-historis, ditemukan beberapa hal sebagai berikut: Pertama, struktur, sosio dan budaya masyarakat kompeni di Batavia sangat kompleks karena adanya percampuran budaya. Kedua, sistem pemerintahan dan institusi keagamaan kristiani yang diterapkan di Batavia persis sama seperti di Belanda. Ketiga, lambang-lambang heraldik pada batu nisan menunjukkan adanya mata rantai hubungan masyarakat kompeni dengan nenek moyang mereka di Eropa. Keempat, adanya perbedaan elemen lambang heraldik pada bangsawan Eropa dan non bangsawan di Batavia. Meskipun yang terakhir ini karena kekayaannya atau prestasinya dapat menyamai bangsa Eropa, dan dalam kesehariannya banyak mengikuti budaya Eropa tetapi ada perbedaan dalam lambang heraldik mereka karena mereka bukan dari golongan bangsawan. Kelima, pesan verbal para pejabat dalam batu nisan mereka nampak lebih singkat, jelas, dan tegas, dan mereka lebih banyak memaknai lambang. Orang kebanyakan sebaliknya tidak memakai lambang tetapi lebih banyak dengan ungkapan verbal. Keenam, batu nisan VOC di Batavia tidak dapat dianggap paganistis (kafir) karena banyak ungkapan-ungkapan religius kristiani dalam lambang-lambangnya. Komunitas kristiani di Batavia bukan pengikut ajaran Calvin murni karena pengaruh situasi dan kondisi Batavia yang multietnik dan multikultural. Semangat dari ajaran Calvin sangat nampak pada ketekunan, kerajinan, dan keuletan mereka dalam bekerja, sehingga hidup mereka sangat berkecukupan. Ini nampak pada uparan-upacara pemakaman yang megah dan batu-batu nisan mereka yang monumental dengan pahatan yang indah. Ketujuh, batu nisan komunitas Kristen tidak pernah berkembang menjadi benda yang dikultuskan. Kedelapan, berdasarkan analisis semiotik makro proksemik (proxemics) bahwa untuk pemakaman di luar gedung gereja tinggi rendahnya letak batu nisan melambangkan tinggi rendahnya status sosial orang yang dimakamkan. Besar atau kecilnya jasa mereka di dalam komunitas di gereja, nampak dari jauh atau dekatnya letak makam mereka dari gedung atau pintu masuk gereja. Pemakaman di dalam gereja hanya diperuntukkan bagi seseorang yang berkedudukan tinggi dalam masyarakt, atau orang yang besar jasanya bagi komunitas gereja. Semakin besar jasa seseorang dalam gereka letak makamnya semakin dekat dengan mimbar gereja. Kesembilan, kesederhanaan representasi makam atau absennya nama atau lambang ikon dari batu nisan tidak merendahkan status sosial seseorang dalam masyarakat, karena degan dimakankannya seseorang dalam gereja sudah menunjukkan status sosial mereka. Yang terakhir ini mungkin adalah pengikut aliran Calvinisme garis keras.

ABSTRACT
This dissertation is entitled The Christian Community in Dutch East-Indies Period Regardedjirom its Tombstones: of study of the history through the semiotics view point and textual analysis. Those examined are the East lndies Company?s tombstones in Jakarta`s Taman Prasasti Museum, the Wayang Museum, the Sion Church, and Onrust Island. The principal problem in this research is how to elucidate the meaning of the messages on those tombstones both in the form of icons as well as in verbal textual expressions, and how to reconstruct the findings on the tombstones in such a manner that a notion can be formed of the social and cultural structure, ofthe community around the East Indies Company in Batavia in the l7th and the l8th centuries. Out of the entire number of the studied tombstones a total of 50 units was selected as the data corpus. From this data corpus a number of 45 units have iconic and verbal data- The live remaining units have only verbal data. These tive units cannot be neglected and are indeed interesting enough to be examined, so that these then call for various interpretations since from their representation an exception is noticeable when compared to the first group of 45 units. The whole data was analyzed with the semiotics theory (for the iconic data) and with the text analysis (for the verbal data) namely with the Critical Discourse Analysis.
The result of the micro and macro semiotics analysis in the iconic data; The result ofthe micro and macro data text analysis; obtained based upon the text analysis method have both been analyzed through the socio-historical approach, which resulted a number ofconclusions as follows: Firstly, the social and cultural structure of the east Indies Company society in Batavia was extremely complex because of the presence of a mixing ofthe culture of the rulers who were the minority with that of the various ethnic in Asia whose numbers were large. Secondly, the govemmental and the Christian religious institutional systems which were applied in Batavia were exactly the same as it was in Holland. at that time. Thirdly The heraldic emblems on the tombstones indicate the presence of a link in the social intercourse between the society of the East India Company and their ancestors in Europe, which is apparent ttom principal elements in their heraldic symbols, namely the summit ofthe emblem, the war-helmet, the suit of armour, the shield?s contents and the mantling. Fourthbt, there is a difference in the elements of the heraldic symbols of the European nobility and that of the non-nobility in Batavia. Even though the latter mentioned could with their wealth or their achievements equal the European race, and in their everyday life followed the European culture to a great extent, there still was a difference in tl1eir heraldic emblems because they did not belong to the nobility. Fifihbr, the verbal messages on the tombstones of functionaries appear shorten, clear, and firm, and they made more use of symbols. The majority of people on the other hand did not make use of symbols but used more verbal expressions. Sixthly, the East Indies Company?s tombstones cannot be regarded as paganistic (heathen) since there are quite a number of religious Christian expressions on their emblems. The community of the East Indies Company were not followers of the pure Calvin teachings on account ofthe situation and the condition of Batavia that was multiethnic and multicultural. The spirit of Calvin?s teachings could very clearly be perceived in their perseverance, industriousness a|1d ability to endure great hardship in their work such an extent that they could an existence of ample sufiiciency. This was obvious from the pompous burial ceremonies and their monumental tombstones with magniiicent carvings. Se'venthly: lt is possible to consider the usage of heraldic symbols of the east Indies Company?s tombstones as sacred so far as it is regarded individually or in family relationship, however as not sacred in so far as the general opinion goes. Therefore the East Indies Company?s tombstones have never developed into becoming a cult form of worship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
D603
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>