Ditemukan 113805 dokumen yang sesuai dengan query
Herman S. Endro
Jakarta: Yayasan Dhammadiepa Arama, 1997
294.343 HER h
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Tjokorda Rai Sudharta
Jakarta: Balai Pustaka, 1989
R 529.3 TJO k
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
"Buku ini berisi tentang panduan menghitung tahun Jawa dan Arab ke tahun masehi."
Batavia Centrum: Balai Poestaka, 1932
K 529.32 DJI
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
Kathina: Wisma Dhammaguna, 2003
294.3 PET
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Nurman Kholis
"Vihara Avalokitesvara berlokasi di Pamarican, Pabean, Serang. Vihara ini merupakan vihara yang tertua di Banten dan diperkirakan dibangun sekitar abad ke-16. Untuk mengungkapkan unsur-unsur etnis dan agama pada arsitektur vihara ini dianalisis secara semiotik. Berdasarkan analisis ini maka diketahui unsur-unsur bernuansa Tionghoa yaitu antara lain hiasan naga, tempat pembakaran kertas yang menyeruapi pagoda, lukisan dan patung Dewi Kwan Im, patung Kwan lm Pouw Sat, dan patung Wie Tho Pou Sat. Adapun unsur-unsur agama Buddha dalam vihara ini antara lain patung besar Buddha Gautama dan gambar bunga teratai. Selain itu juga terdapat unsur bernuansa Islam yaitu pada relief yang menggam¬barkan pernikahan Putri Ong Tin dengan Syarif Hidayatullah. Karena itu, vihara ini juga dikunjungi oleh banyak umat Islam."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
S. Resowidjojo
Jakarta: Balai Pustaka, 1987
R 529.3 RES a
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Irwin, Keith Gordon
New York: homas Y. Crowell, 1963
529.3 IRW t
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Coedes, George
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
959.01 COE lt (1)
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sihombing, Yohann Marshel Firstman
"Penelitian dilakukan terhadap penataan halaman percandian Buddha di Jawa Tengah bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk penataan halaman percandian Buddha di Jawa Tengah serta alasan dan pengaruh penataan halaman pada percandian Buddha di Jawa Tengah. Pendirian percandian Buddha di Jawa Tengah diketahui berkaitan dengan Dinasti Śailendra yang bercorak Buddhis dan berkuasa pada abad VIII-X Masehi. Percandian ini berfungsi sebagai tempat dilakukannya aktivitas keagamaan bagi umat pemeluk agama ataupun didirikan bagi kaum agamawan sebagai vihara. Fungsi yang demikian berkenaan dengan ragam bentuk penataan halaman pada masing-masing percandian Buddha di Jawa Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian arkeologi yakni pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, halaman percandian Buddha di Jawa Tengah memiliki karakteristik dan sifatnya masing-masing yang bertalian erat dengan aktivitas keagamaan pada percandian tersebut.
Research on understanding to see how the arrangement of the courtyard in Buddhist temples in Central Java aims to determine the forms of courtyard layout by looking at the characteristics found in Buddhist temples in Central Java. The establishment of Buddhist temples in Central Java is known to be closely related to the Śailendra Dynasty, which is known to have a Buddhist style, which ruled around the VIII-X centuries AD. This temple serves as a place for ritual rites for religious adherents to perform or is established for religious people as a monastery. This function is closely related to the arrangement of the courtyard which has various forms in each Buddhist temple in Central Java. The method used in this research is archaeological research methods, namely data collection, data processing, and data interpretation. Based on the research conducted, the Buddhist temple courtyard in Central Java has its own characteristics that are closely related to the religious activities of the temple."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Prianti Yogi Warapsari
"Penelitian ini mengkaji mengenai representasi pendeta Buddha di Jepang yang digambarkan dalam film Fancy Dance. Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan sosok pendeta Buddha Jepang yang tidak mengindahkan sepuluh jalan perilaku kebaikan (Juuzen). Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penulisan deskriptif analisis, yaitu metode penulisan dengan menggunakan data utama berupa data pustaka yaitu film Fancy Dance yang akan dideskripsikan menggunakan pendekatan semiotika untuk mencari makna di dalam tanda-tanda budaya dalam film ini. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Fancy Dance karya Masaki Suo yang diadaptasi dari manga (komik Jeoang) berjudul Fanshii Dansu karya Reiko Okano. Teori yang diguankan dalam menganalisis representasi pendeta Buddha ini adalah teori semiotic dalam televise milik John Fiske serta teori ajaran Buddha Dasar tentang Juuzen (sepuluh jalan perilaku kebaikan) yang diungkapkan kembali oleh Etty N Anwar. Setelah dianalisis perilaku Buddha dalam film ini melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan Juuzen, namun hal ini tidak dianggap sebagai dosa yang serius. Hal tersebut berhubungan dengan konsep bonno o ikasu yang terdapat dalam ajaran Buddhisme di Jepang yang mengakui adanya nafsu dalam diri setiap manusia yang lahir secara alami.
This research is examining about the representation of the Buddhist priest that is reflected in the Fancy Dance movie.the purpose of the research is to describe a Buddhist priest role that is not obey the ten good acts (Juuzen). The research is using the semiotic analyzing method to find the meaning of the culture signs on this movie. The data source that is used on this research is the Fancy Dance movie by Masaki Suo that is adapted from a manga titled Fanshii Dansu by Reiko Okano. The theory that is used in analyzing this Buddhist priest representation is a semiotic theory by John Fiske, and the theory of the basic Buddhist way about Juuzen (the ten good acts) which is rephrased again by Etty N. Anwar. The analyzing the Buddhist priest’s action on this movie, it is not proper with the Juuzen, but this thing is not considered as a serious sin. It is related with the Bonno o Ikasu concept that’s on the Buddhism wa y which is admit secular desire that we have as a human which is naturally born from our body."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library