Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62510 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Radjagukguk, Erman
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
340.2 RAD p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Tania
"[Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) adalah kekayaan warisan budaya yang
menceminkan nilai-nilai, tradisi, dan kepercayaan suatu bangsa dan masyarakat
adat. Setiap bangsa memiliki kekayaan EBT masing-masing, terutama negaranegara
berkembang, dimana Indonesia termasuk ke dalam salah satu negara yang
kaya akan keanekaragaman hayati luar biasa (mega biodiversity). EBT rentan
terhadap penyalahguaan (misappropriation dan misuse) terutama dari negaranegara
maju karena memiliki potensi ekonomi, sehingga penting agar dapat
segera terbentuk suatu sistem perlindungan EBT di Indonesia. Pendekatan yang
umum diaplikasikan untuk perlindugnan EBT adalah melalui rezim hukum HKI
konvensional yang bersifat individualistis sehingga tidak sesuai untuk
diaplikasikan pada EBT. Penulisan ini akan mengkaji efektifitas praktik
perlindungan EBT di Indonesia;Traditional Cultural Expressions (TCE) is a form of cultural heritage that reflects
upon the values, traditions, and beliefs of a nation and its indigenous peoples.
Every nation has its own TCE with its unique characterizations, especially
developing countries, in which Indonesia is included as one of the countries with
mega biodiversity. TCE is prone to misuse and misappropriation by developed
countries due to its economical potential. Therefore, it is imperative that Indonesia
adopts a set of rules regulating the protection of TCE. The common practices for
TCE protection is through the intellectual property law regime with individualistic
characteristics that is not suitable for the protection of TCE. This writing will
analyze the affectivity of the protection of TCE in Indonesia;Traditional Cultural Expressions (TCE) is a form of cultural heritage that reflects
upon the values, traditions, and beliefs of a nation and its indigenous peoples.
Every nation has its own TCE with its unique characterizations, especially
developing countries, in which Indonesia is included as one of the countries with
mega biodiversity. TCE is prone to misuse and misappropriation by developed
countries due to its economical potential. Therefore, it is imperative that Indonesia
adopts a set of rules regulating the protection of TCE. The common practices for
TCE protection is through the intellectual property law regime with individualistic
characteristics that is not suitable for the protection of TCE. This writing will
analyze the affectivity of the protection of TCE in Indonesia, Traditional Cultural Expressions (TCE) is a form of cultural heritage that reflects
upon the values, traditions, and beliefs of a nation and its indigenous peoples.
Every nation has its own TCE with its unique characterizations, especially
developing countries, in which Indonesia is included as one of the countries with
mega biodiversity. TCE is prone to misuse and misappropriation by developed
countries due to its economical potential. Therefore, it is imperative that Indonesia
adopts a set of rules regulating the protection of TCE. The common practices for
TCE protection is through the intellectual property law regime with individualistic
characteristics that is not suitable for the protection of TCE. This writing will
analyze the affectivity of the protection of TCE in Indonesia]"
Universitas Indonesia, 2015
S60683
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilona Regina Marggraf
"ABSTRAK
Tesis ini membandingkan pola ungkapan budaya, yaitu ekspresi rasa sakit dan respons terhadap ekspresi rasa sakit, dalam kebudayaan Swis, Tanimbar, dan Jawa melalui metode analisis percakapan. Peneliti mengutamakan hipotesis bahwa dalam ketiga kebudayaan dapat ditemukan pola ungkapan rasa sakit yang berbeda. Selain perbedaan ideosinkratis dapat ditemukan perbedaan pola ungkapan rasa sakit yang disebabkan oleh perbedaan kebudayaan informan yang direkam. Penelitian ini membahas komunikasi paralinguistis dan verbal dari informan yang berasal dari ketiga kebudayaan tersebut. Komunikasi nonverbal hanya dibahas sejauh penting untuk pengertian komunikasi paralinguistis dan verbal. Pada penelitian ini pegawai kesehatan dan pasien direkam dengan taperecarder dan kamera video untuk memperoleh data pola ungkapan rasa sakit empiris pada situasi pijetan dan kelahiran dari informan yang berasal dari ketiga kebudayaan tersebut. Data rekaman tersebut ditranskripsikan dan contoh-contoh ekspresi rasa sakit dan respons terhadap ekspresi rasa sakit digolongkan dalam beberapa kategori. Dalam tesis ini suatu ungkapan disebut pola ungkapan kalau ditemukan lebih dari satu contoh ungkapan tersebut dalam data rekaman. Suatu pola ungkapan hanya disebut pola ungkapan budaya kalau dalam data transkripsi ditemukan contoh yang berasal dari lebih dari satu informan atau kalau informan yang diwawancarai dapat mendukung data rekaman. Selain data rekaman dan data dari wawancara, juga dikumpulkan informasi dalam kepustakaan di Swis, Belanda, dan Indonesia. Penelitian ini memperlihatkan dengan jelas perbedaan dalam pola ungkapan rasa sakit ketiga kebudayaan tersebut dan dapat dimanfaatkan oleh pegawai kesehatan dan orang lain untuk mcnghindari kesalahpahaman dalam situasi antarbudaya karena mereka lebih sadar akan perbedaan pola ungkapan budayanya.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isdaryono
"Pengembangan pariwisata di Hawaii, Amerika Serikat, merupakan sebuah fenamena menarik, karena Hawaii merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Amerika Serikat yang berhasil mendatangkan banyak wisatawan dan devisa bagi negara bagian tersebut. Pengembangan tersebut telah berhasil membukukan kunjungan wisatawan 3 juta orang pada tahun 1970 sementara devisa yang diperoleh mencapai lebih dari 3.000 juta dolar Amerika pada tahun 1980 (Farrel, 1982 :24). Hawaii, sebagai negara bagian Amerika Serikat di kawasan Pasifik memiliki peran sangat strategis baik secara geografis, ekonomis, maupun politis. Dari aspek geografis, Hawaii menjadi jalur lalu lintas gerak manusia dari kawasan Amerika ke Asia Timur dan Pasifik maupun sebaliknya. Dari aspek ekonomi, Hawaii lama menjadi lintasan dari berbagai macam kegiatan perdagangan termasuk kepariwisataan, sementara dari aspek politisnya, Hawaii digunakan sebagai pangkalan Amerika Serikat di kawasan Pasifik.
Dewasa ini, pendapatan Hawaii dari sektor pariwisata dan militer, disamping dari gula dan nanas, menjadi andalan pendapatan negara bagian tersebut. Walaupun berbagai macam aspek yang melingkupi Hawaii sangat menarik untuk dibahas, namun hal itu tidak dilakukan karena fokus tesis ini mengarah pada terjadinya pergeseran budaya sebagai dampak dari pengembangan kepariwisataan di daerah tersebut.
Keunikan Hawaii sebagai salah satu negara bagian di Amerika Serikat antara lain adalah Hawaii merupakan satu-satunya negara bagian yang berbentuk kepulauan, dengan luas wilayah paling kecil, dan diantara penduduk yang multi-etnis, bangsa kulit putih menjadi kelompok minoritas (Luedtke, 1986:226). Dilihat dari komposisi etnis demografisnya pada tahun 1977 masyarakat Hawaii terdiri dari warga keturunan Jepang sebanyak 36,9 persen, Campuran (Hawaii dengan Caucasia atau Hawaii dengan suku lain) sebanyak 17,1 persen, Caucasia 21,2 persen, Filipina 12,3 persen, Cina 6,4 persen, Polynesia 2,1 persen dan Puerto Rico 1,9 persen, Korea 1,3 persen dan bangsa lain 0,8 persen (Nordyke, 1967:67). Persentase yang relatif besar dari warga Hawaii keturunan Jepang menjadi salah satu pertimbangan mengapa pembahasan tesis ini mengarah kepada kelompk etnis ini untuk digunakan sebagai sampel, mewakili penduduk setempat. Disamping itu kenyataan bahwa warga Hawaii asli tidak pernah mencurigai orang Jepang dan menyebutnya sebagai saudara orang Hawaii (akin to the Hawaiians), sebagai imigran yang diinginkan (desirable immigrant), dan sebagai bangsa yang diyakini tidak akan banyak mempengaruhi identitas Hawaii (will not much affect the identity of the Hawaiian) (Hillbrand dikutip oleh Nordyke, 1967:37) menguatkan alasan mengapa masyarakat Hawaii keturunan Jepang menjadi fokus bahasan."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budya Pradipta
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
R. Bambang Soediadi Adi Purwanto
"Harmony is highly praises in Japanese Society. This social value is a key to develop in which achieving of mutual understanding rather than a clear cut of analysis on conflicting views. Therefore, committee work or consultating negotiation, or even consensus become common goals, not by majority votes.
In this case, group system will affect the whole of interpersonal relations than individual. The system will operate consultation or negotiation on such as conflicts situation avoiding open confrontation. Discussion bridging agreement as to the sense of the meeting, even though the negotiation somehow can be confusing.
Avoiding open conflict is believed to be maintaining group solidarity at all by taking consultative situation than one-man decided. On this study, ie is chosen to overview on such as conflicts. Conflict is seen to be a phenomena of how self interest of the ie's members and how conflict developed in that social setting, like recruitment conflict, man and wife conflict or succession conflict.
The result than, perform that conflict is believed can be actually Support the group empathy to develop solidarity of the group. On the other hand, conflict also placed on such as social situation depends on how they took it into their mind.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T12564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etty Kustiaty
"ABSTRAK
Benedict mengatakan bahwa kebudayaan Barat menekankan "dose", sedangkan kebudayaan Jepang adalah kebudayaan yang menekankan "malu". "Halu" (dalam bahasa Jepang disebut "haji"), adalah reaksi atas kritik atau pandangan orang lain, dalam masyarakat Jepang menjadi suatu pertimbangan penting dalam menata pola kelakuan { Benedict, 1948:104-106).
Sakuta yang mengkritik pandangan Benedict tentang "haji no bunka" atau kebudayaan "malu" Jepang mengatakan bahwa sebenarnya malu bagi orang Jepang atau "haji" tidak hanya disebabkan oleh adanya kritik orang lain saja, melainkan berasal dari adanya perhatian yang khusus dari orang lain, tidak peduli apakah berupa kritikan ataupun pujian. Apabila orang Jepang dalam posisi diperhatikan maka akan "hajiru" atau merasa malu. (Sakuta Koichi, 1972, 200-207). Dikatakannya bahwa Benedict hanya melihat malu orang Jepang dari satu sisi saja, yaitu malu karena adanya tekanan atau kritik dari "kokai" atau umum yang disebut "kochi" atau malu umum. Adapun terhadap argumentasi Benedict yang menyimpulkan bahwa Kebudayaan Jepang adalah kebudayaan malu, Sakuta kurang puas, karena nenurutnya Benedict masih perlu menyusun suatu konsep malu yang lebih tepat untuk dapat mencakup bentuk gejala malu sebagai reaksi atas pujian. Hal ini disebabkan karena orang Jepang akan merasa malu bukan hanya ketika mandapat kritikan dari orang lain melainkan "wareware wo hajisaseru no wa isshuu tokubetsu no tsushi de aru" , yang berarti bahwa, "yang menimbulkan rasa malu itu adalah adanya perhatian khusus". Demikian menurut Sakuta, sehingga apa yang dikemukakan Benedict dianggap belum tentu dapat menjawab atau menerangkan berbagai bentuk gejala malu yang ditampilkan orang Jepang. Selanjutnya Sakuta mengatakan bahwa ada 2 kriteria "haji" yaitu "kochi" atau "main publik" yang timbul karena kehadiran orang lain dan "shuchi" atau "malu pribadi" muncul dari diri sendiri, yang disebabkan karena keadaan lingkungannya, atau .dalam kedudukannya bila dibandingkan dengan orang lain, walaupun sebenarnya belum tentu hal tersebut dianggap "haji" oleh orang lain (shikono kui chigai). (Sakuta Koichi, 1972; 296). "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renariah
"Berdasarkan hasil sensus penduduk dunia tahun 1995, diperoleh data bahwa harapan hidup terpanjang di dunia dicapai oleh bangsa jepang, dengan rata-rata umur lansia untuk laki-Maki mencapai 76 tahun dan perempuan mencapai 82 tahun. Salah sate contohnya adalah Shigechiyo Izumi berhasil mencapai umur 120 tahun. Sementara harapan hidup bangsa lain seperti Swiss rata-rata hanya mencapai 74 tahun untuk laki-laid daze 80 tahun untuk perempuan, sedangkan Amerika hanya mencapai 72 tahun untuk laki-laki dan 79 tahun untuk perempuan (Kosei hakusho = buku putih mengenai kesehatan dan kesejahteraan, 1995 : 127).
Selanjuthya kalau kita amati data hasil sensus penduduk prefektur Miyagi tahun 1998, data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahun orang jepang berusia lanjut bertambah dalam jumlah yang cukup besar, yaitu jumlah penduduk pada tahun 1996 berjumlah 352.449 orang, sedangkan pada tahun 1997 jumlahnya naik menjadi 367210 orang, berarti dalam kurun waktu satu tahun penambahannya mencapai 14.761 orang (Laporan tahunan sensus penduduk prefektur Miyagi, 1998). Dari selisih jumlah tersebut menunjukkan bahwa usia lanjut dapat diraih dan dipertahankan melalui pembinaan kesehatan yang baik.
Dunn (1976: 135) mengemukakan bahwa upaya pembinaan kesehatan ataupun penyembuhan diri dari suatu penyakit merupakan bagian dari kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Betapapun sederhananya suatu masyarakat, mereka pasti memiliki cara tersendiri yang sesuai dengan tradisi-tradisi budaya yang rnencakup pengetahuan yang mereka miliki sebagai pedoman yang dipakai untuk membina kesehatan.
Iitsutae adalah salah satu bentuk tradisi lisan, yang disampaikan secara turun temurun sejak dahulu kala, yang merupakan salah satu model pengetahuan orang Jepang yang secara selektif dipergunakan oleh orang Jepang khususnya di prefektur Miyagi sebagai pendukungnya. Model pengetahuan tersebut merupakan bagian dari kebudayaan mereka, yang mereka pergunakan sebagai pedoman untuk bertindak, dalam hal ini adalah pedoman dan sebagai acuan untuk membina kesehatan bahkan mengobati penyakit?"
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"TULISAN UTAMA
Kedatangan kaum imigran ke negara-negara Eropa termasuk Inggris dan berbagai
persoalan yang mengiringinya menjadi isu yang terus muncul dari masa ke masa.
Tulisan yang mengangkat tema multikulturalisme dan identitas etnik ini diawali
dengan pendapat penulis tentang pemikiran T.H. Marshall tentang persoalan
integrasi etnis minoritas di negara kesejahteraan (welfare state). Perubahan kultur sosial
dan budaya negara asal, hubungan dengan budaya dan struktur sosial di wilayah
tempat pertama kali berdiam dan di negara lain dalam migrasi berikutnya membuat
komunitas menjadi sebuah entitas yang dinamis. Penjelasan mengenai perkembangan
hubungan antaretnik dan kebijakan tentang integrasi akan memperlihatkan
bagaimana pemerintah dan parlemen di Inggris menangani persoalan integrasi kaum
imigran ini. Serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat turut mempengaruhi
perubahan kebijakan tentang imigran. Persoalan imigrasi dan mullikuturalisme yang
sangat kompleks menjadikannya isu yang penting dalam perpolitikan di Inggris.
"
Jurnal Kajian Wilayah Eropa Vol. 3 No. 3 2007: 52-67, 2007
JKWE-3-3-2007-52
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mochtar, 1922-2004
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993
959.8 LUB b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>