Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146006 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djumena, Nian S
Jakarta Djambatan 1990
746.6 D 221 b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nian S. Djoemena
Jakarta: Djambatan, [1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990;1990, 1990]
746.662 NIA u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tirtawening, supervisor
Jakarta : Gaya Favorit Press, 2009
R 746.662 IWA b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Dwi Permatasari
"Ketika tahun 1960 industri batik tulis dan cap berkembang sangat pesat di Indonesia, khusunya di sentra batik Laweyan, Surakarta. Namun seiring berkembangnya zaman, teknologi dan perubahan kebijakan pemerintah, industri yang memiliki produk dengan nilai ekonomis dan kebudayaan yang tinggi ini keberadaannya semakin terancam karena banyak pengusaha batik tulis dan cap mengalami kerugian dan menutup usahanya akibat biaya produksi meningkat dan adanya batik printing yang semakin yang memperkecil pasar batik cap dan tulis.
Penelitian ini bertujuan untuk menghidupkan klaster industri batik tulis dan cap melalui model investasi usaha batik home industry tulis dan cap yang layak dijalankan menggunakan metode financial analysis, dan engineering economic analysis berdasarkan indicator profitabilitas yaitu NPV,IRR, Payback Period dan Benefit Cost Ratio(BCR) dan juga pemetaan kondisi lingkungan internal dan eksternal dari industri batik cap dan tulis Laweyan. Selanjutnya dilakukan analisa sensitivitas untuk faktor yang dominan terhadap usaha ini yaitu, penurunan harga jual, kenaikan harga bahan baku, kenaikan biaya tenaga kerja, dan utilisasi kapasitas produksi.
Hasil penelitian menunjukkan model usaha batik home industry ini layak dijalankan dengan nilai investasi Rp76,794,601, menghasilkan NPV Rp 82,956,978, IRR 33%, payback period 3,1 (3 tahun 2 bulan) dan BCR 2.1. Sedangkan untuk investasi 1 klaster dibutuhkan dana investasi sebesar Rp 10,837,5425,000 dan alokasi biaya produksi tahunan senilai Rp 55,253,971,200 yang dapat memperkerjakan sebanyak 85.170 orang tenaga kerja dengan keuntungan bersih tahun pertama sebesar Rp 2,433,789,907. Pemetaan kondisi industri menunjukkan klaster industry batik Laweyan berada pada keadaan berkembang dan membangun.

In 1960 traditional batik industry was growing very rapidly, especially in the center of batik industry Laweyan, Surakarta. However as times change, technology development and government policy bring traditional batik industry ,that has high economic value and culture, is threatened its existences. Many owner of batik traditional industry were lose out and close down their business because production costs rise and batik printing reduce increasingly market of traditional batik.
The main objective of the study is to revive traditional batik industry through investment model of traditional batik home industry that could make profit and feasible to run using financial analysis method and engineering economic analysis based on the profitability indicator NPV, IRR, Payback Period and Cost Benefit ratio (BCR) and also mapping of internal and external environmental conditions of traditional batik industry in Laweyan. Analysis was followed by sensitivity analysis for the dominant factor in traditional batik home industry such as selling price declining, raw material price increasing, labor costs increasing, and utilization of production capacity declining.
The results showed business model of batik home industry can be run with an investment worth Rp76, 794.601, yielding NPV Rp 82,956,978, IRR 33%, payback period is 3.1 (3 years 2 months) and BCR 2.1. Whereas the investment for a industry cluster required investment funds Rp 10,837,5425,000 and annual allocation cost Rp 55,253,971,200 which may employ 85,170 worker with the first year's net profit Rp 2,433,789,907. Mapping industrial conditions showed Laweyan batik industry cluster is at growth and build situation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42883
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofiana Dewi Lestari
"Skripsi ini mencoba mengungkapkan kembali peranan pengusaha batik Setono dalam mempertahankan industri batik pada masa sekitar tahun 1930-an, yaitu pada masa dunia dilanda depresi. Dibahas juga peranan yang dominan dari pengusaha batik non pribumi dalam industri batik, juga kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda dalam mengatasi masalah tersebut. Adapun penulisan ini disusun berdasarkan uraian diskripsi analisis dari sumber-sumber yang didapat dari sumber lisan berupa wawancara yang dilakukan di desa Setono, maupun sumber tulisan yang didapat dari perpustakaan. Dari hasil penulisan ini didapat kesimpulan bahwa yang menjadikan usaha kerajinan batik ini dapat bertahan antara lain: (1) Usaha batik merupakan mata pencarian kedua yang penting setelah bidang pertanian, yang dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa Setono. (2) Masyarakat desa Setono yang tidak mudah melepaskan tradisi mereka yang memproduksi kain batik sebagai kebutuhan sandang (pakaian) sehari-hari dari masyarakat petani, juga kain batik ini sebagai pelengkap upacara adat. (3) Adanya ikatan masyarakat yang bersifat gotong-royong membentuk wadah organisasi sosial-ekonomi yang bersifat kekeluargaan. Di desa Setono ini bernama Koperasi Pengusaha Batikkerij Setono organisasi ini bernama koperasi Setono (RPBS)."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofrida Rosita Hanum
"Batik sebagai salah produk asli Indonesia, saat ini sedang mengalami pertumbuhan pesat di dunia fesyen. Hal ini terlihat dari munculnya berbagai macam produk fesyen yang terbuat dari kain batik. Pada penelitian ini, jenis-jenis kain batik akan dibagi menurut proses pembuatannya yaitu batik cap, batik tulis, dan batik lukis. Pemilihan ini bertujuan supaya bisa memberikan gambaran menganai konsep product personality yang lebih detail untuk masing-masing kain batik.
Product personality adalah sekumpulan karakter kepribadian yang digunakan oleh orang-orang untuk mendeskripsikan sebuah produk untuk membedakannya dengan produk lainnya. Berdasarkan hasil pengolahan data, ketiga kain batik ini ternyata membawa nilai kepribadian yang berbeda-beda. Batik cap dengan kesederhanaannya, batik tulis dengan kesopanannya, dan batik lukis dengan nilai optimis.
Penelitian ini juga ingin melihat hubungan antara product personality dengan purchase intention untuk membuktikan apakah konsep ini akan mempengaruhi tingkat penjualan batik. Hasilnya terbukti bahwa nilai product personality akan mempengaruhi purchase intention seseorang terhadap batik cap dan batik tulis. Sedangkan untuk batik lukis, product personality tidak berpengaruh secara langsung. Selain itu, product personality juga mempengaruhi subjective norm (pendapat orang di sekitar si calon pembeli) secara langsung dalam memunculkan purchase intention ke ketiga jenis batik tersebut.

Batik is one of the original products of Indonesia. Now, Batik is growing rapidly in the fashion world. Some fashion products were made from batik. In this study, the types of batik cloth will be devided according to the manufacturing process. There are batik cap, batik tulis, and batik lukis. The aim of this election is to provide an overview of product personality for each batik cloth more detail.
Product personality is a set of personality traits that are used by people to describe a product to distinguish from other product. The result shows that every kind of batik was carrying different value of personalities. Batik cap is simple. Batik tulis is modest. And, batik lukis is optimist.
Furthermore, this study also want to provide a model of the relationship between product personality and purchase intention. The result shows that product personality will affect purchase intention in batik cap and batik tulis, but not for batik lukis. Besides, product personality also affects subjective norm for all kind of batik. Thus, from this study, product personality is proven to affect purchase intention directly and indirectly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T39307
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athia Dewi Fadhlina
"Tujuan makalah ini adalah mengeksplorasi hubungan co-evolusi antara Industri Batik dan Pemerintah Indonesia. Studi ini disusun menggunakan kombinasi dua metode: kajian literatur dan studi kasus. Landasan teoritis berfokus pada variasi, seleksi dan retensi (VSR) proses perubahan dan teori ‘path dependency’. Metode studi kasus diggunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi dalam industri batik Indonesia dan pemerintah Indonesia selama enam tahun terakhir (2006-2012). Pada bagian hasil, makalah ini menganalisa apakah landasan teoritis yang dipakai dapat diterapkan pada fenomena kehidupan nyata. Pada akhirnya, studi ini akan menjelaskan kemungkinan dan keterbatasan kedua entitas untuk beradaptasi dan mengintegrasikan lingkungan mereka untuk memastikan perkembangan masa depan sektor warisan budaya Indonesia.

The purpose of this paper is to explore the co-evolutionary relationship between the Indonesian batik industry and the Indonesian government. The study uses a combination of both literature review and case study. The theoretical foundation focuses on variation, selection and retention (VSR) process of change and the path dependency framework. The case research identifies the changes that occur in the Indonesian batik industry and the Indonesian government. The results analyze whether the theoretical foundation can be applied to the real-life phenomenon and explain the possibilities and limitations for both entities to adapt and integrate their environment to ensure future developments for the Indonesian heritage sector."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Septiyaningsih
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena dari kain batik besurek di wilayah Bengkulu yang memiliki keunikan. Keunikan pada batik besurek yaitu terletak pada motifnya yang menggunakan kaligrafi bahasa Arab. Dan setiap motif dan warna yang digunakan memiliki makna filosofis didalamnya. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana upaya pelestarian kain Batik Besurek di Bengkulu, siapa saja yang berperan, dan apa saja peran mereka dalam melestarikan batik ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Kepustakaan dan Penelitian Lapangan. Data-data terkait diperoleh dari buku-buku, artikel ilmiah, dan website yang memiliki keterkaitan dengan batik secara umum ataupun yang berkaitan langsung dengan batik besurek. Dan penelitian lapangan berupa Pengumpulan data berupa kata-kata dan tindakan diperoleh dari observasi, wawancara, dan dokumentasi. Jenis data yang diambil adalah berbentuk catatan baik tulisan dan nontulisan yang berasal dari informan, dokumentasi dan kajian pustaka. Penelitian ini menyimulkan bahwa batik besurek telah ada sejak abad ke-16 yang di perkenalkan oleh pedagang Arab dan pekerja asal India. Yang kemudian oleh masyarakat Bengkulu di kembangkan dan digunakan untuk upacara adat dan bertuliskan huruf Arab yang bisa dibaca. Masyarakat, pemerintah, komunitas, dan lembaga atau perusahaan memiliki peran dalam melestarikan dan mengembangkan batik ini.

ABSTRACT
This research is based on the phenomenon of batik cloth besurek in Bengkulu region that has unique characters. The uniqueness of batik besurek lies in its motif which uses Arabic calligraphy. Every motif and colour used has philosophical meanings. The purpose of this study is to find out how people preserve Batik Besurek in Bengkulu, who have the roles in its preservation, and what their roles are. The method used in this research is the method of literature study and field research. Related data obtained from books, literature, and websites that have relevance to batik in general or directly related to Batik Besurek. The field research is conducted in the form of data collection of words and actions obtained from observation, interviews, and documentation. The types of data taken are in the form of notes, both written and verbal communication derived from informants, documentation and literature review. This study concludes that Batik Besurek has existed since the 16th century and was introduced by Arab traders and workers from India. Consequently the people of Bengkulu developed and used Batik Besurek for traditional ceremonies with motif of Arabic letters that can be read by the people. Society, government, community, and institutions or companies have their own roles in preserving and developing this batik."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Saroso Wirodihardjo
Djakarta: GKBI, 1954
334.6 SAR k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ananda Moersid
"Masalah penelitian ini adalah bagaimana produksi batik, khususnya batik keratonan Yogyakarta di tengah masyarakat yang sedang berubah secara dinamis. Apa peran agen sebagai perantara kebudayaan yaitu para pembentuk "selera" dan trend setters,
orang-orang yang menterjemahkan konsep-konsep pemikiran baru ke dalam gaya hidup dan bagaimana proses kreatif yang dinamis terbentuk pada masyarakat yang terus berubah.
Fokus penelitian adalah: bagaimana para agen berperan dalam arena produksi budaya batik gaya keratonan Yogyakarta. Hal tersebut menuntut diperhitungkannya tak hanya produk-produk budaya tersebut saja, namun juga mereka-mereka yang memproduksinya, dengan segala kemampuan dan posisi mereka di dalam arena produksi budaya di mana mereka berada.
Tujuan penelitian secara teoritis adalah menemukan konstruksi teori tentang bagaimana peran agen produsen produk kebudayaan dalam masyarakat yang sedang berubah, dengan agen sebagai bagian dari, dan sekaligus pembentuk perubahan struktur obyektif, yaitu kebudayaan. Temuan penelitian secara praktis diharapkan menghasilkan kajian tentang proses penciptaan dan transformasi identitas juga bagaimana mengkonstruksikan identitas baru yang berangkat dari tradisi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang menekankan peneliti sebagai instrumen, mempertahankan kewajaran konteks, menekankan pada proses, dan makna merupakan yang esensial.
Satuan kajian penelitian adalah kelompok orang-orang yang berpengaruh pada perubahan batik gaya keratonan Yogyakarta yaitu: para abdidalem, penjaga dan perawat Pajimatan Imogiri, pemakaman raja-raja Mataram II yang yang juga adalah pembatik dan bermukim di Giriloyo, Imogiri, Bantul di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengelola, abdidalem, dan pekerja batik pada usaha batik Tamanan Karaton Ngayogyakarta Hadingrat.yang berada di bawah patronase Keraton Yogyakarta. Perancang batik dan busana batik Iwan Tirta dan Adjie Notonegoro di Jakarta.
Dengan mempelajari kerangka pemikiran Pierre Bourdieu bahwa selera adalah mekanisme kunci untuk mengatur distribusi sumber-sumber simbolik dan kerangka pemikiran Arjun Appadurai yang memberi tekanan pada dimensionalitas kebudayaan saat orientasi budaya meluas ke global dengan serangkaian nilai dan norma baru, maka digunakan kerangka pemikiran Pierre Bordieu (1977, 1984,1990, 1993)dan Arjun Appadurai (2000,2002)
Temuan penelitian menunjukkan pertama, dalam arena produksi budaya batik keratonan Yogyakarta, para agen dengan mengakumulasi kapital dan kekuatan sosial yang membuahkan hasil, selain mereka sendiri berubah karena tekanan pasar juga mampu mengubah, membentuk dan mengkondisikan arena. Telah terjadi "internalisasi dari eksternalitas dan eksternalisasi dari internalitas".
Kedua,ada hubungan dinamis atau dialektika antara produk budaya dan selera. Perubahan pada produk batik keratonan Yogyakarta selain menimbulkan perubahan selera, pada perkembangannya perubahan selera juga menimbulkan perubahan pada produk batik keratonan Yogyakarta dalam cakupan yang berbeda-beda.
Ketiga, dengan re-invensi dan re-kreasi, dikendalikan lewat promosi dan pengkondisian selera oleh Iwan Tirta dan Adjie Notonegoro, batik keratonan Yogyakarta yang semula kapital sosial-budaya bagi lokalitas terbatas kini menjadi kapital material-ekonomi, dan direproduksi secara luas hingga habitus diperluas keluar keraton.
Keempat, proses "glokalisasi" adalah sebuah negosiasi antara budaya global dan budaya lokal. Dalam produksi batik keratonan gaya Yogyakarta, proses negosiasi terus menerus yang diterjemahkan sebagai praksis atau strategi menjadi sumber kreativitas para agen perubahan, hingga terjadi perluasan arena dari keraton ke arena negara ( Indonesia) bahkan dunia, sekaligus penegasan akan identitas lokal.

The research problem is how batik textile production, batik keratonan Yogyakarta (originated from the royal palace of Yogyakarta) in particular takes place in a dynamically changing society. This dissertation attempts to identify the role of agents as cultural intermediaries, taste creators and trend setters. How they translate new concepts into lifestyle and how their dynamic creative process take shape in a changing society.
By analyzing agents and their dynamic creative process in the field of batik keratonan Yogyakarta cultural production, this study evolves not only around batik as a cultural product, but also those who produce them, with all their dispositions, position takings and strategies in the field of cultural production.
The objective of this research is to formulate a theory regarding the role of agents in the field of cultural production in a changing society, with the agents being part of, as well as agents of change of the objective structures or culture. The research findings are also expected to generate a study about the process of creation and identity transformation, as well as how to construct new identities based on tradition.
This research takes a qualitative approach which emphasizes the researcher as an instrument, always maintaining the context, emphasizing on process and meaning considered essential.
The research study unit is a group of people who has influence in the change of batik keratonan Yogyakarta style: 1) abdidalem ( royal guards and caretakers) of Pajimatan Imogiri " the cemetery of Mataram II kings, who are also batik artists and reside in Giriloyo, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, 2) managers, batik workers and abdidalem who are also batik artists in Tamanan Karaton Yogyakarta Hadiningrat enterprise, under the patronage of Keraton Yogyakarta, 3) batik and fashion designers Iwan Tirta and Adjie Notonegoro in Jakarta. Regarding Pierre Bourdieu"s theory that taste is the key element in controlling symbolic resources distribution and Arjun Apadurai"s theory which emphasized cultural dimensionality when cultural orientation expands globally with a series of new norms and values, this study is based upon Pierre Bourdieu"s (1977, 1984, 1990, 1993) and Arjun Appadurai"s (2000, 2002) frame of thinking.
Research findings showed that , first, agents accumulated capital and social power which resulted in the change of their strategies in anticipating the market pressure while at the same time also capable of changing, shaping, and conditioning the field of batik keratonan Yogyakarta cultural production. There occurs the dialectic of the internalization in externality and externalization of internality.
Second, there are dynamic dialectics between cultural production and taste. The change in batik keratonan Yogyakarta production leads to a change of taste, and the change of taste generates new forms of products. Change occurs from within a limited scope in the production of batik alusan Giriloyo, Imogiri and Tamanan, Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat, to an extensive and wider scope in the production of batik created by Iwan Tirta and Adjie Notonegoro.
Third, by reinvention, pushed by promotion and taste conditioning by Iwan Tirta and Adjie Notonegoro, batik keratonan Yogyakarta which previously is a socio-cultural capital for a limited locality, now has become a material-economic capital and reproduced extensively, and therefore, habitus is expanded beyond the keraton.
Fourth, the process of "glocalization" is a continous negotiation between global culture and local culture. In batik keratonan Yogyakarta production, continuous global-local negotiation process which is translated as praxis or strategy becomes the creativity source for the agents of change, which results in the expansion of the cultural field from keraton (the royal palace of Yogyakarta) to nation (Indonesia) and even the world, while still maintaining the local identity affirmation."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
D736
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>