Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182876 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tb. Ronny Rahman Nitibaskara
Jakarta: Angkatan XXXIII Wirapati Prasasta, 1998
345.023 NIT d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Warsono
"Tesis ini menganalisis kuasalitas kuantitas besaran moneter dan suku bunga terhadap fluktuasi harga di Indonesia paska krisis ekonomi dengan menggunakan granger causality test dan model vector autoregresion (VAR). Dengan menggunakan model VAR dapat dilakukan analisis mengenai respon suatu variabel terhadap varabel lainnya (impulse responce function) dan besarnya kontribusi beberapa variabel terhadap suatu variabel (variance decomposition).
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada periode penelitian, baik pada jalur kuantitas moneter maupun suku bunga sebagai besaran moneter mengalami decoupling atau suatu kondisi dimana indikator moneter tidak lagi secara jelas mencerminkan keberadaan atau perkembangan sektor Meskipun dernikian, apabila dibandingkan kedua jalur tersebut, jalur suku bunga relatif lebih dapat menjelaskan hubungan antar variabel pada transmisi kebijakan moneter.
Sementara itu, berdasarkan analisa dekomposisi diketahui bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai peranan yang paling besar dalam menjelaskan fluktuasi harga. Peranan SBI tersebut didukung pula dengan basil uji impulse responce yang menunjukkan adanya respon negatif dalam artian apabila suku mengalami penurunan akan diikuti dengan meningkatnya IHK dan sebaliknya."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prakarsa Panjinegara
"Tujuan dari penulisan tesis ini adalah untuk melihat seberapa jauh pengaruh perubahan jumlah uang beredar (M2), perubahan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar terhadap tingkat pengembalian pasar saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang diwakilkan dengan Return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode sebelum krisis moneter yang diambil sejak periode Januari 1995 sampai dengan Juni 1997, dibandingkan dengan periode krisis moneter yang diambil sejak periode Juli 1997 sampai dengan Desember 1999 yang dianalis dengan menggunakan data mingguan pada periode tersebut.
Selain daripada itu penelitian ini juga melihat pengaruhh tingkat pengembalian pasar (return IHSG), perubahan jumlah uang beredar (M2), perubahan tingkat suku bunga SBI, perubahian nilai tukar Rupiah atas US Dollar terhadap tingkat pengembalian saham dan tingkat portofolio industri di Bursa Efek Jakarta (BEJ).
Pada periode sebelun krisis tingkat pengembalian pasar saham di Bursa Efek Jakarta yang diwakilkan dengan Return Indeks Harga Salim Gabungan (IHSG) dipengaruhi secara signifikan oleh perubahan jumlah uang beredar (M2) dan perubahan tingkat suku bunga SBI, sedangkan pada periode krisis return IHSG dipenganihi secara signifikan oleh
perubahan jumlah uang beredar (M2) dan perubahan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar.
Hasil penelitian juga menunjukkan dengan mengggunakan analisis multi faktor yang merupakan sintesa antara model Arbitrage Pricing Theory (APT) dengan model Capital Asset Pricing Mode! (CAPM) didapat adanya perbedaan pengaruh yang nyata antara periode sebelum krisis rnoneter dan periode krisis moneter antara pengaruh perubahan variabel ekonomi makro yang digunakan pada penelitian terhadap tingkat pengembalian saham dan tingkat pengembalian portofolio industri di Bursa Efek Jakarta.
"
2000
T20609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Puslitbang Kependudukan dan Ketenagakerjaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia bekerjasama dengan United Nations Children?s Fund (UNICEF), 1998
330 DAM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Wibisono
"This paper examines the income distributional impact of the 1997?s economic crisis that hit Indonesia using Social Accounting Matrix data for 1995 and 1998. Relying on a comparison of the distribution before and after crisis, the study suggest three main findings based on multiplier analysis. First, poor households have been harder hit by crisis than rich households. Second, there are indication that crisis making income transfer likely to occurs from consumer to producer. Third, it is hard to eliminate disparity in income distribution relying only on market mechanism. From impact analysis we obtain the result for policy recomendation. Agriculture price support policy tend to biased to rural rich households, while export promotion policy biased to urban rich households. Direct income transfers to poor household and income redistribution policy seems to be the best policy for improving the distribution of income after crisis."
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Permadi Amiseno
"Karya Akhir ini membahas dampak krisis moneter pada industri aspal curah yang titik berat bahan bakunya berasal dan impor.
Pembahasan dimulai dan latar belakang disetujuinya proyek pendirian pabrik aspal curali di Indonesia. Di smi akan dipaparkan hasil studi kelayakan yang menggambarkan adanya suatu kebutuhan akan aspal curah yang tenis menanjak dañ tahun ke tahun. Selain itu dibahas juga posisi PT XYZ, diantara produsen/importir aspal di Indonesia. Dalam hal ini, PT XYZ mencoba menempatkan din dibelakang Pertamina. Pertamina adalah pemegang price leader, sehingga kebijakan penentuan harga selalu berpedoman pada berapa harga yang dip asang oleh Pertamina.
Pada saat krisis moneter menerpa Indonesia, kurs valuta asing bergejolak tak terkendali. Peru sahaan yang inembeli bahan baku dengan Dollar dan menjual dengan Rupiah alcan sangat terpukul. Para pengguna akhir produk aspal curah ini, yang utaxna.nya adalah badan Pemerintah, sangat menentukan naik turunnya tingkat permintaan, Dengan kondisi keuangan Pemerintah yang kurang baik seperti sekarang ini, maka sangat sulit meningkatkan volume penjualan. Tuntutan atas kreativitas yang Iebih, dalam menean terobosan bani dan segmen pasan alternatif yang potensial dalam memasarkan produk ini akan sangat menentukan.
"
2001
T213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Purnawarman
"Industri makanan merupakan subsektor yang merupakan bagian dari agroindustri yang memiliki peranan besar dalam perekonomian, terutama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penyerapan tenaga kerja. Industri makanan juga penting fungsinya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. Selain itu merupakan bagian dari penguatan 10 klaster industri dalam rangka pengembangan sejumlah subsektor yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009. Sehingga untuk mendukung program tersebut diperlukan suatu analisis faktor produksi dan produktivitas yang akan bermanfaat untuk memberikan gambaran kinerja Industri makanan dalam penentuan kebijakan yang bersifat strategis dan tepat, terutama dalam menghadapi dampak krisis ekonomi.
Dari hasil analisis regresi yang dilakukan dengan data panel mempergunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, dapat diketahui bahwa Industri makanan skala besar dan sedang pada saat periode sebelum krisis ekonomi (1992-1997) bersifat padat tenaga kerja (labour intensif), decreasing return to scale, elastisitas subsritusi antara kapital dengan tenaga kerjanya bersifat elastis, tingkat TFP (Total Factor Productivity) rata- rata mengalami penurunan (bernilai negatif), produktivitas rata-rata tenaga kerja relatif meningkat walau tidak stabil, dan produktivitas rata-rata kapital menurun. Sedangkan pada saat setelah krisis ekonomi (1998-2003), industri makanan skala besar dan sedang bersifat padat kapital (capital intensif), decreasing retum to scale, elastisitas substitusi antara kapital dengan tenaga kerja bersifat inelastis, tingkat TFP-nya masih mengalami penurunan, namun Iebih baik daripada sebelum krisis ekonomi, rata-rata produktivitas tenaga kerja mengalami kenaikan dan rata-rata produktivitas kapital mengalami penurunan. Sedangkan efisiensi saat sebelum krisis ekonomi Iebih baik dibandingkan setelah krisis ekonomi.
Hasil diatas memperlihatkan bahwa kebijakan pemerintah selama ini dalam perbaikan produktivitas sudah cukup baik, akan tetapi dalam efisiensi perlu diadakan perbaikan Iebih lanjut. Sehingga dalam usaha mendukung pengembangan dan revitalisasi industri makanan selanjutnya, maka pemerintah perlu memperhatikan dan mengambil kebijakan yang berfokus pada peningkatan efisiensi tanpa melupakan pembukaan Iapangan kerja, dan perbaikan produktivitas tenaga kerja dan kapital yang didukung oleh kemajuan teknologi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16970
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gobel, Ruddy Kaharudin
"Krisis ekonomi yang berlangsung sejak tahun 1997, ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Depresiasi tersebut adalah merupakan yang paling parah diantara negara-negara yang terkena krisis lainnya. Sekalipun persoalan krisis ekonomi sangat kompleks, pemerintah dan dengan dukungan IMF, menerapkan kebijakan tight money policy dengan tingkat bunga tinggi untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Kebijakan tersebut di lakukan secara ekstrem dengan menaikkan level tingkat bunga sampai kisaran 70 persen dan dilakukan dalam periode yang sangat lama (3 tahun). Akan tetapi, hasil analisis dalam tesis ini menunjukkan bahwa kebijakan tersebut tidak efektif dilakukan dan bahkan memberikan dampak sebaliknya. Sebab gagalnya kebijakan tersebut adalah inflasi yang tidak terkontrol dan tidak signifikan dipengaruhi oleh variabel-variabel moneter, melainkan hanya dipengaruhi oleh ekspaktasi yang berlebihan terhadap membuniknya krisis ekonomi. Sebab lain kegagalan kebijakan tersebut adalah kondisi perbankan yang tidak sehat serta adanya kecenderungan nilai tukar yang dipengaruhi oleh variabel non moneter seperti political announcement."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20645
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Zahira
"Krisis keuangan global yang terjadi sejak pertengahan tahun 2008 telah menekan pertumbuhan ekonomi global dan menyebabkan banyak negara termasuk Indonesia mengalami kontraksi ekonomi. Untuk mengantisipasi dampak krisis, pemerintah dan Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter ekspansif. Berbagai program stimulus fiskal yang diikuti dengan penurunan suku bunga selama krisis keuangan global terbukti mampu menstabilkan kembali perekonomian, namun tidak demikian halnya dengan angka ketimpangan pendapatan yang terus meningkat dari tahun ke tahun pasca krisis. Untuk itulah, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak kebijakan fiskal dan moneter ekspansif yang diambil selama krisis keuangan global terhadap ketimpangan pendapatan rumah tangga di Indonesia. Untuk menggambarkan transmisi kebijakan terhadap distribusi pendapatan rumah tangga, digunakan pendekatan model Sistem Neraca Sosial Ekonomi Finansial (SNSEF). Sedangkan untuk mengetahui besarnya ketimpangan pendapatan rumah tangga, digunakan analisis Indeks Theil. Melalui update SNSEF Indonesia 2008, diketahui adanya perlambatan ekonomi selama krisis terutama disebabkan oleh anjloknya kinerja ekspor dan merosotnya investasi. Untuk melakukan investasi selama krisis, rumah tangga menggunakan lebih banyak tabungan. Sedangkan guna menutupi pengeluaran untuk konsumsi, rumah tangga miskin membutuhkan transfer pendapatan yang cukup tinggi dari pemerintah dan anggota keluarga mereka yang berada di luar negeri. Selain itu, terjadi peningkatan kredit konsumsi yang cukup tinggi terutama dilakukan oleh rumah tangga kota tidak miskin. Dengan menggunakan angka multiplier SNSEF, diketahui bahwa kebijakan fiskal ekspansif yang dipadu dengan kebijakan moneter ekspansif yang diambil selama tahun 2009 mampu secara signifikan meningkatkan pendapatan rumah tangga, meskipun dampak yang diberikan melalui pelonggaran moneter tidak cukup besar. Dari sisi fiskal, berdasarkan angka Indeks Theil, diketahui bahwa kebijakan pemberian subsidi kepada sektor usaha dan transfer pendapatan kepada rumah tangga selain meningkatkan pendapatan juga mampu menurunkan ketimpangan pendapatan antar rumah tangga dibandingkan dengan kebijakan penurunan pajak.

Global financial crisis started in mid 2008 had depressed global economic growth. It also had triggered contraction for the economy in many countries, including Indonesia. Meanwhile, in order to anticipate this impact, the government and the Central Bank imposed expansionary fiscal and monetary policies. Various fiscal stimulus programs followed by lowering interest rates during global financial crisis have re-stabilized the economy. However, there still remained a problem, where income inequality continues to rise year by year in the post-crisis period. Therefore, this research is conducted with an aim to investigate the impacts of expansionary fiscal and monetary policies imposed during global financial crisis on household’s income inequality in Indonesia. To describe policy transmission towards household’s income distribution, this research employs Financial Social Accounting Matrix (FSAM) approach. Whereas, the Theil Index is used to examine the degree of income inequality of household. Through assessing the 2008 updated Indonesian FSAM, it can be seen that there is an economic deterioration during crisis which is mainly caused by the decline in export perfomance and by the fall in investment. During the crisis, the main source of households’ investment was from their savings. Meanwhile, the poor households required higher income transfer from the government and their family which were working abroad to pay for their consumption expenditure. As well, there was a significant increase in consumption credit, in particular by non poor urban households. Applying the FSAM multiplier, it can be known that the combination of expansionary fiscal and monetary policies imposed in 2009 were significantly able to increase household income. But, the impact of monetary policy was not significantly big. From the fiscal side, using the Theil Index, it can be known that the subsidy policy given to business sector and the transfer delivered to households are not only able to increase income, but they are also able to reduce income inequality between households if these are compared to cutting tax policy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>