Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4890 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dolowitz, David A.
New York: McGraw-Hill, 1964
618.921 DOL b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono Abdoerrachman
Jakarta: UI-Press, 1998
PGB 0138
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Likhachov, A.G.
Moscow : Foreign language Publ. House, T.t.
618.921 LIK d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Trimartani Koento, supervisor
"ABSTRACT
Alar defects generally mandate replacement of the entire unit. The nasal alar unit is highly contoured, has a free margin, and contributes to the external nasal valve. Many methods exist to reconstruct the ala, including local nasal flaps, skin grafts, composite auricular grafts, and pedicle flaps. In most instances, however, consistent results require a cartilage subsurface framework to resist the forces of contraction and provide a stable external valve and provide a scaffold for contour
Main Outcome Measures Observer's and patient's rating of the final results, patient's rating of breathing and level of self-consciousness, and medical record review of complications. Most aesthetic outcomes were excellent to good. Breathing from the reconstructed side can be returned to preoperative status in most of these patients.
Staged reconstruction of the nasal ala using free cartilage grafts, interpolated cheek or forehead and mucosal flaps when necessary, result in a highly aesthetic and functional outcome in most patients. "
2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yorva Sayoeti
"ABSTRAK
Mastoiditis masih dipandang sebagai penyakit yang serius karena setiap saat dapat mengancam kehidupan penderita atau penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian (Rosen dkk., 1986). Ancaman kehidupan tersebut disebabkan karena timbulnya komplikasi, terutama komplikasi intrakranial seperti meningitis, abses otak, abses subdural, trombosis sinus lateral dan lain-lain.
Dalam kepustakaan negara maju dikatakan kejadian mastoiditis disertai komplikasi sampai saat ini telah banyak menurun sejak dimulainya penggunaan antibiotika pada pengobatan otitis media sebagai penyakit awal mastoiditis (Zoller dkk., 1972; Ginsburg dkk., 1980; Hawkins dan Dru, 1983; Ogle dan Lauer, 1986). Di negara berkembang mastoiditis dengan komplikasi intrakranial masih merupakan masalah yang berkepanjangan seperti yang dilaporkan oleh Samuel dkk. (1986). Dari 334 penderita mastoiditis dengan komplikasi, 224 di antaranya dengan komplikasi intrakranial, terutama terjadi pada anak dan dewasa muda (74%), dengan angka kematian seluruhnya 14%. Selain itu mastoiditis juga menyebabkan kerugian karena dapat menyebabkan cacat pendengaran yang mengganggu masa depan pendidikan maupun pekerjaan penderita (Djaafar, 1980).
Mengingat bahaya dan kerugian yang ditimbulkan mastoiditis seperti di atas, maka untuk mengetahui bagaimana aspek mastoiditis pada anak, khususnya di RSCM/FKUI Jakarta, dilakukan penelitian ini. Hal ini penting karena merupakan tantangan dan tanggung jawab kita sebagai dokter dalam usaha penanggulangan dan pencegahan mastoiditis pada anak."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1989
T58517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Kusuma
"Latar belakang dan tujuan: Mikrotia adalah malformasi kongenital yang seringkali disertai atresia auris dan kelainan telinga tengah. Kelainan ini dikoreksi dengan kanaloplasti dan timpanoplasti. Titik dan arah pengeboran kanaloplasti merupakan hal yang penting. Saat ini belum terdapat panduan yang objektif dalam menentukan arah pengeboran. Volume telinga tengah, berperan penting dalam penentuan keluaran hasil pembedahan, namun saat ini belum pernah dikaitkan dengan sudut α dan β. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan sudut α dan β dengan volume telinga tengah tmikrotia dan telinga normal menggunakan HRCT temporal.
Metode: Menggunakan desain potong lintang. Subjek penelitian merupakan data sekunder HRCT tulang temporal, kemudian dilakukan pengukuran sudut α dan β dan volume telinga tengah.
Hasil: Subjek penelitian berjumlah 34 sampel. Terdapat perbedaan bermakna sudut α dan sudut β telinga mikrotia dibandingkan telinga normal, dengan nilai p<0.001. Rerata volume telinga tengah mikrotia 0.36 cc, normal 0.67 cc. Tidak didapatkan korelasi volume telinga tengah dengan sudut α dan β, pada mikrotia maupun telinga normal. Nilai cut-off sudut α sebesar 15.40, sensitivitas 85.3% dan spesifisitas 82.4%. nilai cut-off sudut β sebesar 270, sensitivitas 73.5% dan spesifisitas 76.5%.
Kesimpulan: Perbedaan posisi osikular dengan nilai cut-off yang didapat untuk sudut α dan β dapat menjadi acuan dasar pada operasi kanaloplasti.

Background and Objectives: Microtia is a congenital malformation with associated auricle atresia and middle ear abnormality, which is treated by canaloplasty and tympanoplasty. Drilling starting point and the direction in canaloplasty operation are no doubt very important things. Nowadays, guideline for determining the drilling direction has not been yet established. Middle ear volume which is one of important variable in determining operation outcome, has not been associated with α and β angle. This study intended to evaluate α and β angle and its relationship with middle ear volume using (HRCT) temporal bone.
Method: Cross-sectional design were used. Data from previous HRCT examination were used to measured α and β angle and middle ear volume.
Results: From 34 subjects, there were significant differences of α and β angle in microtic ear compared to normal ear, with p < 0.001. Middle ear volume average for microtic ear and normal ear were 0.36 cc and 0.67 cc, respectively. No significant correlation between middle ear volume and α and β angle. Cut-off value for α angle is 15.40 with sensitivity 85.3% and specificity 82.4%. Cut-off value for β angle is 270 with sensitivity 73.5% and specificity 76.5%.
Conclusion: Differences in ossicular position with obtained cut-off value for α and β angle could become a base guidance in canaloplasty operation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yadita Wira Pasra
"ABSTRAK
Latar belakang : Hampir seluruh penduduk dunia pernah mengeluhkan masalah di telinga. Salah satu kelainan pada telinga adalah akibat penyakit infeksi telinga Otitis media supuratif kronik (OMSK). Data yang digunakan di Indonesia pada saat ini sudah sangat lama sehingga diperlukan data epidemiologi baru untuk menentukan strategi pencegahan dan pola tatalaksana yang tepat sesuai dengan karaktersitik penyakit dan penderita di masyarakat Indonesia saat ini.
Metode: Penelitian ini bersifat survei deskriptif potong lintang, sebagai bagian dari penelitian ?Profil Otitis Media? untuk mengetahui prevalensi dan hubungannya dengan faktor risiko OMSK, di Jakarta.
Hasil : Prevalensi OMSK di Jakarta tahun 2012 berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap populasi penduduk Kotamadya Jakarta Timur adalah 3,4%. Faktor risiko yang bermakna secara statistik terhadap kejadian OMSK adalah usia (p=0,047), tingkat pendapatan keluarga (p=0,002; OR 2,65(1,35-5,27)) dan pajanan rokok (p=0,037; OR 1,92(1,02-3,59)). Faktor risiko yang secara statistik tidak bermakna terhadap kejadian OMSK adalah rinitis alergi (p=0,226;OR 1,75(0,59-4,78)), jenis kelamin (p=0,796 ; OR 0,92(0,49-1,74)) dan status gizi (p=0,143 ; OR 0,53(0,2-1,32)). Berdasarkan penelitian ini, didapatkan dua dari tiga subyek penderita OMSK di bawah lima tahun, memiliki riwayat pemberian ASI.
Diskusi: Prevalensi OMSK pada penelitian ini sebesar 3,4%, angka ini menurut WHO digolongkan sebagai negara dengan prevalensi OMSK yang tinggi (2-4%). Strategi penatalaksanaan komprehensif diperlukan untuk menurunkan prevalensi OMSK.

ABSTRACT
Introduction: Almost all of world populations complain of ear disturbance once in their life. Chronic supurative otitis media (CSOM) is one of chronic infection of middle ear. The data use in Indonesia is out of date, new data is needed to make new policy of treatment and preventive strategy.
Method: This is cross sectional survey study, as one of ?Profil Otitis Media? study. The aims of this study are to describe prevalence and risk factor of CSOM in Jakarta.
Result: The prevalence of CSOM in Jakarta in year 2012 based on this study is 3.4%. Risk factor that significantly correlated to CSOM are age (p=0.047), family economical status (p=0,002; OR 2,65(1,35-5,27)) and smoke (p=0,037; OR 1,92(1,02-3,59)). Allergic rhinitis (p=0,226;OR 1,75(0,59-4,78)), sex (p=0,796 ; OR 0,92(0,49-1,74)) and nutritional state (p=0,143 ; OR 0,53(0,2-1,32)) are not significantly correlate with CSOM. Based on this study 2 of 3 children with CSOM below 5 years age, are given breast feeding.
Discussion: CSOM prevalence based on this study is 3.4%, according to WHO recommendation this is high CSOM prevalence (2-4%). Comprehensive treatment strategy needed to decrease CSOM prevalent in Indonesia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: EGC, 2011
617.51 ABC
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elizabeth Vania Valentine Handoko
"Latar belakang: Atresia aural kongenital dengan mikrotia merupakan gangguan perkembangan daun telinga dan sering dikaitkan dengan malformasi saluran pendengaran eksternal serta telinga tengah. Pembedahan pada atresia aural kongenital dianggap sebagai salah satu yang paling sulit dan membutuhkan penilaian pencalonan yang tepat untuk menentukan operasi. Sistem penilaian Jahrsdoerfer berdasarkan pemeriksaan tomografi komputer (CT scan) masih sering digunakan untuk menentukan kandidat yang tepat untuk operasi namun dirasa terdapat celah dan ketidakcocokan pada skor ini sehingga diperlukan pengukuran lebih detail untuk keperluan kandidasi pembedahan yang lebih baik.
Metode: Studi ini merupakan studi potong lintang terhadap pasien mikrotia dengan atresia aural kongenital unilateral di RSUPN Cipto Mangunkusumo menggunakan CT scan. Parameter yang diukur meliputi volume mastoid, volume ruang telinga tengah, diameter tingkap bundar, diameter tingkap lonjong, diameter medial liang telinga, orientasi nervus fasialis, dimensi kompleks maleus inkus, koneksi inkus stapes serta kelengkapan struktur stapes.
Hasil: Rerata volume telinga tengah, jarak serta sudut orientasi nervus fasialis, diameter medial liang telinga, dimensi kompleks maleus inkus, volume mastoid, diameter tingkap bundar dan diameter tingkap longkong secara signifikan (p<0,05) berukuran lebih kecil pada telinga mikrotia dibandingkan sisi kontralateral.
Kesimpulan: Berdasarkan beberapa parameter telinga tengah mikrotia unilateral yang dilakukan pengukuran dengan CT scan diperoleh seluruh parameter telinga tengah sisi mikrotia memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan kontralateral.

Introduction: Congenital aural atresia with microtia is a developmental disorder of the auricle and is often associated with malformations of the external auditory canal as well as the middle ear. Surgery in congenital aural atresia is considered to be one of the most difficult and requires proper candidature assessment to determine surgery. The Jahrsdoerfer scoring system based on computed tomography (CT) scans is still often used to determine appropriate candidates for surgery, but there are gaps and discrepancies in this score. Detailed measurements requiered for better surgical candidacy.
Methods: This study is a cross-sectional study of microtia patients with unilateral ear canal atresia at Cipto Mangunkusumo Hospital using CT scan. Parameters measured included mastoid volume, middle ear space volume, round window diameter, oval window diameter, medial diameter of the ear canal, orientation of the fascial nerve, dimensions of the malleus incus complex, incus stapes connection and completeness of the stapes structure.
Results: The mean middle ear volume, distance and angle of orientation of the fascial nerve, medial diameter of the ear canal, dimensions of the malleus incus complex, mastoid volume, round window diameter and oval  window diameter were significantly (p<0.05) smaller in the microtia ear than the contralateral side.
Conclusion: Based on several parameters of the middle ear of unilateral microtia measured by CT scan, all parameters of the middle ear of the microtia side have a smaller size than the contralateral.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>