Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Black, Robert H.
Canberra: AGPS, 1972
614.532 BLA m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Depkes , 1991
614.532 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan , 1993
614.532 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhtar Arkan Nauf
"Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Malaria disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina yang sedang menyelesaikan tahap regenerasi. Malaria adalah masalah kesehatan global serius yang sangat merusak bagi negara berkembang. Sebagian besar program pengendalian malaria menggunakan insektisida untuk mengendalikan populasi nyamuk. Penggunaan berskala besar dari insektisida ini memberikan tekanan seleksi besar-besaran pada nyamuk yang membuat nyamuk menghasilkan keturunan yang tahan insektisida. Dengan demikian, mengembangkan strategi alternatif sangat penting untuk pengendalian malaria berkelanjutan. Malaria tidak dapat menyebar tanpa nyamuk, oleh karena itu mengendalikan populasi vektor, gigitan nyamuk, atau mengganggu kemampuan nyamuk untuk menampung parasit Plasmodium dapat membatasi penyebaran nyamuk. Oleh karena itu metode paratransgenesis dilakukan. Paratransgenesis adalah metode untuk mengganggu kemampuan vektor menampung parasit Plasmodium falciparum. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kegunaan paratransgenesis untuk mengendalikan malaria dengan menggunakan model matematika. Dari model matematika tersebut akan dikaji titik ekuilibrium dan kestabilannya, nilai ambang batas (R0) dan diberikan simulasi numerik untuk model tersebut.

Malaria is a disease caused by the Plasmodium parasite. Malaria is spread by female Anopheles mosquitoes which are completing the regeneration stage. Malaria is a serious global health problem that is very damaging to developing countries. Most malaria control programs use insecticides to control mosquito populations. The large-scale use of these insecticides puts a huge selection pressure on mosquitoes which makes mosquitoes produce insecticide-resistant offspring. As such, developing alternative strategies is very important for sustainable malaria control. Malaria cannot spread without mosquitoes, therefore controlling the vector population, mosquito bites, or interfering with the ability of mosquitoes to accommodate the Plasmodium parasite can limit the spread of mosquitoes. Therefore the paratransgenesis method is carried out. Paratransgenesis is a method for disrupting the vector’s ability to accommodate the Plasmodium falciparum parasite. This research was conducted to evaluate the use of paratransgenesis to control malaria by using mathematical models. From the mathematical model, the equilibrium point and its stability, threshold value (R0) will be examined and numerical simulations are given for the model."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1991
614.532 IND m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
H. Ali Imron Yusuf
"Until now, malaria is still an important community health problem in Indonesia. Prior to the use of DOT in this year 1959, it can be said that there is no region in Indonesia that was free from malaria except for the high lands.
Lampung is a region that is endemic for malaria, but at the peak of eradication in the year 1963, Lampung was protected from malaria, even though in the year 1965 there were still malaria foci in Lampung, with an SPR? Of more than 2%.' Up to the year 1989, for regions outside of Java and Bali, Lampung has the least prevalence for malaria.1
The halt in malaria eradication using DOT was due to a change in the environment due to large developments that resulted in increased vector nesting sites, might have been the cause for the increase in malaria cases lately in Bandar Lampung.
"
Acta Medica Indonesiana, 2001
AMIN-XXXIII-3-JulSept2001-122
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Hermawan
"Penggunaan biolarvasida bisa menjadi solusi dari pencegahan malaria yang ramah lingkungan. Pada skripsi ini dibahas model deterministik penyebaran malaria yang melibatkan penggunaan biolarvasida. Model ini dikonstruksi berdasarkan model SIS dengan sistem persamaan differensial biasa berdimensi lima. Terdapat dua titik keseimbangan yaitu titik keseimbangan bebas penyakit dan endemik. Titik-titik keseimbangannya serta kestabilan lokal maupun globalnya akan dianalisis secara analitik. Diperoleh R_0 sebagai bilangan reproduksi dasar sebagai penentu apakah penyakit endemik atau tidak. Analisis sensitivitas pada R_0 dan simulasi numerik menunjukkan bahwa laju transmisi malaria dari nyamuk ke manusia dan kematian nyamuk yang disebabkan biolarvasida mempengaruhi penyebaran penyakit malaria pada populasi manusia.

The use of biolarvasida can be a solution to malaria prevention that is environmentally friendly. In this paper, a deterministic model of malaria spread involving the action of biolarvasida is discussed. This model is constructed based on the SIS model with a system of ordinary differential equations with a dimension of five. There are two equilibrium points, which are disease-free and endemic points. The equilibrium points, local stability and global stability will be analyzed analytically. Obtained R_0 as a basic reproductive number as a determinant of whether the disease is endemic or not. With a sensitivity analysis at R_0 and using numerical simulations it was found that the rate of transmission of malaria from mosquitoes to humans and mosquito deaths caused by biolarvasida affected the spread of malaria in the human population."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhartini
"Malaria harus dideteksi melalui pemeriksaan sampel darah perifer. Implementasi kebijakan pemerintah untuk malaria adalah penegakan diagnosa malaria. Tujuan. Mengevaluasi implementasi serta mengetahui faktor penghambat kebijakan penegakan diagnosa malaria di Provinsi NTB tahun 2011. Permasalahan implementasi kebijakan penegakan diagnose malaria di Provinsi NTB adalah belum disusunnya Peraturan daerah Provinsi NTB sebagai tindaklanjut Kepmenkes RI Nomor 293 Tahun 2009. Faktor penghambat implementasi kebijakan penegakan diagnosa malaria yaitu sumberdaya; karakteristik agen pelaksana; disposisi; komunikasi antar organisasi; lingkungan. Sehingga perlunya peningkatan komunikasi antar Kemenkes dan Pemerintah daerah Provinsi NTB serta komitmen pelaksana dan pemangku kebijakan untuk implementasi kebijakan penegakan diagnosa malaria.

Malaria, health problem must detects by examination of peripheral blood samples, by implementing policy of establishing malaria diagnose. Aims. Evaluating policy implementation and exploring resistors of establishing malaria diagnose in NTB Province. Problem of policy implementation for establishing malaria diagnose in NTB Province is lack of regulator as determinant of Kepmenkes Nomor 293 Year 2009. Resistors are resources; characteristics; disposition; communication among organizations; environment. It needs communication and commitment among Ministry of Health and NTB government to improve implementation policy of establishing malaria diagnose.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inge Sutanto
"Dalam penelitian ini, prevalensi dan titer IgG total dan IgG subkelas (IgGI, IgG2, IgG3 & IgG4) terhadap peptida RESA dinilai pada 108 penduduk yang terdiri dari 24 anak-anak di bawah usia 10 tahun dan 84 penduduk di atas usia 10 tahun yang menggunakan kelambu celup insektisida. Pengambilan serum dilakukan setiap tahun, selain daripada itu juga dilakukan pemeriksaan darah yang diwarna Giemsa untuk melihat angka parasit.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada kelompok di bawah 10 tahun, prevalensi IgG total meningkat secara perlahan-lahan selama 2 tahun (1993: 20,8%; 1994: 25%; 1995: 41,7%) walaupun prevalensi infeksi P. falciparum menurun (1993: 33,3%; 1994: 8,3%; 1995: 0%). Sedangkan pada kelompok umur di atas 10 tahun, prevalensi IgG total ini stabil selama penelitian (1993: 77,4%; 1994: 77,4%; 1995: 79,8%), walaupun prevalensi parasitemia juga menurun (1993: 11,9%; 1994: 1,2%; 1995: 1,2%), Analisa secara kuantitatif, memperlihatkan penurunan titer IgG total pada 68 individu yang IgG total terhadap RESA positif, baik sebelum maupun setelah intervensi (744,9 ± 4,3 menjadi 543 ± 4,3 ; nilai p= 0,046). Pada kelompok individu yang mengandung IgG subkelas terhadap RESA (> 10 tahun) sebelum dan sesudah intervensi, ditemukan juga penurunan titer rata-rata geometrik secara bermakna pada IgG3 (72 ± 2,6 menjadi 36,7 ± 2,6) (p=0,4045) dan IgG4 (28,1 ± 1,7 menjadi 15,5 ± 2,7) (p=0,0208).
Sebagai kesimpulan penggunaan kelambu celup insektisida dapat menurunkan respons imun humoral sekelompok penduduk desa secara kuantitatif, sedangkan pada kelompok di bawah 10 tahun terlihat peningkatan prevalensi pengandung IgG total RESA.
1. Latar belakang
Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Setiap tahun dilaporkan lebih kurang 120 kasus klinis malaria dengan 300 juta pengandung parasit dan 2,5 juta penderita meninggal karena malaria (WHO, 1994). Di Indonesia, penyakit ini banyak dijumpai di luar Jawa-Bali, terutama di Indonesia Bagian Timur. Menurut laporan Departemen Kesehatan prevalensi malaria di daerah tersebut dapat mencapai 5%, sedangkan di Pulau Jawa-Bali annual parasite incidence (API) biasanya kurang dari 5% (Arbani, 1991).
Di daerah endemis tinggi, biasanya gejala klinis tidak begitu menonjol, karena penduduknya sudah kebal secara alami. Di daerah ini biasanya yang menderita adalah anak di bawah 5 tahun, sedangkan di daerah dengan tingkat endemisitas rendah, baik anak maupun orang dewasa bila terinfeksi mudah menderita malaria berat karena kedua kelompok itu belum mempunyai kekebalan. Kekebalan alami terbentuk setelah penduduk terpapar parasit malaria selama bertahun-tahun, dan memerlukan pemaparan berulang-ulang; untuk mempertahankannya diperlukan kontak terhadap parasit yang berkesinambungan.
Pada tahun 1983, WHO mencanangkan program penanggulangan malaria dengan menggunakan kelambu yang dicelup insektisida. Hal ini dapat mengurangi paparan terhadap parasit. Sehingga timbul pertanyaan : apakah penurunan paparan parasit di daerah tersebut akan mempengaruhi respons imun penduduk daerah penelitian?"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wita Pribadi
"Siapa yang tidak mengenal penyakit malaria? Bagi mereka yang lahir sebelum tahun tiga puluhan pasti pernah menderitanya paling sedikit satu kali dalam hidupnya. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Plasmodium golongan Protozoa dan dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, bahkan di banyak negara tropis lainnya di seluruh dunia.
GBHN 1993 mencantumkan, bahwa salah satu sasaran umum di bidang kesejahteraan rakyat adalah peningkatan derajat kesehatan melalui peningkatan kualitas dan pelayanan kesehatan yang makin menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan bersih ber-orientasi kepada kepedulian lingkungan agar terus dibina sehingga tumbuh dan berkembang menjadi sikap dan budaya bangsa. Perhatian khusus diberikan kepada golongan masyarakat berpenghasilan rendah di daerah kumuh perkataan, daerah pedesaan, daerah terpencil, dan kelompok masyarakat yang hidupnya masih terasing, serta daerah pemukiman baru.
Upaya perbaikan kesehatan masyarakat terus ditingkatkan antara lain melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan pemukiman, perbaikan gizi, penyediaan air bersih, dan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Salah satu penyakit menular yang masih merupakan masalah di Indonesia adalah penyakit malaria. Sehubungan dengan hal tersebut, maka saya memilih judul :
" Masalah Penyakit Malaria dan Upaya Penanggulangannya Menjelang Tahun 2000 ".
Hadirin yang terhormat,
Marilah kita menengok dahulu sejarah penyakit malaria.
Penyakit malaria diperkirakan berasal dari Afrika, tempat asal muasal manusia. Fosil nyamuk ditemukan di lapisan geologis yang berumur 30 juta tahun dan tidak dapat disangsikan lagi bahwa nyamuk itu menyebarkan infeksi ke daerah yang beriklim panas di seluruh dunia, lama sebelum sejarah dimulai. Malaria mengikuti migrasi manusia ke pantai Mediteranian, ke Mesopotamia, jazirah India dan Asia Tenggara. Demam musiman dan intermiten diketahui dari buku-buku agama dan kedokteran orang Assyria, Cina dan India tetapi belum dipastikan berhubungan dengan malaria. Penyakit ini biasanya dihubungkan dengan kutukan Tuhan ataupembalasan iblis. Mitologi Cina menggambarkan tiga iblis, yang satu dengan membawa palu, yang lain membawa ember berisi air dingin dan yang ketiga dengan tungku api. Mereka melambangkan kelainan sakit kepala, menggigil dan demam. Tahun 2700 sebelum Masehi, buku kedokteran Cina, Nei Ching, menguraikan gejala seperti malaria dan hubungannya antara demam dan pembesaran limpa.
Hippocrates yang hidup di Yunani pada abad ke 5 sebelum Masehi merupakan dokter pertama yang merinci gambaran klinis beberapa jenis penyakit malaria. Ia juga merupakan orang pertama yang tidak percaya pada tahayul itu dan mengamati hubungan antara timbulnya penyakit dengan musim atau ternpat tinggal penderita. Air rawa dan uap rawa adalah faktor penyebabnya dan mulai diperbincangkan pengaruh musim dan topografi pada penyakit malaria. Hal ini merupakan permulaan dari epidemitologi malaria. Mulai saat itu, dilakukan drainase di Yunani kuno terutama di Roma untuk rnengurangi genangan air, dan "membersihkan udara dari aliran air yang beracun". Oleh karena itu, nama penyakit malaria berasal dari kata "mal" - buruk, dan "aria" udara. Epidemi malaria berulang kali berlanjut di Yunani, Italia, dan negara lain selama berabad-abad.
Selama hampir 1.500 tahun pengetahuan tentang malaria tidak bertambah. Baru pada tahun 1880, Laveran menemukan parasit malaria di bawah mikroskop dan Ross kemudian membuktikan bahwa malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles.
Hadirin yang mulia,
Keadaan malaria di seluruh dunia cukup mengkhawatirkan dan makin memburuk. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi kena malaria adalah 2100 juta. Di negara-negara yang tidak termasuk program pemberantasan malaria secara global - yaitu di Afrika sebelah selatan gurun Sahara - di antara 500 juta penduduk, 275 juta orang terinfeksi; tiap tahunnya lebih dari 100 juta orang dengan gejala klinis dan mengakibatkan lebih dari 1 juta yang meninggal dunia. Angka-angka ini merupakan 80% kasus penyakit malaria di seluruh dunia. Negara-negara yang melakukan upaya pembasmian malaria dalam 20-35 tahun terakhir, adalah negara-negara di Asia dan di Amerika Selatan. Jumlah kasus di daerah ini sekarang kurang lebih 5 juta per tahun, tetapi menurut perkiraan, angka sebenarnya hampir empat kali lipatnya. Kira-kira 80% kasus ditemukan di Asia (kecuali di Cina) yang situasinya sedang memburuk, terutama di jasirah 1ndocina yang mempunyai masalah resistensi parasit."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0112
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>