Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soule, Charles E.
Chicago: Irwin, 1994
368.386 SOU d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Ria Bertha Permatasari
"Asuransi Disabilitas Militer merupakan produk asuransi yang penting bagi anggota militer dalam menghadapi bahaya yang mengancam mereka saat menjalani tugas dan pekerjaannya. Penelitian ini membahas (1) urgensi asuransi disabilitas militer di Indonesia menjadi asuransi wajib; dan (2) konsep asuransi disabilitas militer di Indonesia dan Amerika Serikat beserta perbandingannya. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan metode analisis kualitatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, (1) urgensi penyelenggaran asuransi disabilitas militer menjadi wajib berangkat dari tugas yang diemban oleh TNI memiliki risiko yang tinggi, selain tugas dan tanggung jawabnya sebagai abdi negara, di dalam kehidupan sehari-hari mereka juga berperan sebagai kepala keluarga atau tulang punggung keluarga. Adapun yang menyelenggarakan program asuransi disabilitas militer hanya dilaksanakan oleh ASABRI; (2) terdapat persamaan maupun perbedaan pada asuransi militer di Indonesia dengan di Amerika Serikat yakni memiliki persamaan dalam hal inisiatif menyediakan program asuransi disabilitas sebagai perlindungan bagi militer sementara perbedaan asuransi disabilitas militer di Indonesia dan di Amerika Serikat terletak pada peraturan perundang-undangan dan penerapan praktek dari asuransi disabilitas militer.

Military Disability Insurance is an important insurance product for members of the military in facing the dangers that threaten them while carrying out their duties and work. This study discusses (1) the urgency of military interruption insurance in Indonesia to become compulsory insurance; and (2) the concept of military interruption insurance in Indonesia and the United States along with its comparison. The research method used is normative juridical with qualitative analysis methods. The results of this study can be interpreted that, (1) the urgency of implementation military disability insurance to be obliged to depart from the duties carried out by the TNI which have a high risk, apart from their duties and responsibilities as servants of the state, in their daily life they also act as the head of the family or the backbone of the family. ASABRI is the only one who organizes military disability insurance programs in Indonesia; (2) there are similarities and differences in military insurance in Indonesia and in the United States. Indonesia and the United States both have initiatives to provide military disability insurance programs as a protection for the military while the differences between military disability insurance in Indonesia and the United States is in the statutory regulations and practice implementation of military disability insurance."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Nisyawati
"Tugas akhir ini membahas penghitungan premi netto dan cadangan premi netto pada suatu model disability income insurance dengan menggunakan metode tabel penurunan darab (multiple decrement tabled), yang mempunyai dua penurunan primer, yaitu mortalita dan cacat serta satu penurunan sekunder, yaitu mortalita."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Rizki Fadillah
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alienasi atau keterasingan terhadap penyandang disabilitas yang digambarkan dalam manga Hidamari ga Kikoeru. Penulis mengggabungkan teori komponen alienasi atau keterasingan oleh Seeman (1975) dengan dua metode, yaitu analisis teks oleh Thwaites, et al. (2002) dan analisis film oleh Petrie dan Boggs (2012) dengan pendekatan sosiologi sastra oleh Endraswara (2004) untuk menganalisis komponen keterasingan yang muncul dalam manga Hidamari ga Kikoeru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manga Hidamari ga Kikoeru menggambarkan alienasi atau keterasingan dengan menonjolkan dua komponen yaitu isolasi sosial dan ketidakberdayaan.

This research aims to analyze how alienation towards disability person depicted in Hidamari ga Kikoeru manga. The author combines the theory of alienation by Seeman (1975) with two methods which are text analysis method by Thwaites, et al. (2002) and film analysis method by Petrie and Boggs (2012) with sociological approach of literature by Endraswara (2004) to analyze the components of alienation that appear in Hidamari ga Kikoeru manga. The results showed that there are two components that appeared in Hidamari ga Kikoeru manga: social isolation and powerlessness."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tamana Ihda Husna Zain
"Disabilitas intelektual ditandai dengan keterbatasan pada fungsi intelektual dan fungsi adaptif, keterbatasan ini menghambat pemenuhan kebersihan diri, yang nantinya akan membentuk perilaku menjaga kebersihan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kondisi umum dan perilaku kebersihan diri pada anak dengan disabilitas intelektual. Tujuan lain adalah untuk melihat perbedaan perilaku ditinjau dari usia, klasifikasi disabilitas intelektual, dan penghasilan orang tua. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel total sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 66 anak di Kota Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukan presentase sebanding antara anak dengan disabilitas intelektual yang memiliki perilaku menjaga kebersihan diri baik dan kurang baik, serta mayoritas anak memiliki kebersihan diri yang baik (59,1%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari usia anak (p = 0,330; α = 0,05) dan penghasilan orang tua (p = 0,371; α = 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari klasifikasi disabilitas intelektual yang dimiliki (p = 0,013; α = 0,05). Terdapat perbedaan kondisi umum terkait kebersihan diri ditinjau dari perilaku menjaga kebersihan diri anak (p = 0,02; α = 0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk membentuk perilaku kebersihan diri yang baik pada anak disabilitas inelektual. Perawat dapat melakukan upaya preventif dan promotif dalam asuhan pada klien dengan disabilitas. Perawat pada layanan kesehatan di puskesmas atau di unit kesehatan sekolah dapat melakukan promosi dan pendidikan kesehatan atau mengambil peran dalam pemberian asuhan.

Intellectual disability is the limitation on intellectual and adaptive functions, the limitation limits the fulfillment of personal hygiene, that may shape personal hygiene behavior. This study aims to identify general conditions and personal hygiene behavior on children with intellectual disabilities. Another goal is to see the differences of personal hygiene behavior among age, classification of intellectual disability, and parents' income. The study was conducted on Cross Sectional design and total sampling method. The number of samples required is 66 children in Bekasi. The results showed a comparable percentage of children with intellectual disabilities who have good and poor personal hygiene behavior, and majority had good personal hygiene (59.1%). There were no significant difference on personal hygiene behavior among age (p = 0,330; α = 0,05) and parents' income group (p = 0.371; α = 0,05). There was a significant difference on personal hygiene behavior among intellectual disability classification (p = 0.013; α = 0,05). There was a significant difference on self hygiene general conditions in term of children self care behavior (p = 0.02; α = 0,05). The results of this study recommend us to establish good personal hygiene behavior in children with intellectual disabilities. Nurses are able to take a role. Nurses in all setting such as in health service or school health unit can carry out health promotion, education, or providing direct care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syadza Andini
"[Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas penerapan intervensi Stepping Stones Triple-P pada keluarga yang memiliki anak dengan Mild Intellectual Disability yang memiliki permasalahan perilaku disruptive (agresif dan tidak patuh). Program intervensi ini bertujuan untuk membantu orangtua mengembangkan strategi manajemen yang efektif untuk menangani berbagai masalah perilaku anak dengan developmental disabilities dan isu-isu perkembangan yang terkait. Program intervensi dilaksanakan dalam 7 sesi, yang terdiri dari 5 sesi di klinik, dan 2 sesi observasi di rumah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui metode ceramah, diskusi, worksheet dan
roleplay. Permasalahan perilaku anak diukur dengan menggunakan Child Behavior Checklist (CBCL) yang diisi oleh orangtua pada sesi pertama dan terakhir program dan catatan harian perilaku yang diisi sepanjang program berlangsung. Gaya pengasuhan orangtua diukur dengan menggunakan instrument The Parenting Scale dari Arnold, O’Leary, Wolff, & Acker (1993). Selain itu, pengukuran persepsi orangtua mengenai kompetensinya dalam praktek pengasuhan diukur dengan Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) dari
Gibaud-Wallston, J. & Wandersman, L.P.(1978). Partisipan dalam penelitian ini adalah orangtua (Ayah) dari anak laki-laki usia 14 tahun 9 bulan (G) dengan diagnosa Mild Intellectual Disability, yang memiliki permasalahan perilaku disruptive (agresif dan tidak patuh). Ayah sebagai partisipan memiliki karakteristik pola pengasuhan yang keras, mudah marah, dan menggunakan kekerasan fisik sebagai metode pendisiplinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan program intervensi Stepping Stones Triple-P terbukti efektif dalam mengurangi permasalahan perilaku membantah dan agresif pada G, melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan orangtua dalam menerapkan gaya pengasuhan yang positif. Pada studi ini, Ayah mengalami perubahan berupa lebih tenang ketika bereaksi terhadap kesalahan-kesalahan G dan tidak langsung memuncak kemarahannya, menerapkan strategi dalam meningkatkan hubungan positif dengan G, dan mampu menerapkan pola disiplin yang tegas dan konsisten, serta tidak menggunakan kekerasan;The study was conducted to determine the effectiveness of Stepping Stones Triple-P intervention on a family who have a child with Mild Intellectual Disability and disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). This program aims to help parent develop effective management strategies for dealing with a variety of behavioral problems of child with developmental disabilities and issues related to the development. This program implemented in 7 sessions, which consist 5 sessions at the clinic, and two observation sessions at home. The method used in this study is through lectures, discussions, worksheets, and role-plays. Child behavior problems were measured by using the Child Behavior Checklist (CBCL) filled out by parents on the first and last session of the program; as well as diaries of problem behavior filled out throughout the program. Dysfunctional
parenting styles were measured using The Parenting Scale (PS) of Arnold, O’Leary, Wolff, and Acker (1993). In addition, the measurement of parental perceptions regarding their competence in parenting practices measured by the Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) of Gibaud-Wallston, J. & Wandersman, LP (1978). Both PS and PSOC were filled out by parents on the first and last session of the program. Participant in this study were parents (father) of a boy ages 14 years and 9 months old (G) with a diagnosis of Mild Intellectual Disability, who has disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant).
Father as a participant has characteristics of harsh parenting, irritability, and using physical violence as a disciplinary method. The results showed that the implementation of the Stepping Stones Triple-P interventions proved effective in reducing the problem of non-compliant and aggressive behaviors in G, by enhancing the knowledge and skills of parents to implement positive parenting styles. In this study, father experienced changes in parenting attitude that are able
to be calm when reacting to G’s problem behavior, able to implement positive relation strategies with G, and capable of implementing firm and consistent discipline instead of coercive disciplinary method., The study was conducted to determine the effectiveness of Stepping Stones
Triple-P intervention on a family who have a child with Mild Intellectual
Disability and disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant). This
program aims to help parent develop effective management strategies for dealing
with a variety of behavioral problems of child with developmental disabilities and
issues related to the development. This program implemented in 7 sessions, which
consist 5 sessions at the clinic, and two observation sessions at home. The method
used in this study is through lectures, discussions, worksheets, and role-plays.
Child behavior problems were measured by using the Child Behavior Checklist
(CBCL) filled out by parents on the first and last session of the program; as well
as diaries of problem behavior filled out throughout the program. Dysfunctional
parenting styles were measured using The Parenting Scale (PS) of Arnold,
O’Leary, Wolff, and Acker (1993). In addition, the measurement of parental
perceptions regarding their competence in parenting practices measured by the
Parenting Sense of Competence Scale (PSOC) of Gibaud-Wallston, J. &
Wandersman, LP (1978). Both PS and PSOC were filled out by parents on the
first and last session of the program. Participant in this study were parents (father)
of a boy ages 14 years and 9 months old (G) with a diagnosis of Mild Intellectual
Disability, who has disruptive behavior problems (aggressive and non-compliant).
Father as a participant has characteristics of harsh parenting, irritability, and using
physical violence as a disciplinary method. The results showed that the
implementation of the Stepping Stones Triple-P interventions proved effective in
reducing the problem of non-compliant and aggressive behaviors in G, by
enhancing the knowledge and skills of parents to implement positive parenting
styles. In this study, father experienced changes in parenting attitude that are able
to be calm when reacting to G’s problem behavior, able to implement positive
relation strategies with G, and capable of implementing firm and consistent
discipline instead of coercive disciplinary method.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Ariany Effendy
"Studi ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kemiskinan yang dilihat dari pendekatan moneter dan non moneter terhadap disabilitas penglihatan pada lansia di Indonesia dengan menggunakan data Susenas 2012. Hasil regresi logistik biner menunjukkan bahwa kemiskinan yang diukur dengan pendekatan moneter atau non moneter memiliki pengaruh signifikan terhadap disabilitas penglihatan pada lansia. Selain itu, faktor kebiasaan mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan tidak setiap hari, juga mempengaruhi risiko disabilitas penglihatan lansia. Lansia miskin dan merokok, memiliki peluang lebih tinggi terhadap risiko mengalami disabilitas penglihatan.

This research aims to study the effects of poverty as seen from the monetary and non-monetary approach to visual disability in the elderly in Indonesia using Susenas 2012. Results of binary logistic regression showed that poverty as measured by monetary or non-monetary approach has a significant influence on the visual disabilities elderly. In addition, factor consumption habits vegetables and fruits not everyday also affect the risk of vision disability elderly. Elderly poor and smoke, have a higher chance of the risk of vision disability.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspa Anggraini
"ABSTRAK
Pada siswa yang mengalami kesulitan belajar, kesulitan menguasai keterampilan akademik dapat bersumber dari domain psikososial. Salah satu bagian dari domain psikososial yang menjadi tugas perkembangan di fase remaja adalah pembentukan identitas diri. Siswa remaja yang tidak mencapai kejelasan mengenai tujuan serta perannya akan mengalami masalah-masalah psikologis dan perilaku yang semakin menghambat proses belajarnya. Konsep possible selves (PSs) menawarkan pembahasan identitas diri dari sudut pandang arah masa depan, yaitu self-knowledge mengenai aspek hopes, expectations, dan fears yang individu miliki. Penerapan konsep PSs salah satunya adalah dalam bentuk konseling. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah konseling PSs dapat membantu menguatkan identitas diri partisipan. Penelitian ini merupakan penelitian single case subject dengan desain kuasi eksperimental. Partisipan penelitian adalah F, siswa kelas 9 (laki-laki, usia 13 tahun). Partisipan mengikuti 5 tahapan intervensi dalam 3 kali pertemuan dalam rentang waktu 9 hari dengan tiap pertemuan terdiri dari 1-2 jam. Berdasarkan kuesioner Open-Ended Possible Selves dan analisis kualitatif terhadap pelaksanaan konseling, peneliti menyimpulkan bahwa konseling PSs mampu menguatkan identitas diri partispan, khususnya ide mengenai masa depan. Setelah mengikuti intervensi, partisipan memiliki gambaran diri yang lebih jelas mengenai hal yang ingin ia capai di masa depan dan mengetahui langkah yang dapat ia lakukan untuk mencapai hal tersebut.

ABSTRACT
Psychosocial domain is one factor that contribute on the difficulties mastering academic skills in students with learning disabilities. A part of psychosocial developmental tasks that have to be fulfilled by adolescents is forming identity. Students who have no clear goals and roles will getting psychological and behavioral problems that can disrupt their learning process. Possible selves (PSs) concept offers explanations about self-identy from future perspective. It is about individuals self-knowledge regarding their hopes, expectations, and fears. PSs theory can be implemented in counseling form. This study was conducted to see the PSs counseling ?s support in strengthening participant?s identity, specifically the idea about future. Participant was F, a ninth grade student (male, 13 years). Participant involved in a five-phase intervention for three days of 1-2 hours meeting during 9 days. Based on the Open-Ended Possible Selves questionnaire and qualitative analysis result throughout the counseling, it is concluded that the PSs counseling is able to strengthen participant?s identity, specifically the idea about future. After following the intervention, participant had more obvious picture on the things he want to accomplish in the future and the steps to achieve it.
"
2016
T45163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Kumalasari
"[ABSTRAK
Keterbatasan kognitif dan bahasa yang dialami penyandang Down syndrome membuat kemampuan personal safety menjadi isu yang penting dalam kaitannya dengan seksualitas remaja Down syndrome (Van Dyke, McBrien & Sherbondy,1995). Penelitian ini ditujukan untuk
membuktikan apakah program Behavioral Skills Training efektif meningkatkan kemampuan personal safety pada remaja penyandang Down syndrome dengan taraf tuna grahita ringan. Kemampuan personal safety yang ditingkatkan adalah kemampuan mengenali kewajaran sentuhan dan empat kemampuan perlindungan diri yang terdiri dari kemampuan menolak, kemampuan menjauhkan diri, kemampuan memberi tahu orang lain dan kemampuan melaporkan
situasi sentuhan tidak wajar yang dialaminya. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain subjek tunggal pada remaja Down syndrome dengan taraf tuna grahita ringan. Program diberikan selama tiga hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program BST efektif meningkatkan
kemampuan personal safety subjek dengan capaian 97% dari skor maksimum. Subjek dapat menguasai kemampuan mengenali sentuhan wajar dan tidak wajar, kemampuan menolak, kemampuan menjauhkan diri dan memberi tahu orang lain sebesar 100%. Pada kemampuan
melaporkan, subjek mencapai tingkat penguasaan sebesar 83%. Untuk meningkatkan efektivitas program, dapat dilakukan in situ training, pemberian training for trainers bagi instruktur program, dan penguatan setelah program intervensi selesai.

ABSTRACT
Cognitive and language developmental limitations have made personal safety became an
important sexuality issue for adolescent with Down syndrome (Van Dyke, McBrien & Sherbondy, 1995). The aim of the research was to examine the effectiveness of Behavioral Skills Training program in improving personal safety skills for Down syndrome adolescent with mild intellectual disability. Personal safety defined as an ability to recognize touch appropriateness and four self-protective skills, consisting of refusing; resisting; telling others and reporting about
inappropriate touch she/he experiences. The single subject design was administered in three days. The results show that the program effectively improved subject?s personal safety skills by reaching 97 % of maximum score. Subject was able to master the skills of recognizing, refusing, resisting dan telling others by 100%. On the reporting skill, subject reached mastery level by 83%. To improve the effectiveness of the program, in situ training, training for trainers for instructors program, and providing reinforcement are suggested.;Cognitive and language developmental limitations have made personal safety became an
important sexuality issue for adolescent with Down syndrome (Van Dyke, McBrien &
Sherbondy, 1995). The aim of the research was to examine the effectiveness of Behavioral Skills
Training program in improving personal safety skills for Down syndrome adolescent with mild
intellectual disability. Personal safety defined as an ability to recognize touch appropriateness
and four self-protective skills, consisting of refusing; resisting; telling others and reporting about
inappropriate touch she/he experiences. The single subject design was administered in three
days. The results show that the program effectively improved subject?s personal safety skills by
reaching 97 % of maximum score. Subject was able to master the skills of recognizing, refusing,
resisting dan telling others by 100%. On the reporting skill, subject reached mastery level by
83%. To improve the effectiveness of the program, in situ training, training for trainers for
instructors program, and providing reinforcement are suggested., Cognitive and language developmental limitations have made personal safety became an
important sexuality issue for adolescent with Down syndrome (Van Dyke, McBrien &
Sherbondy, 1995). The aim of the research was to examine the effectiveness of Behavioral Skills
Training program in improving personal safety skills for Down syndrome adolescent with mild
intellectual disability. Personal safety defined as an ability to recognize touch appropriateness
and four self-protective skills, consisting of refusing; resisting; telling others and reporting about
inappropriate touch she/he experiences. The single subject design was administered in three
days. The results show that the program effectively improved subject’s personal safety skills by
reaching 97 % of maximum score. Subject was able to master the skills of recognizing, refusing,
resisting dan telling others by 100%. On the reporting skill, subject reached mastery level by
83%. To improve the effectiveness of the program, in situ training, training for trainers for
instructors program, and providing reinforcement are suggested.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindra Eriska Hidayat
"ABSTRAK
Saat ini terjadi peningkatan penduduk usia produktif (15-64 tahun) di negara
berkembang khususnya Indonesia. Pada usia produktif terjadi peningkatan angka
kejadian disabilitas. Disabilitas didefinisikan sebagai kesulitan atau
ketidakmampuan yang dialami seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari
(yang diukur melalui 12 parameter sesuai dengan WHODAS 2.0). Studi empiris
telah menemukan banyak faktor risiko yang terkait dengan disabilitas. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor risiko disabilitas
terhadap kejadian disabilitas pada penduduk Indonesia usia produktif sehingga
dapat menentukan prioritas intervensi pelayanan kesehatan yang sebaiknya
disediakan. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013 dengan
besar sampel 665.546 orang berusia 15-64 tahun dengan studi cross-sectional.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa penduduk Indonesia usia produktif
yang mengalami disabilitas ada sebanyak 14.2% dengan risiko mengalami
disabilitas meningkat sesuai dengan peningkatan usia. Faktor risiko yang
meningkatkan kejadian disabilitas pada usia produktif di Indonesia yaitu :
penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke, tidak melakukan aktivitas fisik,
merokok, obesitas, gangguan mental emosional, usia yang semakin tua, jenis
kelamin perempuan, dan tidak/belum pernah sekolah. Faktor risiko yang dominan
adalah stroke (OR = 5.045, 95% CI 4.045 ? 6.292) dan gangguan mental
emosional (OR = 8.822, 95% CI 8.348 ? 9.323). Penyakit stroke dan gangguan
mental emosional menjadi fokus intervensi pengendalian disabilitas pada usia
produktif di Indonesia melalui program intervensi berbasis masyarakat.

ABSTRACT
There is an increased population of productive ages (15-64 years old) in
developing countries, especially Indonesia. At the productive age there have been
an increase in the incidence of disability. Disability is defined as the difficulty or
inability of people conducting daily activities (as measured by the 12 parameters
in accordance with WHODAS 2.0). Empirical studies have found many risk
factors associated with disability. The purpose of this study was to determine the
effect of risk factors on the incidence of disability in the Indonesian population of
productive ages so that it can determine the priority of health care interventions
that should be provided. This study uses data from Basic Health Research 2013
with the sample 665.546 people from 15-64 years old with a cross-sectional study.
In this study showed that the Indonesian population of productive ages who have
disabilities have as many as 14.2% with a risk of having a disability increases
with increasing age. The risk factors that increase the incidence of disability in
productive ages in Indonesia, namely: diabetes mellitus, hypertension, stroke, do
not do physical activity, smoking, obesity, mental emotional disorder,
increasingly older age, female gender, and do not / have never attended school.
The most dominant risk factor are stroke (OR = 5.045, 95% CI 4045-6292) and
mental emotional disorder (OR = 8822, 95% CI 8348-9323). Stroke and mental
emotional disorder have become the focus of disability control interventions in the
productive ages in Indonesia through community-based intervention program."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>