Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yozar Anwar
Jakarta: Perkumpulan untuk sterilisasi Sukarela Indonesia, 1980
363.97 ANW s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Ratna Meidyawati E.H.
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mencari cara sterilisasi guta-perca yang efektif dan efisien sebelum digunakan untuk mengisi saluran akar. Guta-perca yang dicemari Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis direndam dalam natrium hipoklorit dengan konsentrasi 5,25 % ; 2,65 7. ; 1,31 7 dan ke dalam povidon yodium dengan konsentrasi 10 % ; I. % ; 0,5 'I. selama 0,5 ; 1 ; 3 ; 6 menit. Kemudian dibilas dengan merendam dalam larutan fisiologis NaCl steril, lalu dibiak dalam perbenihan thioglikolat, dan dieramkan pada suhu 370C selama 72 jam, untuk dilihat apakah perbenihan tetap jernih, atau menjadi keruh. Ternyata efek kedua desinfektans ini tidak berbeda bermakna. Dapat disimpulkan bahwa kedua bahan ini bisa digunakan untuk sterilisasi guta-perca sebelum pengisian saluran akar. Pada konsentrasi yang kecil dan dalam waktu yang singkat kedua desinfektans ini sudah cukup efektif mematikan kuman Staphylococcus aureus dan Bacillus subtilis."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : BKKBN , 1996
344.048 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Hendroyono
"ABSTRAK
Dalam rangka meningkatkan daya saing rumah sakit di-era pasar global, perlu dilakukan reformasi manajemen perumahsakitan yang diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah manajemen dalam efficiency, productivity, quality and patient responsiveness. Pengendalian infeksi nosokomial sangat bergantung pada kinerja sterilisasi rumah sakit, khususnya pada penatalaksanaan pembedahan dan kegiatan pelayanan medik lain yang menggunakan alat-alat steril.
Pelayanan sterilisasi Instalasi Bedah Sentral merupakan pusat pelayanan sterilisasi RSUD Kota Bekasi. Instalasi ini menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan, mendistribusikan instrumen operasi ke kamar bedah dan alat medik ke ruangan-ruangan yang membutuhkan produk steril.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi dengan kapasitas 261 tempat tidur, BOR 67,1 - LOS 3,7 - TOI 1,83 - BTO 65,54 - jumlah operasi 350 pasien per bulan (OK IGD: 100, OK IBS: 250); mempunyai pelayanan sterilisasi yang masih bergabung dengan OK IBS dengan berbagai masalah dan mendapat banyak keluhan dari pengguna jasa pelayanannya terutama para ahli bedah dan petugas kamar bedah yang lainnya.
Banyaknya komplain dan masalah tersebut membuat OK IBS ingin memperbaiki diri, karena OK IBS merupakan bagian dari Rumah Sakit, dan merupakan penggalan jalur panjang dari "moment of truth" mulai dari pasien masuk ke halaman parkir hingga pasien pulang yang harus selalu diperbaiki dan disempumakan demi kepuasan dan keselamatan berobat pasien. Untuk mendapatkan gambaran pelayanan sterilisasi OK IBS menurut kacamata penyedia pelayanan (provider), perlu dilakukan suatu penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan pemecahan masalah (Problem Solving Approach) dengan tujuan menyusun plan of action perbaikan kualitas layanan sterilisasi dari OK IBS RSUD Kota Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara FGD (Focus Group Discussion), wawancara mendalam (indepth interview), expert panel dan observasi langsung, serta telaah data sekunder.
Penelitian ini menghasilkan suatu prioritas masalah dan prioritas penyelesaian masalah. Tiga masalah utama pada sterilisasi OK IBS adalah mesin sterilisator yang kurang dalam kualitas dan kuantitas, luas tempat bekerja yang terbatas dan kemampuan SDM sterilisasi di OK IBS yang masih belum cukup memadai.
Kurangnya kualitas mesin sterilisator bermula dari tidak adanya monitoring dan pengawasan berkala pada mesin sterilisator yang ada dan karena tuntutan volume pekerjaan yang meningkat dari tahun ketahun, sehingga petugas terbiasa bekerja dengan mesin sterilisator uap berkapasitas 500 liter pengadaan tahun 1980 yang dalam keadaan rusak; dengan produk linen operasi yang selalu basah dan rusaknya instrumen operasi serta linen operasi oleh sterilisator panas-kering yang merupakan andalan OK IBS selama ini. Masalah mesin sterilisator ini dapat dipecahkan dengan menetapkan bahwa mesin steam sterilisator yang lama sebagai mesin tidak layak pakai dan menggantikannya dengan mesin baru untuk sementara atau pembentukan instalasi CSSD dengan kelengkapan sarana dan prasarananya.
Perkembangan OK IBS yang terwujud dari beberapa kali renovasi tidak disertai dengan perkembangan dan renovasi atau perbaikan kinerja seksi sterilisasi; sehingga luas ruang bekerja dan sarana sterilisasi yang ada sejak tahun 1980 dengan 2 kamar operasi tidak disiapkan untuk keadaan sekarang dengan 5 kamar operasi dan frekuensi operasi 250 pasien per bulan. Masalah ruang kerja sterilisasi ini dapat dipecahkan dengan pembangunan gedung CSSD baru sebagai instalasi yang mandiri di-area belakang RSUD sebelah Unit Laundry.
Paradigma pembelajaran (learning paradigm) perlu dibangun di kalangan petugas OK IBS, khususnya petugas sterilisasi; kurangnya kualitas dan kuantitas SDM sterilisasi OK IBS dapat disebabkan oleh terbiasanya bekerja tanpa SOP, tanpa pengawasan, dan tanpa koreksi dimana keterbatasan pengetahuan tentang sterilisasi dari pimpinan dan pelaksana OK IBS dalam beaurocratic paradigm akan menjadi hambatan dari suatu usaha perbaikan dan pergembangan kinerja organisasi sterilisasi. Masalah kualitas dan kuantitas SDM ini dapat dipecahkan dengan menambah SDM baru yang siap untuk ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan berkala dan berlanjut bagi staf CSSD yang dilaksanakan oleh RS.Sardjito di Yogyakarta.
Kualitas pelayanan sterilisasi di OK IBS dipengaruhi juga oleh kinerja unit-unit lain di RSUD Kota Bekasi dan dipengaruhi oleh kebijakan manajemen, sehingga masalah-masalah yang muncul merupakan masalah yang terjadi juga di seluruh rumah sakit. Pemecahan masalah di OK IBS tidak dapat dilaksanakan hanya oleh OK IBS sendiri tetapi harus ada intervensi Manajemen Rumah Sakit.
Perlunya melakukan advokasi kepada DPR-D Kota Bekasi, agar masalah sterilisasi yang pada akhirnya menentukan kualitas pelayanan RSUD kota Bekasi dapat dimaklumi juga menjadi tanggung jawab pemerintah kota Bekasi sebagai stake-holder rumah sakit.

ABSTRAK
Reformation of the hospital management is necessary to improve the competitiveness of hospitals in global market era so that managerial problems in efficiency, productivity, quality and patient responsiveness could be solved. Control of nosocomial infection depends heavily on the performance of the sterilization unit in the hospital, especially in surgical treatment and other medical services which utilize sterile instruments.
Sterilization service of IBS Operating Theatre (OT) is the center for sterilization services at RSUD kota Bekasi which receives, processes, produces, sterilizes, stores and distributes surgical instruments to the operating theatre and medical instruments to units which needed them.
Bekasi City Regional Hospital (RSUD kota Bekasi) with the capacity of 261 beds, BOR 67,1 - LOS 3,7 - TOl 1,83 - BTO 65,54 - 350 monthly surgical procedure (Emergency OT: 100, Central OT: 250); has sterilization service combined within IBS OT with various problems and getting complaints from service users, especially the surgeons. Due to the high complaint rate, IBS OT strives to improve its service since it is an integral part of the hospital and part of the "moment of truth" for patient?s wellness and satisfaction. This study is conducted to obtain a picture of IBS OT's sterilization service from the provider's perspective.
This is a qualitative study with problem solving approach which aims to draft a plan of action to improve the quality of sterilization service at IBS OT RSUD kota Bekasi. Data collection was conducted through FGD (Focus Group Discussion), in-depth interview and direct observation and secondary data analysis.
This study results in problem and problem-solving priorities. The three main problems during IBS OT sterilization are: poor quality and quantity of sterilizatormachines, limited working area and human resources capability in IBS OT that not yet sufficient.
The poor quality of sterilizator machine started with the absence of regular monitoring and maintenance, and also due to the increasingly workload. The operator became used to work with the damaged 500-litre steam sterilization machine from 1980; with wet surgical lines and the damaged surgical instruments and linens by the hot-dry sterilizator which is the mainstay of IBS OT. The problem of sterilizator could be solved by discharging the damaged steam sterilizator and replacing it with a new machine; or the formation of CSSD unit complete with the necessary equipment.
The development of IBS OT from several renovations is not accompanied by the development and renovation or improvement of the sterilization unit; therefore the available working area and sterilization unit since 1980 with 2 operating theatres is not ready for the current condition with 5 operating theatre and 250 surgical procedures per month. This problem could be solved with the development of a new, contained CSSD building in the area at the back of RSUD, next to the Laundry Unit.
Learning paradigm needs to be socialized amongst IBS OT personnel, especially those handling the sterilization; the poor quantity and quality of sterilization personnel at IBS OT could be caused by the comfort of working without SOP, control and correction due to the limited knowledge about sterilization of the management of IBS OT. All of these and the bureaucratic paradigm will hinder the effort of performance improvement of the sterilization organization. The problem of human resources quantity and quality could be solved with the addition of new personnel who is ready to be developed through periodic continuing education for CSSD staff at Sardjito Hospital in Yogyakarta.
Sterilization service quality at IBS OT is also influenced by the performance of other units at RSUD kota Bekasi and management's decision, therefore the arising problems are also common problems at the hospital. Problem solving at IBS OT could not be conducted solely by IBS OT but need intervention from hospital management.
It is also important to approach Bekasi City Parliament (DPRD) to ensure that sterilization problem, which will ultimately determine the service quality of Bekasi City Regional Hospital, also falls under responsibility of Bekasi City government as one of the hospital's stake-holders.
"
2007
T19096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isa
"Skripsi ini membahas determinan atau faktor-faktor yang bisa berpengaruh terhadap status unmet need KB yang bisa dialami oleh wanita. Determinan ini berupa karakteristik atau latar belakang individu yang bisa menimbulkan cost/biaya dan motivasi tertentu dalam penggunaan kontrasepsi sehingga mengakibatkan kebutuhan dari individu terhadap KB tidak bisa terpenuhi. Dalam skripsi ini dilakukan dua analisis: deskriptif dan inferensial terhadap total unmet need berdasarkan data SDKI tahun 2007 dengan ruang lingkup nasional atau seluruh Indonesia. Analisis inferensial menggunakan model regresi logistik biner atau logit.
Hasil analisis terhadap data SDKI sejak tahun 1991 menunjukkan bahwa persentase unmet need di Indonesia telah mengalami penurunan sejak tahun 1991 walaupun angka tersebut stagnan sejak 3 survei terakhir selama 12 tahun di angka 9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa unmet need telah menjadi permasalahan laten yang belum bisa sepenuhnya diatasi dan pemerintah harus menjadikan permasalahan ini sebagai salah satu fokus penyelesaian dalam program KB pada masa yang akan datang, demi menunjang pembangunan di bidang kependudukan,walaupun angka 9 persen masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya di dunia.
Analisis deskriptif menemukan bahwa persentase unmet need akan menurun seiring meningkatnya umur wanita dan meningkat seiring bertambahnya jumlah anak yang dimiliki serta memiliki nilai lebih tinggi pada golongan wanita yang tidak bekerja, bertempat tinggal di desa, kurang berpendidikan, berada pada tingkat kesejahteraan yang rendah, belum pernah memakai KB, dan suaminya tidak setuju terhadap KB.
Analisis menggunakan model multivariat dengan metode logistik biner menunjukkan bahwa umur wanita, jumlah anak masih hidup, status kerja wanita, pendidikan tertinggi, kesejahteraan, wilayah tempat tinggal, status pernah tidaknya memakai KB, persetujuan suami terhadap KB dan banyaknya diskusi tentang KB di antara pasangan, berpengaruh kepada status unmet need KB wanita pada tingkat kepercayaan 95%, dengan hasil yang tidak berlawanan dengan hasil analisis deskriptif kecuali untuk variabel wilayah tempat tinggal dan pendidikan tertinggi.

This thesis discuss about the determinants or factors that could give effects to the status of unmet need for family planning experienced by women. These determinants are the individual characteristics that will cause some certain costs or motivation to the women in using contraception, and could make the demand or willingness from the women to use family planning become unaccomplished. This thesis performs two kind of analysis: Descriptive and inferential analysis of the total unmet need based on data of IDHS 2007 which has a national scope for all provinces in Indonesia.
The analysis of IDHS data since 1991 showing that the percentage of unmet need for family planning have been declining, although the amount of percentage is stagnant for the last 12 years during the last 3 IDHS. This fact shows that unmet need for family planning in Indonesia has become a latent problem which cannot be completely solved and the government should pay attention in solving this problem in the future as a part of sustaining a development in population aspect of the country, although the percentage is relatively low for Indonesia if compared to another developing countries in the world.
Descriptive analysis finds that the percentage of unmet needs will decrease as the age of women become older, and will increase when the number of child possessed by the women is also increasing. The percentage of unmet need would be higher for women with some certain characteristics : Not working women, living in rural area, less educated, low welfare, never use any method of contraception, never discuss family planning with partner and whose husband is disagree to family planning.
Analysis using multivariate model with binary logistic method shows that age of women, number of living children possessed, women working status, women highest education, place of living, welfare, ever use of contraception, discussion about family planning with husband, and the husband approval to family planning are significant determinants for women unmet need status in 95% confidence interval, and the results for all variable are the same with the descriptive analysis conducted before, except for place of living and women highest education variables.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Pelayanan Informasi dan Dokumentasi - BKKBN Pusat,
INPRKBN
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sigit Raharjo
"Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan salah satu instansi di Indonesia yang mempunyai Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan jabatan fungsional penyuluh. Sejak Undang Undang No. 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah diterbitkan, maka Pengelolaan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) menjadi wewenang Pemerintah Pusat dan BKKBN diamanatkan sebagai instansi pembina dan pengelola PKB. Sebagai Instansi yang telah melakukan reformasi birokrasi, BKKBN telah menerapkan standar kinerja yang bisa diukur dan menerima tunjangan kinerja bagi pegawainya. Setelah PKB dan PLKB bergabung otomatis mereka juga mendapatkan hak yang sama menerima tunangan kinerja. Oleh karena itu diperlukan suatu alat untuk bisa memantau dan mengukur kinerja PKB dan PLKB yang bertugas di lini lapangan. BKKBN mengembangan suatu aplikasi berbasis smartphone online bernama E-Visum.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dan penerapan sebuah perubahan sistem terbaru untuk mengukur kinerja Penyuluh Keluarga Berencana. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa data primer yang berasal dari hasil wawancara mendalam terhadap informan penelitian dan data sekunder berupa arsip dan dokumentasi. Teknik pemilihan informan menggunakan purpossive sampling.
Hasil penelitian menemukan pelaksanaan dan penerapan aplikasi E-Visum telah perjalan dengan baik namun belum optimal. Dalam prakteknya aplikasi E-Visum masih dapat dimanipulasi, sistem pengawasan yang diharapkan dapat memantau kinerja dengan baik belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena terkendala staf di BKKBN tingkat pusat dan provinsi yang terbatas serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Bidang Pengendalian Penduduk (Dalduk) dan Keluarga Berencana (KB) ditingkat Kabupaten/Kota yang masih di bawah Pemerintah Daerah. Kondisi PKB yang rata-rata sudah berusia senja juga menyebabkan kesulitan dalam pengoperasian smartphone.

The National Population and Family Planning Agency (BKKBN) is one of the agencies in Indonesia that has a State Civil Apparatus (ASN) with a functional position of extension. Since Law No. 23 of 2014 concerning Regional Government was published, the Management of Family Planning Extension (PKB) and Family Planning Field Officers (PLKB) was the authority of the Central Government and BKKBN mandated as an agency for the management and management of PKB. As an Agency that has carried out bureaucratic reform, BKKBN has implemented performance standards that can be measured and receive performance benefits for its employees. After the PKB and PLKB join automatically they also get the same right to receive the performance fiance. Therefore a tool is needed to be able to monitor and measure the performance of PKB and PLKB in charge in the field. BKKBN developed an online smartphone-based application called E-Visum.
This study aims to determine the extent of the implementation and implementation of a recent system change to measure the performance of family planning instructors. The type of research used in this study is a type of analytical descriptive research through a qualitative approach. Data sources used in the form of primary data derived from the results of in-depth interviews with research informants and secondary data in the form of archives and documentation. The informant selection technique uses purposive sampling.
The results of the study found that the implementation and application of the E-Visum application had gone well but was not optimal. In practice, the E-Visum application can still be manipulated, the monitoring system which is expected to monitor performance well has not been able to be implemented maximally because of constraints on limited staff at the central and provincial BKKBN as well as Regional Organizations (OPD) and Families Planning (KB) at the Regency / City level which is still under the Regional Government. PKB conditions which on average are already old at night also cause difficulties in the operation of smartphones.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T53802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musafaah
"Unmet need KB di Indonesia belum mencapai target khususnya di Pulau Kalimantan. Penurunan unmet need KB dapat mencegah kematian ibu. Adanya desentralisasi menuntut pemerintah daerah membuat kebijakan kesehatan seperti program KB. Analisis spatio-temporal dibutuhkan untuk menyelidiki unmet need KB yang berguna untuk memantau program KB. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pola spasial dan faktor faktor yang mempengaruhi unmet need KB tahun 2018-2021 di tingkat Kabupaten/Kota di Pulau Kalimantan, Indonesia. Studi ekologi dilakukan pada 56 Kabupaten/kota di Pulau Kalimantan pada tahun 2018-2021. Data berbentuk agregat dan bersumber dari Laporan Pengendalian dan Pelayanan Kontrasepsi BKKBN, Buku Publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan Website Dewan Jaminan Sosial Sistem Informasi Terpadu. Analisis data dengan menggunakan Geographically Temporal Weighted Regression. Hasil penelitian menunjukkan Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung, Kota Tarakan, Bontang, Kutai Kartanegara, dan Kutai Timur konsisten berada pada klaster I (High-high) pada tahun 2018-2021. Pemodelan unmet need KB yang didapatkan pada tingkat Kabupaten/kota di Pulau Kalimantan selama 2018-2021 adalah kemiskinan, pendapatan, non cakupan JKN, rasio praktik bidan mandiri, rasio faskes KB pemerintah, rasio faskes KB swasta, rasio penyuluh KB dengan nilai adjusted R square sebesar 46,06%. Kemiskinan berpengaruh dalam meningkatkan unmet need KB di 43 Kabupaten/Kota (76,8%) di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018-2021. Non cakupan JKN berpengaruh dalam meningkatkan unmet need KB di 35 Kabupaten/kota (62,5%) di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018-2021. Rasio praktik bidan mandiri, rasio faskes KB pemerintah dan rasio faskes KB swasta berpengaruh terhadap unmet need KB tetapi belum dapat menurunkan unmet need KB di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018- 2021. Rasio penyuluh KB berpengaruh dalam menurunkan unmet need KB di 22 Kabupaten/kota (39,3%) di Pulau Kalimantan, Indonesia selama 2018-2021. Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan kepada SKPD-KB di Kabupaten/kota untuk memprioritaskan program KB pada penduduk miskin dalam menurunkan unmet need KB dengan mendekatkan program KB seperti pelayanan KB dan penyuluhan KB khususnya pada Kabupaten/kota yang konsisten tergolong kemiskinan tertinggi selama 2018-2021, yaitu Kapuas Hulu, Melawi, Kayong Utara, Paser, Kutai Barat, Kutai Timur, Mahakam Ulu dan Bulungan.

Unmet need for family planning in Indonesia has not yet reached the target, especially on the island of Kalimantan. Reducing the unmet need for family planning can prevent maternal deaths. Decentralization requires local governments to create health policies such as family planning programs. Spatio-temporal analysis is needed to investigate unmet need for family planning which is useful for monitoring family planning programs. The aim of this research is to determine the spatial patterns and factors that influence the unmet need for family planning in 2018-2021 at the district/city level on the island of Kalimantan, Indonesia. Ecological studies were carried out in 56 districts/cities on Kalimantan Island in 2018-2021. Aggregate data is used and comes from the BKKBN Contraception Control and Services Report, the Central Statistics Agency (BPS) Publication Book and the Social Security Council's Integrated Information System Website. Data analysis using Geographically Temporal Weighted Regression. Poverty has an influence in increasing the unmet need for family planning in 43 districts/cities (76.8%) on Kalimantan Island, Indonesia during 2018-2021. Non-coverage of JKN has an influence in increasing the unmet need for family planning in 35 regencies/cities (62.5%) on Kalimantan Island, Indonesia during 2018-2021. The ratio of independent midwife practices, the ratio of government family planning health facilities and the ratio of private family planning health facilities have an influence on the unmet need for family planning but have not been able to reduce the unmet need for family planning on the island of Kalimantan, Indonesia during 2018-2021. The ratio of family planning instructors has an influence in reducing the unmet need for family planning in 22 districts/cities (39.3%) on Kalimantan Island, Indonesia during 2018-2021. Based on the results, it is recommended for SKPD-KB in districts/cities to prioritize family planning programs for the poor in reducing the unmet need for family planning by bringing family planning programs closer together such as family planning services and family planning counseling, especially in districts/cities which consistently have the highest poverty level during 2018-2021 namely Kapuas Hulu, Melawi, North Kayong, Paser, West Kutai, East Kutai, Mahakam Ulu and Bulungan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>