Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jacobalis, Samsi
Jakarta: PERSI , 1989
362.19 SAM m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azrul Azwar
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1996
362.1 AZR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Yogyakarta: Konsorsium RS Islam Jateng-DIY, 2004
368.38 BOY q
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Azrul Azwar
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia , 1994
362.1 AZR p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Juniar Ernawaty S.
"Framework manajamen tenaga keperawatan di RS yang dapat membantu para manajer keperawatan dalam mengelola tenaganya merupakan hal yang penting khususnya di negara berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan framework continuous quality improvement (CQI) manajemen tenaga keperawatan dan menguji secara statistik pengaruh framework CQI manajemen tenaga keperawatan terhadap kompetensi perawat. Desain penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu metode penelitian yang menggunakan angka dan statistik dalam proses penelitiannya. Penelitian kuantitatif ini diperkuat dengan penelitian kualitatif yang dilakukan terhadap 14 manajer rumah sakit. Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yaitu pengembangan framework dan pengujian secara statistik pengaruh framework terhadap kompetensi perawat. Tahap pengembangan framework terdiri dari wawancara mendalam pada 14 manajer dan expert opinion pada 5 expert. Selanjutnya tahap kedua melakukan uji validasi framework CQI manajemen tenaga keperawatan untuk kompetensi perawat di rumah sakit menggunakan SEM-PLS pada 113 manajer keperawatan di himpunan perawat manajer Indonesia menggunakan online kuesioner. Hasil penelitian tahap satu diperoleh framework CQI manajemen tenaga keperawatan siap uji. Hasil penelitian tahap dua membuktikan bahwa framework CQI manajemen tenaga keperawatan memiliki pengaruh terhadap kompetensi perawat dengan penjelasan tujuh dari delapan aktivitas manajemen SDM yaitu perencanaan, rekrutmen, seleksi dan orientasi, pelatihan dan pengembangan, sistem reward, penilaian kinerja, sistem alokasi staf dan maintenance memiliki pengaruh terhadap kompetensi perawat. Hanya ada satu variabel yang mengindikasikan hal berbeda yaitu jenjang karir dimana ditemukan jenjang karir tidak ada pengaruh terhadap kompetensi perawat. Dapat disimpulkan framework ini secara statistik memiliki pengaruh terhadap kompetensi perawat.

A nursing workforce management framework in hospitals is important, especially in developing countries, as it can help nursing managers in handling their staff. This research aims to develop a continuous quality improvement (CQI) framework for managing hospital nurses and statistically test the effect of the CQI framework for hospital nurses management on nurse competency. The research employs a quantitative design, which is a research method that uses numbers and statistic in the research process. This quantitative research is strengthened by qualitative research conducted with 14 hospital managers. This research consists of two stages, namely framework development and statistical testing of the framework’s influence on nurse competency. The framework development stage consist of in-depth interviews on 14 hospital manajers and expert opinions on 5 experts. The Next stage was conducting a validation test of the CQI framework for hospital nurses management for nurse competency using SEM-PLS. The test was administered using online questionnaires on 113 nurse managers from the Indonesian Nurse Manager Association. The result of the first phase of the research yielded a CQI framework for hospital nurses management that was ready for testing. The second phase of research demonstrated that the CQI model for nursing workforce management influences nurse competency. This is evidenced by seven out of the eight human resource management activities: planning, recruitment selection and orientation, training and development, reward systems, performance appraisals, staff allocation systems and maintenance -having an impact on nurse competency. Only one variable that indicated something different, namely career path, where it was found that career path had no influence on nurse competency. It can be concluded that this framework statistically has an influence on nurse competency."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Jakarta: Sagung Seto, 2008
368.38 BOY q
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Khanza Nur Padma Arriya
"Hingga saat ini, masih ada tenaga kesehatan terutama di Pusat Kesehatan Masyarakat (puskesmas) yang mengerjakan tugas di luar kompetensinya. Kementerian Kesehatan RI sebagai pemerintah pusat yang membidangi urusan kesehatan mengeluarkan kebijakan mengenai kredensial tenaga kesehatan di puskesmas sebagai suatu sistem penjaminan mutu dengan memperbarui kemampuan para tenaga kesehatan agar tetap professional, perencanaan tindak lanjut pada puskesmas dan Dinas kesehatan kab/kota, dan menempatkan tenaga kesehatan sesuai bidang kompetensinya. Karena pelaksanaannya baru berjalan di tahun 2022, penelitian ini dilakukan untuk memberikan masukan atas percepatan dan peningkatan kualitas program kredensial tenaga kesehatan di puskesmas dalam ruang lingkup Kementerian Kesehatan RI. Penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sumber data dari penelitian ini berasal dari data primer berupa wawancara pada tim kerja pelaksana kredensial tenaga kesehatan di puskesmas dalam ruang lingkup Kementerian Kesehatan RI sebanyak 7 orang, serta data sekunder berupa telaah dokumen dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kredensial tenaga kesehatan di puskesmas dalam ruang lingkup Kementerian Kesehatan RI yang dijalankan oleh Tim Kerja sudah baik karena hampir seluruh komponen input, proses, dan output sesuai dengan standar internal Kementerian Kesehatan RI dan standar kredensial melalui acuan Petunjuk Teknis Kredensial Tenaga Kesehatan Di Pusat Kesehatan Masyarakat. Pelaksanaan dan monitoring evaluasi sudah sesuai dengan perencanaan, namun belum berjalan secara optimal dikarenakan data yang belum dianalisis, tidak memantau pelaksanaan tindak lanjut oleh Dinas kesehatan kab/kota, serta kesamaan antara uji petik dan pendampingan. Saran yang dapat diberikan yaitu sosialisasi dan advokasi lebih rutin, tindak lanjut anggaran kredensial tenaga kesehatan di puskesmas, sistem penyimpanan online untuk hasil kredensial, pendataan secara berkala, monitoring sampai ke tahap pelaksanaan tindak lanjut, memanfaatkan hasil analisis data untuk RTL dan mapping, memperbarui petunjuk teknis kredensial tenaga kesehatan di puskesmas, dan tindak lanjut hasil rekomendasi.

Until now, there are still health workers, especially at Community Health Centers (puskesmas), who perform tasks outside of their competence. The Ministry of Health of the Republic of Indonesia as the central government in charge of health affairs issued a policy regarding the credentialing of health workers in health centers as a quality assurance system by updating the ability of health workers to remain professional, follow-up planning at health centers and District/City Health Offices, and placing health workers according to their fields of competence. Because the implementation has only been running since 2022, this study was conducted to provide input on accelerating and improving the quality of the health worker credentialing program at puskesmas within the scope of the Indonesian Ministry of Health. This research uses a descriptive study design using a qualitative approach. The data source of this study comes from primary data in the form of interviews with the work team implementing the credentials of health workers at health centers within the scope of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia as many as 7 people, as well as secondary data in the form of document review and observation. The results showed that the health worker credentialing program at puskesmas within the scope of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia carried out by the Work Team was good because almost all input, process, and output components were in accordance with the Ministry of Health's internal standards and credentialing standards through the reference to the Technical Guidelines for Credentialing Health Workers at Community Health Centers. Implementation and evaluation monitoring are in accordance with planning, but have not run optimally due to data that has not been analyzed, monitoring until the implementation of follow-up by the District Health Office has not been done, and the similarity between uji petik and pendampingan.. Suggestions that can be given are more routine socialization and advocacy, follow-up on the budget for credentialing health workers at puskesmas, an online storage system for credentialing results, regular data collection, monitoring up to the follow-up implementation stage, utilizing the results of data analysis for RTL and mapping, updating the technical guidelines, and follow-up on the results of recommendations."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratna Nur Hawati
"Memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik, bukanlah sesuaru yang mudah bagi pengelola Rumah Sakit. Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit menyangkul hidup para pasiennya sehingga bila terjndi kesalahan dalam tindakan medis maka dapat berdampak buruk bagi pasien. Dampak tersebut dapat berupa sakit bertambah parah, kecacatan bahkan kematian. Tantangan ini harus dihadapi oleh setiap Rumah Sakit yang ada di Indonesia. Tidak terkecuali Rumah Sakit Agung.
Saat ini Rumah Sakit Agung adalah Rumah Sakit yang baru memiliki akreditasi D Pratama. Dalam satu tahun ke depan. Rumah Sakit Agung berencana untuk melakukan akreditasi menjadi C Madya sebagai Salah satu usahanya untuk meningkarkan kualitas pelayanan.
Permasalahan yang dihadapi oleh Rumah Sakit Agung adalah terjadinya penurunan kualilas layanan yang ditunjukkan dari penurunan angka kesembuhan dan peningkatan jurnlah keluhan yang diberikan oleh pasien rawat inap. Hal tersebut merupakan Salah satu indikator yang menunjukkan terjadinya ketidakpuasan pasien atas pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Agung. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, maka akan mengakibatkan berkurangnya kepercayaan pasien terhadap mutu pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Agung Selama ini. pengukuran kualitas pelayanan yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung, masih terbatas hanya untuk mengetahui kualitas pelayanan tanpa mengidentifikasi variabel yang dinilai penting oleh pasien dalam membentuk kepuasan pasien. Oleh karenanya, karya akhir ini ditulis untuk menyempumakan pengukuran kepuasan pasien yang lelah dilakukan oleh Rumah Sakit Agung selama ini.
Survei kepuasan dilakukan terhadap 4 faktor penentu kepuasan pasien yakni Pelayanan dokter, Pelayanan Perawat, Administrasi, Keadaan Lingkungan, dan Fasilitas rawat inap. Survei tidak hanya dilakukan untuk melihat kualilas layanan akan tetapi juga untuk melihat nilai kepentingan variabel-variabel pada masing-masing faktor tersebut. Hasil Survei akan disajikan dalam bentuk analisis kuadran sehingga akan tergambarkan 4 kondisi sebagai berikut :
A. Kuadran A., menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap sangat penting oleh pasien akan tetapi belum dapat dipenuhi oleh Rumah Sakit Agung secara optimal.
B. Kuadran B, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap penting oleh pasien dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
C. Kuadran C, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting dan telah dapat dipenuhi dengan baik oleh Rumah sakit Agung
D. Kuadran D, menunjukkan atribut-atribut pelayanan yang dianggap kurang penting namun telah dijalankan dengan sangat baik oleh Rumah sakit Agung.
Hasil Survei pada periods bulan Juli - Agustus 2006 ( 1 bulan menunjukkan hasil sebagai berikut :
I. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Dokter
Berdasarkan hasil analisis terhadap layanan dokter dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan dokter Rumah Sakit Agung secara umum dipersepsikan cukup baik oleh pasiennya. Hal tersebul dapat diketahui dari tujuh variabel layanan dokter pada hasil analisis per ruang rawat, hanya terdapat tiga variabel yang perlu ditingkatkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis terhadap tingkat kepentingan dan persepsi kualitas Iayanan dokter dapat disimpulkan terdapal perbedaan persepsi antara pasien Super VIP, VIP dan Utama dengan pasien kelas I, Il dan III. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan bahwa dokter lebih sering melakukan visit kepada pasien. Selain itu variabel Iayanan dokter Iainnya juga telah memenuhi harapan pasien sehingga sebaiknya tetap dipertahankan kualitasnya oIeh pihak Rumah Sakit Agung.
Pada hasil analisis pada pasien kelas I, II dun III diperoleh terdapat tiga variabel layanan dokter yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh Rumah Sakit Agung. Ketiga variabel tersebut adalah visit dokter, contact dokter dan kejelasan informasi dari dokter. Dari keliga variabel tersebut, variabel yang memiliki tingkat kepemingan tertinggi adalah variabel kejelasan informasi dokter oleh karena itu, sebaiknya variabel ini menjadi prioritas utama dalam upaya meningkatkan kualitas layanan dokter.
II. Analisis Tingkat Kepentingan dau Persepsi Kualitas Layanan Perawat
Berdasarkan analisis terhadap layanan perawat dapat disimpulkan bahwa kualitas layanan perawat secara umum masih kurang baik menurut pasien. Hal tersebul dapat dilihat dari delapan variabel layanan perawal pada hasil analisis per ruang rawat terdapat 6 variabel yang, perlu ditingkalkan kualitasnya.
Berdasarkan hasil analisis layanan perawal secara keseluruhan diperoleh dua variabel layanan pemwat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya yakni variabel kecepatan perawat dan perhatian perawal. Hasil analisis per ruang rawat menunjukkan bahwa adanya perbedaan persepsi kualilas layanan dan tingkat kepentingan pada pasien Super VIP, VIP dan Utama dan Kelas I dengan Pasien Kelas II serta Pasien Kelas III
Menurut pasien Super VIP, VIP dan Utama dan Pasien Kelas I, variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecekalan perawal dan informasi dari perawat. Diantara kedua vauiabel tersebut, variabel informasi dari perawat memiliki tingkal kepentingan yang lebih penting dibandingkan kecekatan perawat.
Menurut pasien kelas ll variabel yang scbuiknya ditingkutkan kualitasnya adalah kecepatan ( respon perawat ) dan visit perawat. Variabel visit perawat dinilai memiliki nilai lebih penting dibandingkan kecepatan perawat.
Menurut pasien kelas ll variabel yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya adalah kecepatan perawat, perhatian perawat, visit dan keramahan per-awat. Diantara keempat variabel tcrsebut, variabel perhatian perawatlah yang memiliki nilai lebih penting.
Berdasarkan hasil analisis per ruang rawat tersebut dapat disimpulkan bahwa ada enam variabel layanan perawat yang sebaiknya ditingkatkan kualitasnya oleh pihak Rumah Sakit Agung. Keenam variabel terscbut adulah kecekatan perawat, informasi dari perawat, kecepatan perawat dan visit perawat, perhatian perawat dan keramahan perawat. Diantara keenam variabel layanan tersebut variabel perhatian perawat adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya pihak Rumah Sakit menempatkan variabel tersebut sebagai prioritas pertama dalam upaya peningkatan kualitas perawat.
III. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Kualitas Layanan Bagian
Administrasi.
Hasil análisis terhadap layanan bagian administrasi menunjukkan bahwa kualitas layanan administrasi dipersepsikan kurang baik oleh pasiennya. Hal tersebut dapat disimpulkan dari hasil analisis layanan administrasi per ruang rawat yang menunjukkan terdapat 3 variabel dari 4 variabel layanan administrasi yang membutuhkan upaya peningkatan kualitas. Ketiga variabel ini adalah variabel keramahan petugas, informasi dari petugas, dan tarif.
Hasil análisis pada layanan bagian administrasi oleh pasien secara keseluruhan menunjukkan dua variabel yang perlu ditingkalkan kualitasnya yaitu : keramahan petugas dan informasi dari petugas. Konsisten dengan hasil analisis secara keseluruhan, hasil analisis pada pasien kelas I & II menunjukkan hanya dua variabel yang membutuhkan upaya perbaikan yakni variabel keramahan petugas dan informasi dari petugas. Hasil analisis pada pasien Super VIP, VIP dan Utama menunjukkan hahwa variabel keramahan petugas sebagai satu-satunya variabel yang membutuhkan upuyu pcrbuikun. Selain keramahan dan informasi dari petugas, variabel tarif juga perlu dievaluasi kembali menurut pasien kelas III.
Variabel keramahan adalah variabel yang sebaiknya dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan kualilas Iayanan bagian administrasi di Rumah Sakit Agung.
IV. Analisis Tingkat Kepentingan dan Persepsi Terhadap Lingkungan dan Fasilitas RS
Hasil análisis tingkat kepentingan dan persepsi terhadap lingkungan dan fasilitas Rumah Sakil menunjukkan bahwa kualitas lingkungan dan fasilitas RS dipersepsikan biasa saja oleh pasien. Hal ini bisa dilihat dari hasil analisis terhadap lingkungan dan fasilitas RS per ruang rawal yang menunjukkan bahwa dari enam variabel merdapat tiga variabel yang membutuhkan upaya perbaikan. Ketiga variabel tersebut adalah kebersihan, kualitas fasilitas, dan kualitas makanan.
Hasil analisis pada pasien VIP dan Kelas l menunjukkan tiga variabel yang membutuhkan perbaikan yaitu kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan.
Hasil ini berbeda dengan hasil analisis pada pasien kelas II dan III menunjukkan bahwa hanya ada dua variabel yang mernbutuhkan upaya perbaikan yaitu kebersihan dan kualitas makanan.
Di antara ketiga variabel yakni variabel kebersihan, kualitas fasilitas dan kualitas makanan, variabel kebersihan adalah variabel yang memiliki nilai kepentingan tertinggi. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya variabel kebersihan dijadikan sebagai prioritas utama dalam upaya perbaikan lingkungan RS dan fasilitasnya.

Most hospital and healthcare organizations in Indonesia faces a high competition. Service quality excellence is a must to survive in healthcare industry.
Healthcare organization wasn?t sufficient just to deliver high quality medical or clinical care but also have to added market satisfaction to their list of goal.
Agung Hospital is a hospital with D Pratama accreditation in Jakarta. In the next year, this hospital is planning to upgrade it's accreditation to C Madya as a strategy to quality improvement. Agung Hospital faces two problems. This problem are deceasing cure rate and increasing complaint from patient. This problem are indicator for quality improvement in Agung Hospital.
Agung Hospital have developed a patient survey, satisfaction measurement in this hospital consist of a 'performance only program', which looks purely at service ratings but not the importance of service to patients. Studies and practice have shown that while patient input is essential in regards to rating the performance in service rating a hospital must also known what patient expect from a service and the aspects they feel are important. This paper present an application of Importance and Performance Analysis for satisfaction measurement at Agung Hospital. From the past research, this techniques has shown the capability to provide management with valuable information for both satisfaction measurement and the efficient allocation of resources, all in easily applicable format.
Patient Satisfaction variables were identified through in deep interview with 10 (ten) patient in Agung Hospital. These variables were developed and incorporated onto a urvey instrument. These variables are: Doctor`s care, nursing care, administration and hospital environment and facility.
The importance and performance of service was rated by 5 liken scales. Importance and performance scores attained from survey instrument are plotted onto tour quadrants :
A. Quadran A. importance and performance ratings both meet or exceed service quality standards
B. Quadran B. importance and performance ratings both fall short of service quality standards
C. Quadran C. performance scores do not meet .the service quality standard but respondents do not place a high level of importance on the service.
D. Quadran D. performance meet or exceed service quality standards, but a low level of importance is assigned to this particular service.
RESULT
1. Importance and Performance Analysis for Doctor?s Care
The result from Analysis indicate there are three variables where the hospital can concentrate on improving doctor performance quality. These variables are doctor visit, contact doctor and information from doctor.
2. Importance and Performance Analysis for Nursing Care
The result from Analysis indicate there are six variables where the hospital can concentrate on improving nurse performance quality. These variables are kecekatan perawat, nurse contact und visit, nurse courtesy, nurse friendliness and nurse information.
3. Importance and Performance Analysis for Administration division
The result from Analysis indicate there are two variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are officer friendliness and officer information.
4. Importance And Performance Analysis for Hospital environment and facility
The result front Analysis indicate there are three variables where the hospital can concentrate on improving administration division performance quality. These variables are cleanee, facility quality and food quality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangga
"[Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan assessment atas tingkat maturity staffing quality assurance sesuai dengan standar IIA 1300 dan kemudian memberikan rekomendasi untuk meningkatkan maturity level staffing quality
assurance menjadi tingkat yang dapat diterima (acceptable). Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat exploratory kualitatif dengan menggunakan perangkat kuesioner dan dokumen-dokumen pendukung sebagai alat bantu penelitian. Tingkat maturity PT X (Persero), Tbk berada pada tingkat 2 dan 3 people management, IA-CM Model untuk sektor publik dan juga dengan mempertimbangkan penilaian dari pihak internal lainya yaitu komite audit dan manajemen, namun perlu ada perbaikan untuk menyempurnakan tingkat tersebut minimal memenuhi batas minimum penilaian yang ditetapkan.

The purpose of this research is to assess the level of maturty staffing quality assurance in accordance with standard IIA 1300 and then provide recommendations to improve the maturity level of staffing quality assurance to becomes an acceptable level. This research is a qualitative exploratory research that is using the questionnaire and supporting documents as a tools for research. Level of maturity PT X (Persero), Tbk is at level 2 and 3, people management, IA-CM Model for the public sector and by considering the assessment of other parties that is audit committee and management, but there should be an improvements to refine this level at least meet the minimum set of assessment.;The purpose of this research is to assess the level of maturty staffing quality
assurance in accordance with standard IIA 1300 and then provide
recommendations to improve the maturity level of staffing quality assurance to
becomes an acceptable level. This research is a qualitative exploratory research
that is using the questionnaire and supporting documents as a tools for research.
Level of maturity PT X (Persero), Tbk is at level 2 and 3, people management,
IA-CM Model for the public sector and by considering the assessment of other
parties that is audit committee and management, but there should be an
improvements to refine this level at least meet the minimum set of assessment, The purpose of this research is to assess the level of maturty staffing quality
assurance in accordance with standard IIA 1300 and then provide
recommendations to improve the maturity level of staffing quality assurance to
becomes an acceptable level. This research is a qualitative exploratory research
that is using the questionnaire and supporting documents as a tools for research.
Level of maturity PT X (Persero), Tbk is at level 2 and 3, people management,
IA-CM Model for the public sector and by considering the assessment of other
parties that is audit committee and management, but there should be an
improvements to refine this level at least meet the minimum set of assessment]
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hilmy Fauzan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan file log 20-Hz dengan Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) dalam perhitungan dosis, dengan tujuan mengurangi beban kerja untuk Patient specific quality assurance (PSQA) dalam rutinitas klinis. Dalam penelitian ini, 19 rencana klinis kepala dan leher menggunakan VMAT dan 15 rencana klinis kepala dan leher menggunakan IMRT dipilih secara acak. Perangkat lunak perhitungan dosis yang digunakan adalah Eclipse, yang menggunakan AAA sebagai algoritma perhitungan dosis sekunder. Selain itu, perangkat lunak TPS Monaco juga digunakan dengan algoritma XVMC sebagai algoritma perhitungan dosis sekunder. File log 20-Hz diubah menjadi paket DICOM RT Plan dan dievaluasi menggunakan Eclipse dan Monaco sebagai sumber untuk on-treatment quality assurance. Evaluasi dilakukan terhadap beberapa metrik PTV (Dmean, D95%, dan D2%) antara RT Plan dan Log-file yang dievaluasi menggunakan kedua algoritma. Namun, untuk rencana IMRT, evaluasi hanya dilakukan menggunakan algoritma AAA. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang kuat pada ketiga metrik PTV antara RT Plan dan Log-file Plan baik pada kasus IMRT maupun VMAT yang dievaluasi menggunakan algoritma AAA. Ketika menggunakan algoritma XVMC, korelasi pada metrik PTV menunjukkan hasil yang kuat namun dengan dua data pencilan . Analisis gamma dilakukan dengan parameter (2%/2mm/30%), (1%/1mm/30%), dan (3%/2mm/10%). Hasil evaluasi GPR pada IMRT menunjukkan hasil yang konsisten dan memenuhi semua kriteria. Hal ini didukung oleh analisis varians yang menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara nilai GPR pada ketiga kriteria. Namun, pada hasil evaluasi GPR VMAT, uji t menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada satu kriteria, yaitu (1%/1mm/30%). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan file log 20-Hz dan algoritma AAA memiliki potensi untuk mengurangi pengukuran berbasis phantom sebagai metode Patient specific quality assurance (PSQA).

This study aims to evaluate the use of 20-Hz log-files with the Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) for dose calculations, with the goal of reducing the workload for Patient specific quality assurance (PSQA) in clinical routines. For this purpose, a total of 19 clinical head and neck VMAT plans and 15 clinical head and neck IMRT plans were randomly selected. The treatment planning system (TPS) used was Eclipse, which also served as the software for secondary dose calculation using AAA. In addition to Eclipse, the TPS Monaco was also used as software for secondary dose calculation using the XVMC algorithm. The 20-Hz log-files were converted into DICOM RT Plan packages and evaluated in Eclipse and Monaco as sources for on-treatment quality assurance. The evaluation involved comparing several PTV metrics (Dmean, D95%, and D2%) between the RT Plan and the Log-file evaluated with both algorithms. However, for the IMRT plans, the evaluation could only be performed with the AAA algorithm. The results showed a strong correlation in all three PTV metrics between the RT Plan and the Log-file Plan, both for IMRT and VMAT cases evaluated using the AAA algorithm. However, when comparing the PTV metrics using the XVMC algorithm, the results showed a strong correlation, except for two outlier data. Gamma analysis was performed using criteria of (2%/2mm/30%), (1%/1mm/30%), and (3%/2mm/10%). The GPR evaluation results for IMRT showed consistent passing rates for all criteria. This was supported by the analysis of variance, which indicated no significant differences between the GPR values for the three criteria. However, in the GPR evaluation of VMAT, the t-test indicated a significant difference in one criterion, namely (1%/1mm/30%). Therefore, the use of 20-Hz log-files and the AAA algorithm has the potential to reduce phantom-based measurements as part of Patient specific quality assurance (PSQA)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>