Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38661 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bridgman, Robert F.
Oxford: Oxford University Press, 1979
362.11 BRI h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sallimar Salim M.
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tersisanya anggaran JPSBK bantuan Pemda DKI tahun 2001 di RSUD Tarakan sebanyak Rp.383.647.977 yang belum sempat dimanfaatkan oleh Keluarga Miskin (Gakin) dan dikembalikan kepada Pemda DKI Jakarta, sementara adanya Rumah Sakit yang mengeluh tentang kurangnya data dalam pelayanan Gakin. Seperti diketahui anggaran JPSBK diturunkan pemerintah ke Rumah Sakit untuk pelayanan keluarga miskin secara cuma-cuma melalui program Kartu Sehat. Ada dua macam anggaran yang diturunkan ke RSUD yakni anggaran JPSBK dari Pemda DKI Jakarta dan anggaran dari APBN berupa anggaran Subsidi BBM dengan prosedur dan waktu pertanggung jawaban yang berbeda. Dibandingkan dengan dua (2) RSUD lainnya yakni RSUD Koja dan RSUD Budhi Asih anggaran tersebut dapat diserap secara penuh. Melihat kenyataan tersebut diatas perlu dilakukan suatu analisis sejauh mana pemanfaatan RSUD Tarakan oleh Gakin bila dikaitkan dengan anggaran JPSBK yang tersedia dengan tujuan mengidentifikasi faktor-faktor dari Rumah Sakit baik dari organisasinya maupun dari providernya serta dari Gakin sendiri.
Penelitian merupakan penelitian kualitatif dari faktor-faktor Rumah Sakit dan penelitian kuantitatif dari 107 orang Gakin yang mempunyai Kartu Sehat dari 3 kelurahan yang berjarak dekat dengan RSUD Tarakan. Hasil penelitian kualitatif menunjukkan bahwa RSUD Tarakan telah menjalankan fungsi manajerialnya cukup baik dengan pembentukan Tim, Adanya Prosedur Tetap Pelayanan, Kebijakan Direktur tentang pelayanan Gakin. Tersisanya anggaran bantuan JPSBK kemungkinan disebabkan adanya kecenderungan menggunakan anggaran APBN terlebih dahulu yang mempunyai prosedur yang lebih jelas dan fleksibel. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian RSUD Tarakan yang bisa mempengaruhi juga penyerapan anggaran yakni belum meratanya sosialisasi tentang anggaran JPSBK, masih kurangnya koordinasi dengan Dinas Kesehatan Tingkat II dalam rangka sosialisasi anggaran dan sikap dalam pelayanan serta kurangnya fleksibiiitas dalam penerimaan pasien Gakin baru Rawat jalan di Loket penerimaan karena dalam petunjuk pelaksanaan diharuskan ada rujukan dari puskesmas.
Hasil penelitian kuantitatif di tiga Kelurahan Kecamatan Tambora kemungkinan juga akan mempengaruhi peayerapan anggaran di RSUD Tarakan karena hanya 49.5 % Gakin yang memanfaatkan kartu sehatnya di RSUD Tarakan sementara yang tidak memanfaatkan sebagian besar disebabkan oleh tidak mengerti dalam penggunaan Kartu Sehat dan memilih menggunakan fasilitas kesebatan lain. Secara statistik ada hubungan yang sangat bermakna antara pengetahuan kartu sehat dengan pemanfaatan pelayanan RSUD Tarakan. Sebanyak 44,4 % (4 orang) yang dirawat inap mengeluh pelayanan kurang baik dengan harapan pelayanan dengan senyum dan ramah.
Saran diberikan kepada RSUD Tarakan untuk menindak lanjuti hal-hal yang ditemukan dalam penelitian ini. Perlu intervensi dari Pemda DKI dalam perbaikan kebijakan pertanggungjawaban anggaran JPSBK petunjuk pelaksanaan serta prosedur pengganaannya serta penajaman sasaran Gakin dan perubahan nama Kartu Sehat. Untuk Depkes diperlukan kebijakan sosialisasi anggaran yang berasal dari Subsidi BBM."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Inas Pratiwi
"Bed Occupancy Ratio (BOR) Rumah Sakit Hermina Bekasi setiap tahunnya mengalami peningkatan, begitupula dengan jumlah pasien yang masuk rawat inap melalui instalasi gawat darurat. Peningkatan ini menyebabkan adanya penumpukan pasien boarding di instalasi gawat darurat yang belum dapat ditransfer ke ruang rawat inap. Penelitian ini menganalisis proses boarding dan transfer pasien dari IGD ke rawat inap melalui pendekatan lean six-sigma dengan teknik time motion study kepada 30 pasien. Pendekatan lean memperlihatkan persentase aktivitas value added dan non value added sedangkan six sigma memberikan gambaran variasi kegiatan pada proses.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien membutuhkan waktu selama 2 jam 31 menit 48 detik dalam proses boarding dan transfer dengan persentase aktivitas value added 20,77 dan non value added 79,23. Berdasarkan analisis 5whys didapatkan akar penyebab masalah yaitu pemulangan pasien yang belum terencana.

Every year, Bed Occupancy Ratio (BOR) of Hermina Hospital Bekasi has increased, as well as the number of patients who admitted to the hospital through emergency room. This increase leads to the buildup of boarding patients at emergency departments that can not be transferred to the inpatient room. This study analyzes the boarding and transfer of patients from ED to inpatient room through lean six sigma approach with time motion study from 30 patients. The lean approach shows the percentage of value added and non value added activities while six sigma provides an overview of the activity variations in the process.
The results showed that the patient took 2 hours 31 minutes 48 seconds in the process of boarding and transfer with the percentage of value added activities 20.77 and non value added activities 79.23. Based on 5whys analysis, the root cause of the problem is the unplanned discharge patient.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Rosalina Afif
"ABSTRAK
Kamar operasi dapat dijadikan andalan pendapatan bagi rumah sakit bila dikelola dengan baik dan profesional. Kesulitan dalam pengelolaan kamar operasi, lebih banyak disebabkan karena kegiatan pelayanan di kamar operasi pada pelaksanaannya merupakan padua dan interaksi dari berbagai disiplin ilmu dan profesi
Kamar operasi di Rumah Sakit Bhakti Yudha dibentuk berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 yang mempunyai fungsi untuk menyediakan semua sarana dan tenaga yang diperlukan oleh unit pelaksana fungsional yang akan melakukan tindakan operasi. Jam kerja petugas di kamar operasi berdasarkan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92 terdiri atas dua shift yaitu jam 07.00-14.00 dan jam 13.00-20.00.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambarn tentang utilisasi kamar operasi dan variabel-variabel yang berhubungan dengan utilisasi kamar operasi yang diukur dengan melihat waktu pelaksanaan operasi terhadap kesesuaian jam kerja yang berlaku yang sesuai dengan SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92.
Model penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan analisis deskripti dan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian adalah seluruh tindakan operasi yang dilaksanakan oleh UPF Bedah Umum, Kebidanan dan Kandungan serta UPF Ortopedi selama bulan April-Mei 1997, sedangkan sampel penelitian adalah tindakan operasi yang dilaksanakan oleh ketiga UPF tersebut dengan berkas rekam medi yang diisi lengkap.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan operasi yang sesuai jam kerja yaitu pada jam 14.00-20.00 jauh lebih besar bila dibandingkan jam-jam yang lain dan pelaksanaan operasi [ada jam kerja 07.00-14.00 merupakan yang paling sedikit jumlahnya bila dibandingkan dengan yang lainnya. Bila dilihat jenis operasinya terlihat bahwa lebih dari 70% merupakan operasi elektif dan bila dilihat unit pelaksana operasi terlihat bahwa 62% operasi dilaksanakan oleh UPF Bedah Umum sedangkan bila dilihat status ketenagaan ahli bedah terlihat bahwa 85% operasi dilaksanakan oleh tenaga tamu. Dari uji statistik didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan variabel terikat, kecuali pada lama pelaksanaan operasi. Dari hasil perhitungan dengan variabel terikat, kecuali pada lama pelaksanaan operasi. Dari hasil perhitungan tingkat utilisasi kamar operasi didapatkan hasil sebesar 15,2% yang bila dibandingkan dengan referensi yang ada, tingkat utilisasi ini masih sangat kurang.
Saran yang dikemukakan adalah dalam menyusun jadwal perencanaan operasi (operasi elektif) sebaiknya disesuaikan dengan jam kerja yang berlaku di kamar operasi, yang perlu ditunjang dengan pengangkatan ahli bedah umum sebagai tenaga tetap.

ABSTRACT
Operating room can be an important source of income for hospital given that it professionaly managed. The difficulty in managing operating room comes from the fact it requires the interaction of various proffessions.
The operating room of Bhakti Yudha Hospital, which was established under a decree "SK Direktur RS No. KPTS-003/BY/XI/92, provides facilities and menpower required by an executing function unit to conduct surgery. BY decree the working hour of the operating room consist of two shift, the first shift is 07:00-14:00 and the second shift is 13:00-20:00.
The Purpose of this research is to describe utilization level the operating room and to identify the variables that influence the utilization level. The utilization level is measured by looking at the conformity between the implementation of aurgery and the time shift determined by the decree
The model used in this research is cross sectional using descriptive analysis and a retrospective approach. The population of the study is all surgeries conducted by the General Surgery, Obstetrics and Gynecology and Orthopedics between April to May 1997. The sample used is all surgery conducted by the three units with completed medical record.
This study shows that surgery task carried out betweeb 14:00-20:00 has the best time conformity, and the number of surgery tasks between 07:00-14:00 is the highest compare to other hours. More than 70% of all surgeries are elective surgery and 62% of all surgeries are carried out by the General Surgery. By the status of the surgeon, 85% surgery is conducted by visiting surgeon. Statistical test shows that ther is a siginificant correlation between the dependent and independent variables except for the operating duration. Utilization level of operating room is 15.2%, which is lower than the reference utilization level.
It is recommended that in planning operation the schedule should be in conformity with the time schedule of the operating room and shoul be supported by fulltime surgeon."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dicki Julianus
"Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu pintu gerbang masuknya pasien di rumah sakit untuk pelayanan gawat darurat, pelayanan harus dapat memilah pasienpasien dengan tingkatan kegawatdaruratan tertentu agar dapat dilakukan pengobatan yang cepat dan tepat untuk mengurangi kecacatan atau kematian pasien yang dilayaninya. Rumah sakit tempat meneliti adalah satu diantara dua rumah sakit rujukan kelas B yang ada di wilayah kota Depok, juga rumah sakit sudah melayani pasien yang menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional dalam hal ini diatur oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kerja sama ini membuat adanya peningkatan pasien di rumah sakit termasuk IGD nya. Kendala timbul bila kapasitas pelayanan yang ada tidak mencukupi dan terdapat antrian pelayanan di IGD, sehingga manajemen perlu mengadakan penambahan tempat tidur di instalasi tersebut. Evaluasi diperlukan untuk mengukur sejauh mana pelayanan dapat diperbaiki. Penilaian/evaluasi adanya penambahan tempat tidur, juga menilai rujukan, merujuk, pasien rawat inap melalui IGD, kapasitas itu sendiri, variasi diagnosa yang ada,respon time, pembatalan berobat dan jumlah pemakaian pemeriksaan penunjang. Dari hasil penelitian didapat kunjungan pasien IGD, pasien BPJS, pasien rujukan, jumlah merawat dan pemeriksaan laboratorium ada peningkatan yang signifikan setelah ada penambahan kapasitas tempat tidur, sedangkan merujuk, pembatalan berobat dan response time ada penurunan tetapi tidak signifikan, diagnosa terbanyak untuk level I adalah Stroke Hemoragic dan level II adalah Stroke Iskemic, untuk radiologi ada peningkatan pemeriksaan tetapi tidak signifikan kendala tenaga dokter dan analis kurang sedangkan untuk tenaga perawat dan radiograper tidak di temui kendala.

Emergency Room (ER) is one of the gateways of patients in the hospital for emergency services, the service must be able to sort out patients with certain emergency levels in order to make prompt and appropriate treatment to reduce the disability or death of the patients it serves. The researching hospital is one of two type B referral hospitals in Depok city, as well as hospitals already serving patients using National Health Insurance in this case regulated by Badan Penyelenggara Jaminan sosial. This partnership makes the patient increase in hospital including his ER. Constraints arise when the existing service capacity is insufficient and there is a queue of services at the ER, so management needs to make additional beds in the installation. Evaluation is needed to measure the extent to which service can be improved. From the results of the study, IGD patient visits, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial patients, referral patients, number of treatments and laboratory examination there was a significant increase after the addition of bed capacity, whereas referring, treatment cancellation and response time was decreased but not significant, the most diagnosis for level I was Hemorrhagic stroke and level II is Ischemic Stroke, for radiology there is an increase in examination but no significant obstacles physicians and analysts less while for nurses and radiograper workers not encountered constraints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatus Sholihah
"ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR merupakan salah satu outputkoordinasi perawatan untuk mencapai outcome efisiensi dalam rumah sakit.Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais mengalami penurunan setelah terjadi penambahan tempat tidur di kelas 1 pada tahun 2016. Namn penurunan tersebut tidak diikuti dengan penurunan jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari perawatan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya variabel- variabel input kerangka kinerja rumah sakit yang menyebabkan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais dibawah standar 60-85 . Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei ndash; Juli 2017, menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis depkriptif yang melibatkan wawancara mendalam terhadap 6 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel- variabel input kinerja rumah sakit yang berpengaruh signifikan dalam pencapaian Bed Occupancy Rate BOR adalah varaibel kepemimpinan dan sumber daya. Variabel kepemimpinan yang menyebabkan penurunan Bed Occupancy Rate BOR karenaketidakefektifan pembagian struktur organisasi Instalasi Rawat Inap menjadi 2 bagian, kualifikasi kepala Instalasi tidak sesuai dengan Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap, dan Pemimpin kurang melakukan komunikasi efektif, Variabel input kinerja rumah sakit lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais. Diharapkan dengan diketahuinya faktor- faktor tersebut, bisa menjadi evaluasi untuk mencapai efisiensi dalam rumah sakit.

ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR is one of the outputs of coordination of care to achieve the outcome of hospital efficiency. Bed Occupancy Rate BOR at the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital decreased after the addition of a first class bed in 2016. Decrease of Bed Occupancy Rate BOR number was not equally means the drop of patients number and inpatient day. So the purpose of this research is to know the variable of input of hospital performance framework causing Bed Occupancy Rate BOR at Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital under 60 85 standard. This research was conducted in May to July 2017, using qualitative method with depth interview of 6 informants. The results showed that the variable of hospital performance input which have significant effect on the achievement of Bed Occupancy Rate BOR is the leadership and resource variables Leadership variable causing the decrease of Bed Occupancy Rate BOR due to the ineffective division of organizational structure Inpatient Installation into 2 parts , The qualification of the head of the Installation is not in accordance with the Inpatient Installation Service Guideline, and the Leader lacks effective communication. Other hospital performance input variables have no significant effect on the decrease of Bed Occupancy Rate BOR in the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital. Expected by knowing these factors, it could be an evaluation to achieve hospital efficiency. "
2017
S70020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrio Wishnu Prabowo
"Latar belakang: Insufisiensi vena kronis IVK derajat berat atau C5-C6 membutuhkan penatalaksanaan yang lebih kompleks dan membawa dampak morbiditas yang lebih berat akibat lamanya waktu pengobatan dan angka rekurensi yang tinggi. Hal ini menyebabkan biaya pengobatan yang tinggi dan menurunkan kualitas hidup penderita. Tata laksana definitif IVK C5-C6 telah mengalami pergeseran dari terapi non operatif terapi kompresi dan medikamentosa menjadi terapi operatif dengan teknik non invasif seperti ablasi endovena. Namun karakteristik pasien IVK di Indonesia berbeda dengan di negara maju, dimana sebagian besar pasien datang pada stadium lanjut atau C5-C6. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap jenis terapi yang diberikan baik terapi definitif maupun terapi perawatan luka, sehingga didapatkan penanganan IVK C5-C6 yang sesuai dengan karakteristik pasien di Indonesia.
Metode penelitian: Studi potong lintang analitik dilakukan dengan mengambil total sampel 54 pasien IVK C5-C6 yang datang ke RSCM pada periode Januari 2014-Desember 2015. Pasien IVK yang disertai dengan insufisiensi arteri, insufisiensi vena dalam, dan kelainan kulit akibat penyakit kulit primer, keganasan, trauma dieksklusi. Analisis statistik diolah dengan SPSS 21 for windows, untuk menilai keluaran dari terapi definitif berupa angka rekurensi dan lama rawat.
Hasil penelitian: Angka kekambuhan pasien IVK C5-C6 dengan terapi operatif lebih rendah dibandingkan dengan terapi non operatif yakni 7,1 berbanding 30,8 dalam follow up selama 2 tahun dengan nilai p 0,02 dan OR 0,17 95 IK 0,03-0,91 . Lama perawatan rerata pasien IVK C5-C6 pada kelompok terapi operatif selama 10,6 hari dan kelompok non operatif selama 14,8 hari.
Kesimpulan: Angka kekambuhan pasien IVK C5-C6 yang memperoleh terapi definitif operatif lebih rendah dari yang hanya memperoleh terapi non operatif dalam evaluasi selama 1-2 tahun.

Background: Severe degree C5 C6 of chronic venous insufficiency CVI require complex management and bring severe morbidity due to long duration of treatment and high recurrence rate. This leads to high treatment costs and interfered quality of patients life. Management of CVI C5 C6 in developed countries has changed from non operative therapy to operative therapy with non invasive technique, i.e. endovascular treatment. In Indonesia CVI patient characteristics differ from developed countries, where the majority of patients come at advanced stage or C5 C6. This study aims to evaluate the management of CVI C5 C6, both definitive therapy and also wound care techniques, to afford an appropriate treatment in accordance with the characteristics of the patients in Indonesia.
Method: a cross sectional analytic study carried out by taking the total sample of 54 patients who came with CVI C5 C6 to Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of January 2014 December 2015. Those accompanied by arterial insufficiency, deep venous insufficiency, and skin disorders due to primary skin disease, malignancy, trauma were excluded. Statistical analysis is processed with SPSS 21 for windows, to assess the outcome of the definitive therapy in the form of recurrence rates and length of stay.
Results: Recurrence rate of CVI C5 C6 patients with operative therapy is lower than non operative therapy which is 7.1 versus 30,8 in 2 year follow up with p value of 0.02 and OR 0.17 95 CI 0, 03 .91 . The mean treatment duration CVI C5 C6 patients in the operative therapy group is 10.6 days and non operative group is 14.8 days.
Conclusions: Recurrence rate of CVI C5 C6 patients who obtain definitive operative therapy was lower than non operative therapy group in the evaluation for 1 2 years.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yemima Lazurit Abigael
"Latar Belakang: Hipospadia mengenai 18,6 dari 10.000 angka kelahiran di Eropa pada tahun 2001 sampai dengan 2010. Pasien hipospadia ditatalaksana dengan pembedahan. Terjadinya pandemi menurunkan lama rawat inap pada pasien hipospadia, sehingga dapat berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan lama rawat inap dan komplikasi pasca pembedahan hipospadia sebelum dan saat pandemi COVID-19. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain potong-lintang menggunakan dari data rekam medis pasien rawat inap pasca pembedahan hipospadia di RSCM yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak 152 subjek sebelum pandemi (1 Januari 2017 hingga 31 Desember 2018) dan 152 subjek saat pandemi (11 Maret 2020 hingga tanggal 31 Desember 2021). Uji statistik yang digunakan adalah uji T tidak berpasangan untuk lama rawat inap dan uji fishcer untuk komplikasi. Hasil: Rerata lama rawat inap pasca pembedahan pada sebelum pandemi Covid-19 adalah sebesar 4,611 hari dan rerata lama rawat inap pasca pembedahan pada saat pandemi Covid-19 sebesar 3,269 hari (p < 0,001) signifikan. Terdapat perbedaan rerata lama rawat inap sebelum dan saat pandemi Covid- 19. Hubungan antara pandemi Covid-19 dengan komplikasi secara keseluruhan (p = 1,000) tidak signifikan. Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna sebelum dan saat pandemi Covid-19 dengan lama rawat inap pasca tatalaksana pembedahan dan tidak terdapat hubungan bermakna antara sebelum dan saat pandemi Covid-19 dengan komplikasi.

Background: Hypospadias affected 18.6 out of 10,000 births in Europe from 2001 to 2010. Hypospadias patients are treated with disease. The occurrence of a pandemic reduces the length of stay in hypospadias patients, so it can influence the occurrence of complications. Objective: This study aims to analyze differences in length of stay and complications after stopping hypospadias before and during the COVID-19 pandemic. Method: This research is an analytical observational study with a cross-sectional design using medical record data from inpatients after hypospadias stenosis at RSCM who meet the inclusion and exclusion criteria. includes 152 subjects before the pandemic (1 January 2017 to 31 December 2018) and 152 subjects during the pandemic (11 March 2020 to 31 December 2021). The statistical tests used were the unpaired T test for length of stay and the Fishcer test for complications. Results: The average length of stay after surgery before the Covid-19 pandemic was 4,611 days and the average length of stay after surgery during the Covid-19 pandemic was 3,269 days (p < 0.001), which is significant. There is a difference in the average length of stay before and during the Covid-19 pandemic. The relationship between the Covid-19 pandemic and overall complications (p = 1,000) was not significant. Conclusion: There is a significant relationship before and during the Covid-19 pandemic with length of stay after surgical treatment and there is no significant relationship between before and during the Covid-19 pandemic and complications."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"PURPOSE: To evaluate and compare the clinical outcomes and hospital costs of using sutureless aortic valves vs conventional stented aortic valves.
METHODS: Between 2007 and 2011, 52 elderly patients undergoing aortic valve replacement for aortic stenosis in our center had a sutureless valve inserted. From among 180 patients who had a stented valve inserted during the same period, 52 patients were matched to the sutureless group, based on age, gender, and operation type. We compared clinical outcomes and hospital costs between the two groups.
RESULTS: The sutureless group had a higher Euroscore (logistic Euroscore I) risk (12,8 vs 9,7; p = 0,02), with significantly shorter aortic cross-clamp (ACC) time (p<0,01), cardiopulmonary bypass (CPB) time (p<0,01), intensive care unit stay (p<0,01), intubation time (p<0,01), and overall hospital stay (p=0.05). The sutureless group also revealed a significant hospital cost saving of approximately 8200 (p=0,01).
CONCLUSIONS: The clinical and hemodynamic outcomes of using the sutureless bioprosthesis were excellent. The reduced ACC and CPB times had a favorable effect on the duration of intubation and intensive care stay, resulting not only in faster recovery and discharge home, but also in a significant hospital cost reduction."
Tokyo: Springer, 2017
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rafilia Yunitasari
"Penelitian ini membahas tentang proses pemulangan pasien rawat inap dengan pendekatan lean six sigma terhadap pasien dengan metode pembayaran asuransi swasta dan jaminan perusahaan di instalasi rawat inap RS Hermina Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil analisis kegiatan yang tidak memberikan nilai tambah (non value added) sehingga pemborosan (waste) dapat diidentifikasi dan segera dapat diminimalisasi atau dihilangkan. Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Adapun metode penelitian kualitatif dilaksanakan dengan observasi, wawancara mendalam, dan telaah data sekunder. Sedangkan metode penelitian kuantitatif dilaksanakan dengan perhitungan statistik waktu pada proses pemulangan pasien rawat inap. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan time and motion studies, yakni mengukur keahlian dan kecepatan karyawan dalam proses pemulangan pasien rawat inap. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan rata-rata waktu proses pemulangan pasien rawat inap di RS Hermina Bogor adalah 289 menit dengan kegiatan value added 35 menit (12,17%) dan non value added 254 menit (87,83%). Proses yang membutuhkan waktu paling lama terjadi pada cycle LPRWI 1, yaitu 110 menit. Sedangkan proses yang memiliki waste waktu paling lama terjadi pada cycle Administrasi, yaitu 95 menit. Penerapan lean dalam penelitian ini dapat menurunkan presentase kegiatan non value added sebesar 19,31%, yakni menjadi 67,83%.

This research discusses about inpatients discharge process with a lean six sigma approach to patients with private insurance and company guarantees payment methods at the inpatient installation of Hermina Bogor Hospital. The purpose of this research is to get the results of the analysis of non value added activities so that waste can be identified and immediately can be minimized or eliminated. This research is qualitative and quantitative. The qualitative research method is carried out by observation, in-depth interviews, and review of secondary data. While the quantitative research method is carried out by calculating time statistics in inpatients discharge process. This research also uses a time and motion studies approach, which measures the skills and speed of employees in the inpatients discharge process. Based on the results in this research, it was found that the average time of inpatients discharge process at Hermina Bogor Hospital was 289 minutes with 35 minutes (12.17%) value added activities and 254 minutes (87.83%) non value added activities. The process that took the longest time occurs in the LPRWI 1 cycle, which is 110 minutes. While the process that has the longest waste time occurs in the Administrative cycle, which is 95 minutes. Lean application in this research can reduce the percentage of non value added activities by 19.31%, ie to 67.83%."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>