Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Perindustrian, 1982
338.642 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Irsan Azhary Saleh
Jakarta: LP3ES, 1986
338.64 IRS i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suganda
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang proses pelaksanaan kegiatan pembinaan pengembangan bagi industri mebel, yang dilaksanakan oleh Dinas perindustrian perdagangan, dan Koperasi kabupaten Musi Rawas, dan hambatan yang dihadapi oleh industri mebel dalam mengembangkan usahanya, serta upaya yang telah dilakukan oleh dinas dalam membantu mengatasi hambatan tersebut. Penelitian ini penting, mengingat industri mebel telah memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan bagi Kabupaten Musi Rawas. Selain itu dengan berkembangnya industri mebel, dapat membuka lapangan kerja bagi para pengrajin yang tinggal di sekitar lingkungan sentra industri tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menghasilkan data deskriptif, yang diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para informan, observasi, dan studi kepustakaan. Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling, dengan terlebih dahulu menetapkan sumber yang dapat memberikan informasi yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian secara tepat dan mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan yang diikuti oleh para pengrajin, telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sehingga dapat membantu didalam proses produksi pada sentra industri tempat mereka bekerja. Sementara pengusaha sentra industri mebel sendiri, belum mampu menetapkan hasil pelatihan yang diikuti dalam mengelola usahanya. Selain itu pengusaha belum mau mencoba melakukan diversifikasi usaha, untuk meningkatkan nilai tambah sentra industri tersebut.
Adapun hambatan yang dihadapi oleh industri mebel, terutama sentra industri Erlangga dan Aneka Rotan yang menjadi lokasi penelitian, dalam mengembangkan usahanya, antara lain : Pertama, pengusaha kesulitan mendapatkan tambahan permodalan, terutama menyangkut agunan yang harus diberikan kepada pihak bank. Dinas Perindagkop belum mampu membantu pengusaha dalam mendapatkan pinjaman modal usaha, dari lembaga keuangan lainnya, yang tidak meminta agunan. Dinas hanya memberikan pinjaman modal bergulir, untuk membantu pengusaha di bidang permodalan, yang jumlahnya relatif kecil. Kedua, menyangkut pemasaran produk. Kedua sentra industri membel ini, dalam memasarkan produknya hanya terbatas pada wilayah Kabupaten Musi Rawas. Untuk itu dinas, telah mengikutsertakan pengusaha dalam kegiatan festival di Kota Palembang. Akan tetapi kegiatan tersebut belum membuahkan hasil. Ketiga, pengelolaan usaha kedua sentra industri ini masih masih menyatukan antara keuangan usaha dengan keuangan rumah tangga. Dinas telah meberikan pelatihan manajemen sederhana untuk pengusaha, tetapi hasilnya masih tetap sama. Kenyataan ini disebabkan kedua sentra industri ini merupakan usaha keluarga, yang dimiliki secara perorangan, sehingga pengusaha dapat mengambil uang dari keuangan usahanya, untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Berdasarkan kondisi tersebut, ada beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan masukan dalam rangka mengembangkan sentra industri mebel, antara lain :
Pemerintah Daerah kabupaten Musi Rawas, diharapkan dapat mengalokasikan dana dalam APBD untuk pengembangan industri mebel. Tersedianya dana untuk pelatihan, dan biaya operasional bagi pembina agar dapat menjalankan tugasnya.
Dinas Perindagkop Kabupaten Musi Rawas, dapat menfasilitasi suatu hubungan kerja (kemitraan), antara pengusaha lokal dengan pengusaha di luar daerah, sebagai upaya untuk pengembangan industri mebel.
Pengusaha mulai mengembangkan usahanya, dengan lebih berorientasi eksport. Dengan mencari informasi pasar, seperti kualitas produk, dan jenis desain yang sedang digemari oleh konsumen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T7541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruli Nuryanto
"Penulisan tesis ini dilatarbelakangi oleh kenyataan yang terjadi selama ini, bahwa usaha kecil yang secara kuantitatif merupakan bagian terbesar dari pelaku ekonomi di Indonesia belum memberikan kontribusi yang berarti dalam pembangunan nasional. Fenomena ini diyakini oleh banyak kalangan sebagi akibat kebijakan perekonomian yang tidak memihak kepada sektor usaha kecil dan lebih memberi perhatian kepada sektor usaha besar yang jumlahnya kurang dari 0,5 persen dari jumlah seluruh pengusaha di Indonesia. Akibatnya antara lain dapat dilihat dari sumbangan seluruh usaha kecil terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) yang hanya sekitar 40 persen saja. Padahal sektor usaha kecil ini mampu menyerap lebih dari 80 persen tenaga kerja di Indonesia dan relatif lebih mampu bertahan di masa krisis. Khusus untuk sektor industri kecil, pada tahun 1998 hanya mampu memberikan kontribusi kepada PDB Indonesia sebesar 4,49 persen.
Mengingat begitu luasnya cakupan bidang usaha sektor usaha kecil, maka penelitian dalam tesis ini hanya memfokuskan pada usaha kecil di sektor industri pengolahan. Dimana tesis ini mencoba mengidentifikasi dan meneliti kinerja serta karakteristik industri kecil dan rumah tangga baik dari sisi faktor pembedanya maupun dari sisi sifat fungsi produksinya kecil untuk mengetahui sejauh mana posisi industri kecil secara nasional, faktor kelemahannya dan bidang usaha yang potensial untuk dikembangkan maupun kurang potensial bagi industri kecil, dengan menggunakan alat analisis deskriptif, analisis diskriminan dan analisis cobb-douglas.
Dari analisis deskriptif antara lain dapat diketahui bahwa selama krisis jumlah industri kecil mengalami penurunan sebanyak 23 persen, dan nilai outputnya mengalami peningkatan sekitar Rp 17 trilyun, namun peningkatan ini disertai dengan menurunnya nilai tambah terhadap output yang disebabkan meningkatnya nilai input antara lain sebagai akibat kenaikan nilai dollar terhadap rupiah. Selain itu kontribusi industri kecil terhadap industri nasional selama tahun 1991 sampai 1996 relatif masih kecil, yang ditunjukkan dengan persentase nilai output dan nilai tambahnya yang hanya 10 sampai 12 persen. Demikian juga pertumbuhan nilai output dan nilai tambahnya yang lebih lambat dibandingkan industri besar yaitu berkisar 16,67 dan 18,21 persen dibandingkan 18,12 dan 20,02 persen. Hasil lain juga menunjukkan bahwa sektor industri kecil dan rumah tangga lebih bersifat labour intensif yang ditunjukkan antara lain dari pertumbuhan tenaga kerjanya selama tahun 1991 sampai 1996 yaitu sebesar 7,42 persen, lebih besar dari pertumbuhan secara nasional yang 5,0 persen. Walaupun tenaga kerja di sektor industri kecil ini masih didominasi (sekitar 70 persen) oleh sumberdaya manusia yang berpendidikan setingkat SMP ke bawah.
Selama masa krisis, secara umum industri kecil dan industri rumah tangga di semua sektor usaha menunjukkan peningkatan nilai output namun diiringi dengan penurunan nilai tambah per outputnya, kecuali industri kecil di sektor industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31) yang mengalami peningkatan nilai ouputnya tanpa perubahan berarti dalam nilai tambah per outputnya. Sehingga kebijakan pembinaan yang dilakukan pemerintah sebaiknya lebih menekankan kepada kebijakan yang dapat menekan biaya produksi, seperti bantuan penyediaan bahan baku yang murah dan terjangkau serta kebijakan pengenaan tarif listrik minimum.
Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa faktor pembeda yang mempunyai pengaruh sangat besar terhadap kinerja industri kecil dan rumah tangga apabila dibandingkan dengan industri besar dan sedang adalah faktor tenaga kerja. Sehingga pembinaan yang mampu meningkatkan kualitas tenaga kerja di sektor industri kecil dan rumah tangga perlu untuk menjadi perhatian pemerintah, baik melalui pelatihan-pelatihan maupun penumbuhan iklim usaha yang dapat menarik tenaga kerja yang berkualitas untuk bekerja di sektor industri kecil.
Sedangkan dari analisis Cobb-Douglas dapat disimpulkan antara lain bahwa industri kecil di sektor usaha industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC 31), industri tekstil, pakaian jadi dan kulit (ISIC 32) dan di sektor industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabot rumah tangga (ISIC 33) menunjukkan kinerja dan prospek untuk dikembangkan yang relatif lebih baik dari sektor lainnya. Sedangkan bagi industri rumah tangga yang umumnya bersifat decreasing return to scale, pembinaan harus dilakukan dengan lebih hati-hati dan melalui pengkajian yang seksama. Mungkin pembinaan yang dilakukan tidak harus selalu ditekankan kepada upaya untuk mengembangkan mereka menjadi usaha menengah atau besar dengan resiko akan menghadapi persaingan keras dari usaha besar dan sedang yang telah eksis, akan tetapi mengarahkan mereka untuk melakukan usaha di sektor industri yang lebih menguntungkan apabila dikelola dalam skala mikro dan bagaimana agar mereka mampu berusaha secara efisien dalam skala usaha mikro dan menghasilkan produk yang dapat diterima pasar.
Sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa faktor tenaga kerja memang masih merupakan titik lemah kinerja sektor industri kecil dan rumah tangga, yang kemudian menyebabkan kelemahan-kelemahan lain seperti kelemahan dalam mengakses pasar, pengelolaan usaha yang tidak efisien dan profesional, ketertinggalan dalam teknologi produksi, kelemahan dalam memperoleh informasi pasar dan lain-lain. Untuk itu di masa mendatang pemerintah harus lebih sungguh-sungguh dalam melakukan kebijakan untuk meminimalkan kelemahan ini dengan upaya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia industri kecil dan rumah tangga, antara lain melalui berbagai bimbingan dan pelatihan di bidang teknik produksi dan manajemen usaha yang disertai dengan kebijakan pendukungnya seperti, penyediaan pasar bagi produk industri kecil dan penyediaan perangkat peraturan-peraturan yang mendukung bagi penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi industri kecil, serta ditingkatkannya koordinasi yang baik dan terpadu antara instansi pembina, baik di tingkat pusat maupun daerah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T5013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Qadarian Bahagia
"Tesis ini meneliti ketahanan usaha Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga terhadap krisis ekonomi di Indonesia, berdasarkan Survei Usaha Terintegrasi tahun 1999. Ketahanan usaha diukur dengan besarnya proporsi kesulitan usaha di tiap sektor industri. Pengujian hipotesa dilakukan untuk melihat signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan usaha. Faktor faktor yang berpengaruh tersebut meliputi : Jenis kelamin, pendidikan tertinggi yang ditamatkan pengusaha, jenis usaha utama/ kode ISIC, umur pengusaha, jumlah pekerja, omset, asal modal / sumber kepemilikan modal, rata-rata jam kerja per hari dan jumlah hari kerja dalam sebulan, status pelayanan koperasi, status kemitraan/bapak angkat status bantuan usaha, serta status pelatihan pekerja. Hasil uji hipotesa dengan statistik Z dan Chi-kuadrat menunjukkan adanya pengaruh variabel-variabel tersebut dengan ketahanan usaha. Penerapan model log linier digunakan untuk estimasi frekwensi populasi berdasarkan pola asosiasi antar variabel katagorik yakni : status kesulitan usaha, jenis usaha, jumlah pekerja, pendidikan dan jenis kelamin pengusaha. Hasil temuan menunjukkan peranan pengusaha perempuan terhadap ketahanan IKRT."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kapitan, G. L. S.
Jakarta: Pusat Studi Hukum dan Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1977
346.07 Kap m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Kontribusi subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau merupakan penyumbang terbesar Produk Domestik Bruto (PDB) sektor industri pengolahan non-migas Indonesia yaitu sebesar 36,27%. Industri ini mampu menyereap 29,9% tenaga kerja sektor industri. Industri tersebut pada umumnya merupakan industri berskala mikro dan kecil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalsis variabel-variabel yang mempengaruhi pendapatan usaha industri makanan bukan jasa (non-makloon) skala mikro dan kecil. Data yang digunakan bersumber dari Survei Tahunan Industri Mikro dan Kecil (IMK) tahun 2013 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Metode analisis yang digunakan adalah regresi robust karena data menunjukkan terjadinya nilai pencilan (outlier). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah pengeluaran, jumlah tenaga kerja, dan jumlah modal berpengaruh terhadap pendapatan usaha industri makanan non-makloon skala mikro dan kecil. Pengeluaran untuk material memiliki nilai elastisitas lebih besar dibandingkan jumlah tenaga kerja dan jumlah modal. Usaha industri makanan non-makloon skala mikro dan kecil, sebaiknya lebih fokus pada peningkatan bahan baku dan bahan-bahan lainnya yang digunakan untuk keperluan produksi jika ingin meningkatkan pendapatan."
JMSTUT 15:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Idham Darmawan
"Pemberdayaan industri mikro, kecil dan menengah saat ini menjadi pilihan utama pemerintah untuk pengembangan ekonomi lokal dan nasional serta sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan program penanggulangan kerniskinan. Pilihan ini tidak semata didasari dalam konteks makro ekonomi, tetapi lebih mengedepankan potensi sumber daya yang ada untuk dikembangkan sehingga memiliki daya saing dan berhasil dalam mengembangkan usaha di era perdagangan bebas sebagai gejala dari globalisasi. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan mengembangkan sifat eksplanatif sehingga tidak perlu menjawab (membuktikan) hasil penelitian secara kuantitatif tentang faktor-faktor yang dapat menentukan keberhasilan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta; 2) Mengetahui faktor-faktor yang menjadi kendala (hambatan) dan peluang (kesempatan) industri mikro, kecil, dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta; 3) Mengetahui peta potensi sumberdaya yang bisa dimanfaatkan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta; dan 4) Mengetahui kemungkinan-kemungkinan strategi pemberdayaan secara berkelanjutan yang bisa diterapkan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta. Sedangkan metode penelitian ini termasuk kualitatif yang bersifat deskriptif dan eksplanatif sehingga tidak perlu membuktikan kesimpulan yang bersifat kuantitatif serta surnber penelitian dari data penelitian yang tclah dilakukan dart didukung oleh rcferensi-referensi, participant observation, open-ended question, Jbcus group discussion (FGD) dart opinion from the expert.
Diperlukan batasan jelas dalam mendefinisikan industri kecil dan menengah (UU No. 9/1995, Diktum KETIGA Inpres No. 10 tahun 1999, BPS, dan Deperindag), bila perlu ditinjau dari berbagai perspektif perekonomian rakyat untuk menggambarkan caracara atau metode usaha mikro, kecil, dan menengah dalam mengelola usahanya (pengelolaan SDM, keuangan atau permodalan, aset, teknologi, bahan baku, pemasaran, dan lain-lain) dan ekonomi kerakyatan adalah politik ekonomi keberpihakan pemerintah pada usaha-usaha berskala mikro, kecil dan menengah dalam rangka mewujudkan tatanan ekonomi yang lebih beradab dan berkeaditan. Selain itu juga terdapat analisis SWOT, kriteria-kriteria keberhasilan suatu organisasi, konsep dan strategi pengembangan 1KM, serta keberhasilan IKM di luar negeri.
Grambaran umum industri mikro, kecil dan menengah akan ditinjau dan perkembangan kinerja secara makro, penggolongan kesempatan berusaha, dan profil singkat sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta yang diteliti terdiri dari 27 unit usaha yang bergerak di 8 sektor dan tersebar di 9 kecamatan.
Anaiisis dalam penelitian ini meliputi aktivitas ekonomis yang telah dilakukan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta yang dapat menentukan keberhasilan penegmbangan usaha, yang meliputi aspek: status bahan hukum, surat ijin usaha/legalitas, lama usaha, asal, mula usaha, jumlah tenaga kerja, administrasi (produksi, pemasaran, keuangan, dan pegawai), struktur organisasi dan proses pengambilan keputusan, kewirausahaan, pemasaran dan posisi dalam persaingan, pertumbuhan omzet dan return of invesment, teknologi dan pengendalian kualitas produk, sumber modal usaha, bahan baku, pola produksi, jasa produk bank yang digunakan, dan kendala kredit yang dialami,
Kesimpulan dalam penelitian adalah identifikasi faktor faktor yang dapat menentukan keberhasilan industri mikro, kecil, dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta yang diklasifikasi menjadi: 1) Faktor-faktor yang menjadi kekuatan; 2) Faktor-faktor yang menjadi kelemahan; 3) Faktor-faktor yang menjadi kendala (hambatan); 4) Faktor-faktor menjadi kesempatan (peluang); 5) Peta potensi sumberdaya yang bisa dimanfaatkan; dan 6) kemungkinan konsep dan strategi pemberdayaan yang bisa diimplementasikan. Sedangkan saran yang diajukan merupakan langkah-langkah strategis yang diharapkan bisa lebih membantu keberhasilan industri mikro, kecil dan menengah sektor kerajinan di Kotamadya Yogyakarta dalam mengembangkan usaha."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13833
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
[Jakarta]: Yayasan Produktivitas Indonesia, [1992]
338.642 IND (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>