Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23960 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Buckley, Andrew
New York: Routledge , 2006
616.891 4 BUC g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Groves, Patricia
Fontana : Harper Collines Publishers, 1992
362.2 GRO c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Rakhmaningrum
"Pandemi COVID-19 memberikan dampak psikologis pada individu di seluruh level usia termasuk remaja. Di masa ini remaja rentan mengalami distres psikologi yang kemudian dapat berdampak buruk pada kondisi kesehatan mentalnya. Dengan sumber distres yang tidak terhindarkan di masa pandemi ini, kajian untuk melihat faktor protektif yang dapat bertindak sebagai buffer hubungan distres psikologi dengan kesehatan mental remaja dirasa perlu untuk dilakukan. Salah satu faktor yang diduga berperan dalam hal ini adalah resiliensi. Penelitian ini melihat peran resiliensi terhadap hubungan antara distres psikologi dan kesehatan mental pada remaja. Penelitian ini merupakan menggunakan desain korelasional dan kuantitatif dengan teknik non probability sampling dengan target partisipan adalah remaja berusia 11-19 tahun. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner untuk mengukur kesehatan mental (Mental Health Continuum - Short Form), distres psikologi (K10), dan resiliensi (Resilience Scale – 14) secara onlinemelalui google form dengan jumlah sampel yang didapatkan sebanyak 390 orang. Hasil analisis multiple regression menunjukkan bahwa distres psikologi dan resiliensi memiliki sumbangan sebesar 40,5 persen terhadap kesehatan mental remaja setelah mengontrol jenis kelamin, usia, dan domisili. Analisis moderasi menggunakan PROCESS menemukan bahwa resiliensi secara signifikan memoderasi hubungan antara distres psikologi dengan kesehatan mental pada remaja (t = 2,038 dan p = < 0,05).

The COVID-19 outbreak has psychological impact on individuals at all ages including adolescents. At this very time, adolescents are prone to experiencing psychological distress which has a negative impact on their mental health. With a potential source of stress that cannot be avoided during this pandemic, a study to look at protective factors that can act as a buffer for the relationship between psychological distress and adolescent mental health during this pandemic is deemed necessary. One factor presumed to play a role is resilience. The aim of this study is to look at the role of resilience in the relationship between psychological distress and mental health in adolescents. This research uses correlational and quantitative design with non-probability sampling techniques, the target participants are adolescents aged 11-19 years. The research was conducted by distributing questionnaires to assess mental health (Mental Health Continuum - Short Form), psychological distress (K10), and resilience (Resilience Scale - 14) via google form and obtained 390 samples. Multiple regression analysis showed that psychological distress and resilience contributed 40,5 percent to adolescent mental health after controlling for gender, age, and domicile. Moderation analysis using PROCESS found that resilience significantly moderated the relationship between psychological distress and mental health in adolescents (t = 2.038 and p = <0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Kartono
Bandung: Mandar Maju, 2000
362.2 KAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
New York: Harper & Row, 1972
614.5 CHI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Anggara Haidi Abdurachman
"Media sosial telah menjadi platform untuk mengkampanyekan gerakan tertentu dari komunitas dan organisasi. Kesehatan mental adalah salah satu topik hangat yang sering dibahas melalui berbagai strategi teks dan gambar. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pendekatan visual dan tekstual akun Instagram lokal Indonesia dan internasional masing-masing organisasi kesehatan mental, UISehatMental dan mentalhealth.q, melalui analisis kualitatif. Penelitian sebelumnya telah membahas efek media sosial terhadap kesehatan mental dan menggunakan umpan media sosial sebagai sarana untuk mendeteksi masalah kesehatan mental. Namun, media sosial bukan hanya tempat pengguna memposting konten tetapi juga tempat pengguna mengonsumsi postingan yang dibuat oleh orang atau organisasi lain. Penelitian ini mengumpulkan data dari dua akun Instagram organisasi Indonesia dan internasional, masing-masing UISehatMental dan mentalhealth.q, yang menyebarkan kesadaran tentang kesehatan mental yang kemudian dianalisis dengan analisis wacana kritis dan tata bahasa visual untuk memahami berbagai strategi yang digunakan oleh akun tersebut. Penelitian menemukan bahwa akun organisasi lokal menggunakan register dan bentuk teks yang lebih kasual dalam kontennya, yaitu afirmasi dan ajakan bertindak, dan secara keseluruhan menciptakan lingkungan yang ramah di feed mereka. Sebaliknya, akun internasional menggunakan register dan eksposisi yang lebih formal, yang menciptakan lingkungan formal dan lugas dalam menyampaikan pesan mereka. Temuan ini menyiratkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam wacana sosial tentang kesehatan mental antara Indonesia dan dunia internasional.

Social media has become a platform to campaign certain movements from communities and organizations. Mental health is one of the hot topics that are often discussed through a variety of strategies of text and images. This research aims to compare the visual and textual approach of local Indonesian and international Instagram accounts of mental health organizations, UISehatMental and mentalhealth.q respectively, through a qualitative analysis. Previous research have discussed the effects of social media towards mental health and using social media feed as a means to detect mental health issues. However, social media is not only a place where users post contents but also a place where users consume posts made by other people or organizations. This research collects data from two Instagram accounts of Indonesian and international organizations, UISehatMental and mentalhealth.q respectively, which spread awareness regarding mental health that are then analyzed with critical discourse analysis and visual grammar to understand the different strategies used by the accounts. The research found that the local organization account use more casual registers and text forms in their contents, namely affirmations and call to action, and overall create a friendly environment in their feed. On the contrary, the international account uses more formal registers and expositions, which create a formal and straightforward environment in conveying their message. The findings imply that there is a significant difference in social discourse when it comes to mental health between Indonesia and the international world. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Johnnie Susanto
1984
S2364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ning Tias
"Gangguan jiwa merupakan permasalahan yang cukup serius dan telah menjadi tantangan kesehatan global, termasuk Indonesia. Prevalensi gangguan jiwa kian meningkat tiap tahunnya dan sarat kaitannya dengan stigma. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang memahami tentang kesehatan jiwa. Pandemi Covid-19 memperberat masalah kesehatan jiwa di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara tingkat literasi kesehatan jiwa dengan stigma gangguan jiwa pada mahasiswa selama pandemi Covid-19. Total 400 mahasiswa yang berasal dari Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (RIK UI) telah diseleksi menggunakan purposive sampling. Pengambilan data penelitian ini menggunakan instrumen Mental Health Literacy Scale (MHLS) untuk tingkat literasi kesehatan jiwa dan instrumen Peer Mental Illness Stigmatization Scale (PMISS) untuk stigma ganguan jiwa. Hasil analisis univariat menunjukkan 52% responden memiliki tingkat literasi kesehatan jiwa yang baik dan 53,3% responden tidak ditemukan menstigmatisasi terhadap orang dengan gangguan jiwa. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi square memeroleh nilai p=0,000 yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara variabel tingkat literasi kesehatan jiwa dan stigma gangguan jiwa. Penelitian ini merekomendasikan institusi pendidikan untuk turut meningkatkan kualitas pendidikan dengan memfasilitasi pembekalan berupa pelatihan atau seminar guna mengoptimalkan kesadaran akan pentingnya literasi kesehatan jiwa oleh mahasiswa dan hubungannya terhadap stigmatisasi gangguan jiwa. Kemudian, direkomendasikan untuk mengoptimalisasi peran edukasi pada keluarga selaku sumber utama literasi mahasiswa yang ternyata kurang memahami kesehatan jiwa guna menurunkan stigmatisasi gangguan jiwa di lingkup masyarakat. Selain itu, mahasiswa disarankan selektif memilih bacaan literasi kesehatan jiwa di media sosial/media online dengan selalu mengecek kebenaran informasi yang didapat kepada individu yang lebih ahli atau tenaga kesehatan profesional, khususnya literasi terkait kondisi kesehatan jiwa.

Mental disorders are quite serious problems and have become a global health challenge, including Indonesia. The prevalence of mental disorders increases every year, which is also closely related to stigma. It is undeniable that this happens because of a lack of public understanding of mental health. In addition, the Covid-19 pandemic has also triggered an increase in mental health problems in Indonesia The Covid-19 pandemic has exacerbated mental health problems in Indonesia. This study aims to identify the relationship between mental health literacy levels and the stigma of mental disorders in college students during the Covid-19 pandemic. Total of 400 college students from the University of Indonesia Health Sciences Clump (RIK UI) were selected by purposive sampling. The data collection in this study used the Mental Health Literacy Scale (MHLS) instrument for mental health literacy levels and the Peer Mental Illness Stigmatization Scale (PMISS) instrument for the stigma of mental disorders. The results from univariate analysis showed that 52% of respondents have a good level of mental health literacy and 53.3% of respondents are not found to stigmatize people with mental disorders. The results of the bivariate analysis using the chi square test obtained a value of p = 0.000 which indicates a significant relationship between the level of mental health literacy and the stigma of mental disorders. This study recommends educational institutions to participate for improving the quality of education by facilitating debriefing such as training or seminars to optimization awareness of the importance of mental health literacy by college students and its relationship to the stigmatization of mental disorders. Then, it is recommended to optimize education for families as the main source of literacy for college students especially for those who do not understand mental health, so that it is expected to help reduce the stigmatization of mental disorders in the community. In addition, college students are advised to be selective for choosing mental health literacy readings on social media/online media by always checking the truth of information to the expert or health professionals, especially literacy that discusses mental health conditions."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>