Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15670 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Conger, John Janeway
Harper Collins: New York, 1991
155.5 CON a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Schneiders, Alexander A.
Milwaukee: The Bruce, 1960
155.5 SCH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rice, F. Philip
Boston: Pearson, 2008
305.235 RIC a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kurniadami
"Menurut Berkowitz (1993) Perilaku agresif mengacu pada pemakaian kekerasan yang dapat melanggar hak-hak seseorang dan tindakan yang menyakitkan hati. Berdasarkan pemikiran di atas. Berkowitz membagi agresi menjadi dua haggian yaitu agresi instrumental (agresi untuk mencapai tujuan, misalnya mendapatkan kembali objek, hak atau kekuasaan) dan agresi permusuhan yaitu agresi untuk melampiaskan kebencian dengan melukai, menvakiti atau merusak. Perilaku agresif diangaap berbahaya karena dapat menjadi sumber dari timbulnya berbagai kekerasan dari kejahatan di masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perilaku agresif, ditemukan bahwa perkembangan perilaku agresif terjadi sejak masa hayi, dilanjutkan dengan pada masa pra-sekolah. masa usia sekolah_ remaja hingga dewasa. Namun demikian. ditemukan bahwa ada masa kritis dimana perilaku agresif dapat menjadi scbuah kecenderungan yang dapat bertahan sampai masa dewasa. Masa tersebut adalah masa usia sekolah dan remaja ma]. Pada masa usia sekolah, perilaku agresif dapat menjadi sumber kenakalan kronis dan kejahatan pada remaja. Bahkan penelitian dari Leonard Eron menunjukkan bahwa dengan melihat anak pada waktu berusia 8 tahun, maka dapat diketahui seberapa agresif seseorang pada saat dewasa.
Pada saat remaja, perilaku agresif yang belum dapat diatasi. akan semakin iebih berbahaya, karcna dapat melanggar hokum dan rnenjurus pada perkelahian dan tindakan kekerasan. Lebih khusus lagi pada saat remaja awal, dimana terjadi konflik ororitas dan hubungan dengan teman sebaya mengoat. maka bentuk-bentuk perilaku agresif seseorang lebih nyata. Untuk itu usaha untuk menciptakan anak usia sekolah dan remaja awal yang dapat mengendalikan diri sangat penting dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa remaja awal yang dapat mcngendalikan diri, hangat, bertanggung jawab dan bekerja sama akan cenderung bersikap sama hingga 30 tahun kemudian.
Bandura (1973) menyebutkan bahwa perilaku agresif pada usia 8-12 tahun adalah agresi tidak jelas yaitu perilaku mengganggu, berbohong atau merusak benda sedangkan pada usia 12-14 tahun adalah agresi yang bersifat jelas atau berupa tindakan kekerasan seperti berkelahi atau menyerang bahkan mernaksakan perilaku seks pada seseorang. Dengan demikian untuk mernahami pcnyebab perilaku agresif sangat penting untuk mem fokuskan pada pengalaman dan keterlibatan anak dalarn kekerasan pada masa usia sekolah dan remaja awal.
Perilaku agresif ini dipengaruhi oleh banyak hal Sears et. al., (1994) melihat bahwa mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia yaitu proses belajar di masa lalu. penguatan dan imitasi. Ketiga hal ini sangat mcnarik untuk diteliti berkaitan dengan besarnya dampak perilaku agresif pada anak usia sekolah dan remaja awal.
Pcnelitian mengenai perilaku agresif telah banyak dilakukan di negara Barat baik dari segi biologic_ psikologis maupun sosial. Bandura melalui Social learning theory menvehutkan bahwa kondisi lingkungan dan sosial dapat 'mengajarkan' individu menjadi agresif. Hal ini diakibatkan seseorang, mempelajari tingkah laku baru melalui imitasi pada orang lain yang dianggap penting. proses belajar mclalui pengamatan dan pengalaman langsung dan dipertahankan melalui faktor penguat (reward dan hukuman).
Pepler & Slab- (1994) mengatakan bahwa untuk memahami perilaku agresif dan hagaimana mengurangin. a. perk] dipelajari teori belajar sosial atau teori-teori lain yang berpijak pada per uhalusn dan proses perkembangan. Hal ini disebabkan karena teori belajar sosial dan sejenisnya dapat nlengurangi atau mencegah perkembangan perilaku agresif- karena pergerakan dan pencegahan agresi tergantung pada budava dan proses belajar (Weiss et al., dalarn Westen. 1996).
Pada penelitian ini. Suhyek diambil melalui Peer- nomination Leman sekelas, yang diadaplasi dari The Factorial Structure of Aggression and Prosocial Children's Self Report Scale yaitu kuesioner Peer Nomination for Aggression Behavior (PNAB) dari Caprara. Barbararrelli dan Pastorelly (1994). Dari delapan kelas yang tcrpilih (4 kelas anak usia sekolah dan 4 kelas remaja awal yang berada di pusat kola Bogor yang diperkirakan perilaku agresinya tinggi). akhirnya terpilih 8 anak yang dianggap berperilaku paling agresif. Kedekapan anak ini diwawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan.
Mengingat subvek yang terhatas hasil penelitian ini tidak dapat hcrlaku umum. Namun dari penelitian ini diperoleh basil bahwa perilaku agresif pada anak usia sekolah disebabkan oleh kurangnya waktu anak bersama orangtua. jenis kepribadian orangtua yang bersifat mengabaikan atau tidak ingin diganggu atau anak disosialisasikan dengan perilaku agresif dan mendapat pembolehan untuk melakukannya. Sedangkan pada remaja awal perilaku agresif disebabkan oleh kurang hangatnya hubungan dengan orangtua. hukuman yang terlalu berlebihan, pembiasaan hukuman pada waktu kecil, terlalu dimanjakan dan juga diabaikan selain remaja awal sudah mulai mencari figur lain selain orangtua dan melakukan imitasi misalnya pada (man, guru, atau bahkan pada pemain sepak bola dunia.
Selain itu, jika anak terbiasa menjadi korban dari periiaku agresif orangtuanya (dipukul, di(endang dst., atau dihina, diancam dst.). inaka anak juga melakukan hal tersebut kepada lingkungannya. Terbiasa melihat perilaku agresif atau saksi kekcrasan dalam perkawinan juga dapat menyebabkan anak berperilaku agresif. Pada penelitian ini juga ditemukan baliwa tidak selamanya anak memahami kemarahan dan hukuman orangtua. Pada beberapa anak, ia merasa diperlakukan tidak adil karena menyadari kesalahan dan hukuman tidak sebanding. Orangtua sendiri cenderung memberi reward pada perilaku agresif anak bcrdasarkan pemikiran untuk membalas. Pada imitasi. ibu menjadi tokoh yang paling dekat dengan anak. namun perilaku agresif tidak selalu ditiru dari ibu, melaknkan dari ayah, kakek, kakak. Atau teman.
Ketika anak usia sekolah mengalami kekecewaan. semua anak mengatakan akan mengatakan (mengadu) pada ibu meskipun ternyata ibunya tidak dapat menerima pengaduan, entah karena sibuk, tidak mau diganggu atau tidak memahami kebutuhan anak seperti ini. Narnun. pada remaja awal, kekecewaan sudah diatasi sendiri entah dengan marah atau membalas. Bahkan dalam mengekspresikan kemarahan. jika anak usia sekolah rnengaku bentukthya tidak berbeda dengan orangtuanya (seperti yang diajarkan), maka pada remaja. mungkin karena perkembangan sosial mereka. mercka melakukan peningkatan perilaku agresif,
namun disertai dengan alasan sebagai 'iseng'. 'ngasal' atau 'bercanda'.
Saran yang diajukan bagi penclitian yang sama di masa mendatang adalah memperbesar jumlah subyck. sehingga variasi-variasi dari aspek yang berperan dalam pembentukan perilaku agresif dapat tergali dengan baik. Selain itu penelitian juga dapat diarahkan pada scluruh segi perilaku agresif baik verbal. fisik, gesture, perilaku agresif yang dialihkan dan lain-lain, yang dapat dilakukan secara longitudinal. sehingga anak usia sekolah yang menjadi sampel dapat diikuti perkembangannva sampai dewasa yang pada akhirnva dapat menghasilkan seam kesimpulan yang didapat lebih komprehensif. Membuat rancangan program bentuk-hentuk interaksi orang tua-anak, sehingga anak dapat tumhuh dan berkembang secara optimal."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steinberg, Laurence
Toronto: McGraw-Hill, 1999
155.5 STE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Steinberg, Laurence
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], 1993
155.5 STE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Steinberg, Laurence
Boston : McGraw-Hill, 2002
155.5 STE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Steinberg, Laurence
"This text continues to utilize an effective combination of a friendly writing style, thorough research, and a contextual approach that emphasizes adolescence in contemporary society. The text's careful organization ensures maximum teaching flexibility that allows the chapters to work together to be covered in sequence or to stand alone. Ethnicity and minority issues are thoroughly discussed in a way that enables students to see how the adolescent experience is shaped by class and culture. The strong pedagogical framework helps students organize and integrate material. Thoroughly updated to reflect current findings in the field of adolescent development, Adolescence is based on solid research and theory, yet it has a distinctively "real world" feel that emphasizes the reality of being an adolescent in today's society"
New York: McGraw-Hill, 2014
305.235 STE a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ariza Bima Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fenomena keterlibatan pemuda dalam aktivitas kerelawanan sosial pada bidang pendidikan yang di tiga wilayah tertinggal Provinsi Banten. Lingkup pemuda yang diambil dalam penelitian ini adalah mereka yang berada pada organisasi Istana Belajar Anak Banten (ISBANBAN), serta mereka yang pernah, atau sedang mengikuti kegiatan sosial kerelawanan yang diselenggarakan oleh ISBANBAN Foundation. Beberapa teori yang penulis gunakan sebagai acuan dalam penelitian ini antara lain teroi relawan yang dikemukakan oleh Schroeder, teori gerakan sosial oleh Anthony Giddens, teori Tindakan sosial oleh Max Webber teori kepemudaan, teori pendidikan serta Ketahanan Nasional. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Diketahui bahwa alasan yang melatarbelakangi pemuda untuk terlibat dalam aktivisme sosial di Isbanban adalah karena keprihatinan terhadap kondisi Pendidikan di Banten dan juga motivasi pribadi untuk mendapatkan kepuasan atau kebahagiaan secara batin. Sementara itu aktivitas yang dilakukan pemuda melalui aktivisme sosial merupakan bentuk kontribusi masyarakat terhadap Ketahanan Nasional melalui Pendidikan, dimana memperbaiki generasi melalui ilmu akan meningkatkan sumberdaya manusia yang unggul dalam segala aspek ketahanan nasional.

This study aims to analyze the phenomenon of youth involvement in social volunteer activities especially in the field of education in three regions of Banten Province. The scope of youth taken in this study are those in the Istana Belajar Anak Banten (ISBANBAN) organization, as well as those who have participated in, or are currently participating in voluntary social activities organized by the ISBANBAN Foundation. Some of the theories that the author uses as a reference in this research include volunteer work proposed by Schroeder, social movement theory by Anthony Giddens, social action theory by Max Webber, youth theory, education theory and National Resilience. In this study, researchers used qualitative research methods with a phenomenological approach. It is known that the reason behind youth to engage in social activism in Isbanban is due to concern for the condition of education in Banten and also personal motivation to gain inner satisfaction or happiness. Meanwhile, the activities carried out by youth through social activism are a form of society's contribution to National Resilience through Education, where improving generations through science will increase superior human resources in all aspects of national resilience."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Kurniawan
"Penelitian ini menganalisis tentang Indeks Pembangunan Pemuda Theravada Indonesia. Model pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis statistik dekriptif yang terdiri dari analisis ANOVA satu jalur dan analisis frekuensi. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling acak berlapis untuk menentukan jumlah sampel secara proporsional pada 19 Propinsi. Cakupan obyek dalam penelitian ini adalah organisasi pemuda Theravada Indonesia tingkat nasional.
Indikator yang digunakan untuk menghitung indeks terdiri 53 indikator yang dikelompokan kedalam 8 domain. Ke-8 domain tersebut terdiri dari potensi diri, pendidikan, penyimpangan, hubungan pemuda, tenaga kerja, kesehatan, akses media informasi, dan partisipasi pemuda.
Berdasarkan hasil analisis ANOVA satu jalur diperoleh nilai indeks pembangunan Pemuda Theravada Indonesia sebesar 73,3. Nilai indeks tersebut menandakan bahwa pembangunan Pemuda Theravada Indonesia dapat dikategorikan tinggi. Namun upaya peningkatan masih diperlukan untuk mencapai nilai indeks ideal yaitu mendekati nilai indeks maksimum 100. Perbedaan indeks antar Propinsi sebagian besar tidak terlalu nyata, perbedaan nyata hanya terjadi terhadap terhadap beberapa Propinsi saja. Kondisi saat ini, Pemuda Theravada Indonesia memiliki anggota sebanyak 2.100 jiwa yang tersebar di 19 Propinsi, mayoritas berusia 16-30 tahun.
Implikasi teoritis yang muncul dari temuan penelitian ini adalah indikatorindikator terbukti relevan digunakan sebagai alat untuk mengukur indeks pembangunan pemuda Theravada Indonesia. Sedangkan secara praktis temuan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan evaluasi, perumusan strategi dan program pembangunan di PATRIA baik ditingkat pusat maupun daerah.

This study analyzed Youth Development Index of Theravada Buddhism in Indonesia. The model of research approach used in the study is a quantitative approach and descriptive statistical analysis technique that consists of one way ANOVA analysis and frequency analysis. The sampling technique used is stratified random sampling in order to determine the number of samples proportionally throughout 19 provinces. Object scope of this research mainly youth organization of Theravada Buddhism in Indonesia at national level.
The indicators used to calculate the index comprises of 53 indicators which are grouped into 8 domains. The 8 domains as mentioned are consist of self-potential, education, deviation, relationship among youths, labor, health, access to media of information, and youth participation.
Based on the results of one way ANOVA analysis obtained 73,3 of youth Theravada Indonesia development index values. The index value indicates that youth Theravada Indonesia development can be categorized as high. However, efforts are still to be required in order to achieve ideal value that is approaching maximum of 100 index value. The difference index values among Provincial mostly not very significant, noticeable differences seem to be occurred only to some provinces. In the present conditions, Youth Theravada Indonesia has a membership of 2,100 people spreading over 19 provinces and the majorities are between ages of 16-30 years.
The theoretical implications emerged from the research findings are indicators that relevant to be used as a tool to measure youth Theravada Indonesia development index. While in practice the findings from the study can be used as a guideline in conducting evaluation, formulation of strategy and development program of PATRIA both at central and local levels.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>