Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28027 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
cover
cover
cover
cover
Fergy Desi Puspita
"Penelitian ini membahas tentang identifikasi tingkat pengetahuan ibu dan karakteristik lain, pelaksanaan Lima Imunisasi dasar Lengkap anak balita, dan pengaruh karaktristik ibu terhadap pelaksanaan Lima Imunisasi dasar Lengkap anak balita. Sampel penelitian berjumlah 93 orang dengan metode Purposive Sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan instrumen penelitian benipa kuesioner.
Hasil penelitian berdasarkan analisis Chi Square menyimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap pelaksanaan Lima lmunisasi dasar Lengkap (p-vaIue= 0,04; a= 0,05 ) dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap pelaksanaan Lima Imunisasi dasar Lengkap (p-value= 0,035 ; a=0,05).
Hasil penelitian merekomendasikan optimalisasi peran perawat dan kader Posyandu dalam memotivasi dan menjelaskan pentingnya lima imunisasi dasar lengkap pada anak balita.

This research focused on identification of mother level of knowledge and other characteristic along with implementation of Five Complete Basic Immunization for children under tive. A sample of 93 women was selected by Purposive Sampling method. This research is a descriptive correlation interpretive and is using questionnaire as instrument.
The research result is that there is correlation between education level of mother with implementation of five complete basic immunization (p-vaIue= 0,04 ;a= 0,05) and there is correlation between mother level of knowledge with implementation of five complete basic immunization (p-value= 0,035; a=0, 05).
The researcher recommends nurses and cadre Posyandu to motivate and explained the importance of tive complete basic immunization for children under five.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5809
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aniko Prestia Sakti
"ABSTRAK
Pada tahun 2011 pemerintah menetapkan status KLB hepatitis A di Depok
menyusul terjangkitnya sejumlah siswa oleh penyakit hepatitis A. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan praktik
ABSTRAK
pencegahan hepatitis A dengan kejadian hepatitis A pada siswa SMAN 4 Depok
tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
case control study dengan jumlah total responden sebanyak 34 orang dengan
rincian case sebanyak 17 responden dan control sebanyak 17 responden. Sampel
case diambil seluruhnya/total sampling, sedangkan untuk sampel control
dilakukan dengan cara stratified random sampling. Hasil penelitian ini
menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
hepatitis A (OR : 5.958, 95%CI : 1.332 - 26.662), praktik pencegahan hepatitis A
(OR :18.000, 95%CI : 1.929 – 167.986), imunisasi dengan kejadian hepatitis A
(OR : 8.438, 95%CI : 1.457 – 48.851), penggunaan alat makan & minum secara
bersama dengan kejadian hepatitis A (OR : 11.200, 95%CI : 2.204 – 56.925),
konsumsi makanan & minuman secara bersama dengan kejadian hepatitis A (OR :
7.800, 95%CI : 1.687 – 36.062), serta cuci tangan pakai sabun dengan kejadian
hepatitis A (OR : 5.958, 95%CI : 1.332 - 26.662). Disarankan peran aktif petugas
kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan
pengetahuan siswa tentang hepatitis A, pentingnya tindakan primery protection
berupa imunisasi hepatitis A sebagai upaya preventif, dan pengadaan sarana untuk
melakukan cuci tangan pakai sabun, sehingga diharapkan tidak terjadi lagi
outbreak hepatitis A di Depok

ABSTRAK
In 2011 the government confirm outbreak hepatitis A in Depok to follow
spreading some students with hepatitis A. This examination to know association
knowledge, attitude, and hepatitis A preventive practice with outbreak hepatitis A
at SMAN 4 Depok student in 2012. This is quantitative examination with case
control study design. Total responden amount 34 peoples, they are 17 peoples as
case, and 17 peoples as control. Sample the case used total sampling technic, and
control used stratified random sampling technic. The result of examination show
that significant association between knowledge with hepatitis A (OR : 5.958,
95%CI : 1.332 - 26.662), preventive practice with hepatitis A (OR :18.000,
95%CI : 1.929 – 167.986), immunisation with hepatitis A (OR : 8.438, 95%CI :
1.457 – 48.851), used food & drink tools together with hepatitis A (OR : 11.200,
95%CI : 2.204 – 56.925), consumtion food & drink together with hepatitis A
(OR : 7.800, 95%CI : 1.687 – 36.062), and hand washing with hepatitis A
(OR : 5.958, 95%CI : 1.332 - 26.662). Officer is suggesting to actived give health
education in school for increasing student’s knowledge about hepatitis A, more
important primery protection practice as immunisation as preventive practice, and
built tools for hand washing, so that outbreak hepatitis A is no again."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, 2013
614.47 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sang Ayu Made Tjerita
"Pembangunan Kesehatan diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk memecahkan berbagai masalah khususnya masalah kesehatan di masa yang akan datang. Dalam rangka pencapaian ke arah tersebut berbagai upaya telah dilakukan mulai dari pencegahan sampai pada rehabilitasi. Salah satu bentuk upaya pencegahan yang dilakukan yaitu pelaksanaan BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah), karena pelaksanaan imunisasi rutin yang sudah dilaksanakan dirasakan belum memadai dan belum dapat mengeliminir penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi khususnya difteri dan tetanus toxoid. BIAS ini telah dilakukan oleh pemerintah di seluruh Indonesia sejak tahun 1998. Adapun tujuan BIAS adalah untuk memberikan dan meningkatkan kekebalan bagi seluruh siswa SD dan MI untuk melawan penyakit difteri dan tetanus toxoid. Dalam pelaksanaan BIAS ini tidak bisa berlangsung dengan lancar, hat ini tergambar dengan terjadinya beberapa kejadian yang diakibatkan pelaksanaan imunisasi (BIAS).
Kejadian ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) tertinggi dalam pelaksanaan BIAS tahun 1999 untuk Sawa Tengah terdapat di Kabupaten Grobogan yaitu sebanyak 34,4 %, sehingga perlu dilihat penyebabnya. Dari hasil penelitian diketahui salah satu penyebabnya adalah faktor kepatuhan petugas BIAS dalam menerapkan prosedur yang telah ditetapkan.
Penelitian tentang kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP, dilakukan secara cross-sectional dengan sampel sebanyak 102 orang petugas yang diambit secara acak sederhana (simple random sampling) dari 270 orang petugas yang berasal dari 30 Puskesmas yang tersebar di Kabupaten Grobogan.
Untuk mengetahui kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP, dilihat dari faktor internal dan eksternal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari faktor internal, terlihat variabel yang memiliki hubungan yang bermakna adalah pendidikan (p<0,05). Hubungan pendidikan dengan kepatuhan, terungkap bahwa petugas yang berpendidikan medis lebih patuh bila dibandingkan dengan petugas yang berpendidikan nonmedis. Selain itu faktor internal yang memiliki nilai p<0,25, menjadi kandidat model, hal tersebut terlihat pada variabel lama kerja, dimana lama kerja < 7 tahun lebih patuh (1,4 kali) bila dibandingkan dengan petugas yang memiliki masa kerja > 7 tahun. Demikian pula halnya dengan motivasi, petugas yang memiliki motivasi tinggi lebih patuh bila dibandingkan dengan petugas memiliki motivasi rendah. Selanjutnya untuk tingkat pengetahuan, petugas yang memiliki pengetahuan baik, lebih patuh (1,05 kali) bila dibandingkan dengan petugas yang memiliki pengetahuan rendah. Dalam pelaksanaan BIAS ini terlihat pula bahwa pelatihan petugas jarang dilakukan, pahal pelatihan sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas.
Kemudian faktor eksternal yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap kepatuhan adalah jabatan petugas. Disini terlihat bahwa petugas yang memiliki jabatan paramedis lebih patuh (3 kali) bila dibandingkan dengan petugas yang memiliki jabatan non paramedis. Seperti halnya faktor internal, pada faktor eksternal terdapat juga variabel yang memiliki nilai p< 0,25 yaitu sumber daya yang menjadi kandidat dalam model.
Hasil menunjukkan bahwa dengan sumber daya yang cukup, petugas lebih patuh bila dibandingkan dengan sumber daya kurang. Selanjutnya dilihat dari kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP, kepatuhan yang terbaik terjadi pada penanganan vaksin sedangkan kepatuhan yang paling rendah terjadi pada proses sterilisasi.
Melihat hasil di atas, pada pelaksanaan BIAS yang akan datang perlu ditinjau kembali adanya alokasi biaya untuk pelatihan petugas imunisasi khususnya agar pengetahuan dan keterampilannya meningkat serta didukung dengan tenaga medis untuk menghindari terjadinya KIPI.
Daftar bacaan : 32 (1979 --- 1999)

Factor related with Officer Obedient on Immunization Program Operational Standard (BIAS Implementation in Grobogan District, Central Java) Year 1999The health development are directed to improve human resources quality capable to dissolve many kind of problems specially in coming years. To fulfill those direction, step are taken from prevention to rehabilitation. One of the anticipation is BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah; School Children Immunization Month, 5C1'N), because of the routine immunization program is not quite proper to eliminate disease specially difteri and tetanus toxoid. SCIM are implemented all over Indonesia by the Indonesian government since 1998. The goals of SCIM is to give and improve immunity on School children to fight against difteri and tetanus toxoid. In implementation of SCIM there are some point where it didn't work well specially in immunization procedure implementation.
The highest Kejadian Ikutan Pasca imunisasi (KIPI; Post Immunization Succeed Event, PISE) in 1999 SCIM implementation on Central Java is Grobogan for 34.4 %, therefore we have to find the problem. From research , we found out that one of the motive is SCIM officer Obedient factor on implementing the standard procedure.
The research on officer obedient in implementing SOP, are held with cross-sectional and samples of 102 officer randomly pick (simple random sampling) from 270 officer of 30 Puskesmas (Public Health Center) scattered in Grobogan.
To find out Officer Obedient in SOP implementation, are divided into internal and external factor. The research shows that the significant related variable is education (p<0,5). Relation between Education and Obedient is that officers with medical education background are more obedient than those who didn't have any medical education background.
Beside that internal factor which own value of p<0.25, become model candidate, it shows on work experience variable, where experience <7 years are more obedient (1.4 more) if compared to officer with experience more than 7 years. Also in motivation, where officer with higher motivation are more obedient than those with lower motivation. Officer with good comprehension, are more obedient (1.05 times) if compared to those with lower comprehension. In SCIM showed that officer training are seldom although training is very important to improve officer comprehension and skill.
External factor that related to Obedient is Officer ranking. Officer with paramedical rank are more obedient (3 times) compared to officer with non paramedical rank. Like internal factor, external factor also have variable with value of p
The result of these research shows that to implement SCIM we have to allocate some cost to train officer specially comprehension and skill improvement with medical officer support to avoid PISE.
List of Literature : 32 (1979 -1999)"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>