Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29153 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Ditjen PPM & PLP Direktorat Penyehatan Air, 1992
628.11 IND p II
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Anindya Hapsari
"Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva karena mikroorganisme, aler-
gi, atau bahan kimia. Total kasus konjungtivitis dan gangguan konjungtiva
di Indonesia (2009) sekitar 73%. Konjungtivitis terjadi karena infeksi
mikroorganisme merupakan penyakit menular yang terjadi lewat kontak
langsung atau barang penderita. Sebagian besar penderita konjungtivitis
adalah anak-anak yang umumnya tertular dari teman di sekolah, tempat
bermain, atau bimbingan belajar. Data Puskesmas Trowulan Mojokerto me-
nunjukkan kenaikan jumlah siswa sekolah dasar penderita konjungtivitis
meliputi 3% (2009), 4% (2010), 7% (2011), dan 9% (2012). Cara termudah
mencegah penularan konjungtivitis adalah mencuci tangan dengan sabun.
Guru sebagai wakil orang tua di sekolah dan idola anak diharapkan berper-
an dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan
dengan sabun. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan
konjungtivitis guru kelas sekolah dasar dengan pemberian pendidikan ke-
sehatan tentang mencuci tangan dengan sabun pada peserta didik. Desain
penelitian adalah potong lintang, penarikan sampel dengan purposive sam-
pling. Sampel penelitian adalah seluruh guru kelas sekolah dasar di wilayah
kerja Puskesmas Trowulan. Penelitian menemukan 80 responden (59,7%)
berpengetahuan kurang dan berperilaku negatif atau tidak memberikan
pendidikan kesehatan terhadap peserta didiknya. Ditemukan hubungan
yang bermakna pengetahuan konjungtivitis pada guru kelas sekolah dasar
dengan pemberian pendidikan kesehatan tentang mencuci tangan dengan
sabun pada peserta didik.
Conjunctivitis is conjunctiva?s inflammation by microorganisms, allergy, or
chemicals. Total conjunctivitis and conjunctiva disorders? cases in Indonesia
(2009) is 73%. Conjunctivitis caused by infection is infectious that transmit-
ted through direct contact or contaminated goods. Most conjunctivitis pa-
tients are children. They mostly caught from friends at school, playground,
Pengetahuan Konjungtivitis pada Guru Kelas dan
Pemberian Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan pada
Siswa Sekolah Dasar
Konjunctivitis Knowledge Classrooms? Teachers and the Granting of Health
Education About Hand Washing in Elementary Schools? Students
Anindya Hapsari* Isgiantoro**
or tutoring. Trowulan Public Health Center?s data indicates increasing num-
ber of conjunctivitis at elementary school?s students, namely 3% (2009), 4%
(2010), 7% (2011), and 9% (2012). The easiest way preventing spreading
is washing hands with soap. Teachers as representatives of parents and
students? idols are expected to give health education about hand washing
with soap. This study aimed to analyze the relationship of conjunctivitis
knowledge of elementary schools? classrooms? teachers with the granting of
health education about hand washing with soap on students. Study design
was cross sectional with purposive sampling technique. Sample used are
all elementary schools? classrooms? teachers at Trowulan Public Health
Service?s district. Research finds 80 respondents (59,7%) less knowledge-
able and behave negatively or not provide health education to their stu-
dents. The conclusion is there is a meaningful relationship between con-
junctivitis knowledge of elementary schools classrooms? teachers with the
granting of health education about hand washing with soap on students."
Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Keolahragaan, *Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Ilmu Kesehatan, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 1992
R 615.547 IND p II
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhi Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran wilayah kualitas air tanah dangkal parameter pH, DHL dan TDS menurut baku mutu dalam Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1990, serta untuk menggambarkan perbedaan dan persamaan kualitas air tanah dangkal berdasarkan pasang surut, jarak dari sungai dan jarak dari laut. Pengukuran parameter penentu kualitas air dilakukan di lapangan pada bulan Agustus 2006.
Hasil penelitian menunjukan Pola persebaran wilayah kualitas air tanah dangkal parameter pH, DHL dan TDS di sepanjang Kali Bekasi dan Cikarang Bekasi Laut (CBL) menunjukan kecenderungan makin dekat dengan laut (utara) kualitas air tanahnya relatif semakin buruk, sedangkan makin dekat dengan sungai (tanggul sungai) cenderung akan semakin membaik. Tidak ada pengaruh jarak dari sungai terhadap nilai pH, DHL dan TDS. Jarak dari laut berpengaruh terhadap nilai DHL dan TDS dengan angka korelasi R = 0.7, namun tidak berpengaruh terhadap nilai pH. Pasang surut Kali Bekasi dan saluran CBL mempengaruhi perubahan kualitas air tanah dangkal parameter pH, DHL dan TDS, saat pasang kualitas air tanah dangkal cenderung lebih buruk dibandingkan saat surut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S34013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Ruth Maharini
"Rumah Pemotongan Hewan (RPH) di Indonesia seringkali belum memenuhi standar operasional, higienis dan sanitasi yang berlaku. Dengan demikian, hal tersebut dapat menimbulkan risiko pencemaran udara mikrobiologis oleh bakteri dan jamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara mikrobiologis pada RPH, serta pengaruh parameter fisik lingkungan dan jumlah hewan ternak terhadap konsentrasi mikroba di udara dengan parameter bakteri, jamur, dan bakteri E. coli. Pengambilan sampel udara mikrobiologis dilakukan sebanyak 5 kali. Sampel diambil diambil menggunakan alat EMS Bioaerosol Sampler, dengan menggunakan media TSA untuk bakteri, media MEA untuk jamur, dan media EA untuk E. coli, serta dilakukan secara triplo. Kemudian, hubungan antara jumlah hewan ternak dalam kandang hewan dan konsentrasi mikroba di udara akan dianalisis menggunakan uji statistik parametris dengan uji korelasi. Hasil pengukuran sampel menunjukkan konsentrasi bakteri dan jamur yang sebagian besar belum memenuhi baku mutu indoor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405/Menkes/SK/XI/2002, sementara baku mutu outdoor Polish Standard PN-Z-04111-02:1989 telah terpenuhi pada dua lokasi outdoor. Konsentrasi mikroba indoor rata-rata 2.565 CFU/m3 dan seluruh lokasi tidak memenuhi baku mutu, dan konsentrasi mikroba outdoor rata-rata 2.983 CFU/m3 . Hasil korelasi statistik menunjukkan korelasi yang kuat antara peningkatan jumlah hewan ternak dengan konsentrasi mikroba di udara dengan nilai korelasi rata-rata diatas 0,5.

Abattoirs (RPH) in Indonesia often do not meet operational standards, hygienic and sanitary regulations. Thus, it can pose a risk of microbiological air contamination by bacteria and fungi. This study aims to determine the microbiological air quality at the abattoir, also the influences of the physical parameters of the environment and the number of cattle on the concentration of airborne microbes with the parameters of bacteria, fungi, and E. coli. Microbiological air sampling was performed 5 times. Samples were taken using EMS Bioaerosol Sampler, using medium TSA for bacteria, MEA medium for fungi, and EA medium for E. coli, the samples were taken in triplo. Then, the correlations between the number of cattles and microbial air concentration were analyzed with statistic parametric test using the correlation test. The samples measurement showed that most of the concentrations of bacteria and fungi haven?t meet the indoor microbial air quality standard (Kemenkes No. 1405/Menkes/SK/XI/2002) and outdoor microbial air quality standard (Polish Standard PN-Z-04111-02: 1989) that has been fulfilled by two outdoor locations, with the average concentration of indoor microbial air concentration at 2.565 CFU/m3, and the average of outdoor microbial air concentration at 2.983 CFU/m3. Statistical correlation analysis showed a strong correlation between the increase of the number of cattles along with microbial air concentration by the average correlation values of above 0.5."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Baskoro T. Satoto
"Perubahan lingkungan memengaruhi hidup dan transmisi virus dengue dalam tubuh nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh suhu, kelembaban udara (RH), terhadap transmisi virus DEN-2 pada nyamuk Aedes aegypti. Studi eksperimental dengan desain pre dan post tes control group dilakukan di laboratorium pusat kedokteran tropis, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada kelompok Ae. aegypti betina umur 7 hari (F0). Virus DEN-2 diinfeksikan secara transovarial cara membran oral sampai generasi F2. Kelompok lain sebagai kontrol di inkubator temperatur dan suhu tertentu, waktu tertentu, jumlah telur yang dihasilkan, yang menetas dan mengandung virus dicatat. Hasil penelitian menemukan indeks transmisi transovarial generasi F0 dan F1 selama 14 hari masa inkubasi adalah 93,3% dan 82,2%, laju tetas telur dari nyamuk F0 yang terinfeksi dan tidak terinfeksi masing-masing 68% dan 85%, sedangkan laju tetas telur dari nyamuk F1 yang terinfeksi dan tidak terinfeksi masing-masing 72,6% dan 76%. Pada tiga kondisi ruang uji, nyamuk berumur 7 hari dalam ruang gelap dan lembab menghasilkan telur paling banyak dibandingkan pada kondisi normal dan pada inkubasi tanpa CO2. Nyamuk umur 14 hari menghasilkan telur tertinggi dalam ruang gelap dan lembab, dibandingkan pada kondisi ruang normal dan dalam inkubasi tanpa CO2. Virus DEN-2 dapat menginfeksi Ae.aegypti secara transovarial dengan laju infeksi lebih tinggi pada F0 daripada F1. Suhu dan kelembaban mempengaruhi kemampuan produksi telur Ae. aegypti untuk hidup dan tumbuh.

Environmental changes influenced survival life and virus transmission of dengue virus (DEN) in a mosquito. The purpose of the present study was to define DEN-2 virus transmission dynamic and effect of temperature, relative humidity (RH), and DEN-2 virus infection on viability of Aedes aegypti (Ae.aegypti). This experimental study with pretest-posttest control group design was conducted at the Laboratory of Center for Tropical Medicine, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University (UGM), Yogyakarta. Seventh-days old female Ae. aegypti (F0) were infected DEN-2 via oral membrane and kept until F2 generation by transovarial transmission, number of eggs produced and hatched was recorded. After 14-day incubation was found that transovarial transmission rate of DEN-2 virus infection in F0 and F1 were 93.3% and 82.2%, respectively. Egg production, hatching rates from infected and uninfected mosquitoes F0 were 68% and 85%; and F1 were 72.6% and 76%, respectively. At defined room condition tests, 7 day adult mosquitoes in dark and humid environment produced highest number of eggs, compared normal environment and in incubated without CO2. In fourteenth day old mosquitoes at dark and humid produced highest number of eggs, compare normal environment condition, and in incubated without CO2. DEN-2 virus was able to infect Ae. aegypti by transovarial transmission where the infection rate in F0 was higher than F1 generation. Temperature and humidity affected the ability of Ae. aegypti eggs to live and grow to adulthood."
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, Fakultas Kedokteran, Pusat Kedokteran Tropis, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
; Anggi Sukma Dewi; Anggi Sukma Dewi
"Memiliki hewan pendamping atau companion animal mengalami tren kenaikan pada setiap tahunnya. Selaras dengan hal tersebut maka terdapat potensi adanya permintaan yang tinggi terkait fasilitas untuk menunjang kebutuhan hewan pendamping. Salah satu dari fasilitas penunjang kebutuhan hewan yaitu animal boarding atau tempat penitipan. Terdapat potensi ancaman polutan pada fasilitas penunjang kesehatan hewan seperti  patogen zoonosis, zat alergen, potensi meledaknya jumlah okupan sebagai penghasil polutan karbon dioksida (CO2), dan polutan dari gas amonia yang disebabkan oleh perilaku spraying dari companion animal. Di beberapa tempat, hampir setengah dari pekerja yang bekerja di fasilitas hewan telah dilaporkan mengalami gejala terkait alergi seperti rhinitis, konjungtivitis, asma, urtikaria kontak, dan jenis dermatitis alergi lainnya. Karena adanya potensi tercemarnya udara ruang dalam pada animal boarding dari polutan-polutan berbahaya, sistem penjernihan udara banyak diaplikasikan pada ruangan-ruangan yang rentan terhadap polutan di animal boarding. Dengan demikian, penelusuran mengenai mekanisme penjernihan udara pada animal boarding sangat menarik dilakukan.

Having a companion animal experiences an increasing trend every year. The number of pets worldwide has also been systematically increasing since 2010. Over the past 10 years, the pet population has grown. In line with this, it can be ensured that there is a high demand for facilities to support the well-being and health of companion animals. The presence of pollutants is one of the factors that affect Kualitas Udara Ruang Dalam. There is a potential threat of pollutants in animal  facilities such as zoonotic pathogens , allergenic substances, the potential for an increase in occupant numbers leading to carbon dioxide (CO2) emissions, and pollutants from ammonia gas caused by spraying behavior from companion animals. In some places, almost half of the workers in animal facilities have reported allergy-related symptoms such as rhinitis, conjunctivitis, asthma, contact urticaria, and other types of allergic dermatitis. Due to the potential air contamination in animal boarding from harmful pollutants, air purification systems are widely applied in rooms susceptible to pollutants in animal boarding. Therefore, exploring the mechanisms of air purification in animal boarding is highly interesting to be conducted."
[Depok;Depok;Depok;Depok, Depok]: [Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia;Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Fakultas Teknik Universitas Indonesia], 2023
S-pdf;S-pdf;S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanto
"ABSTRAK
Fungsi utama ventilasi, memastikan kondisi higienis dan nyaman. Tanpa ventilasi, bangunan tempat tinggal akan terkontaminasi bau yang tidak sedap dan kontaminan lain juga kondisi dalam ruangan akan menjadi panas. Peningkatan humiditas yang disebabkan dari sumber humiditas interior seperti penghuni, kegiatan mencuci pakaian, aktifitas dapur dan tanaman akan menyebabkan resiko humiditas (dinding berjamur). Tujuan dari sistem ventilasi mengeliminasi kontaminan yang berasal dari aktifitas penghuni juga yang berasal dari gedung hunian itu sendiri. Oleh karena itu pembaharuan udara pada bangunan tempat tinggal menggunakan unit Ventilasi Mekanik Kontrol yang terdiri atas lubang inlet udara utama (ruang tamu dan kamar tidur) juga lubang outlet udara yang terletak pada dapur dan kamar mandi) juga ekstraktor yang mengeluarkan udara kotor keluar rumah.
Informasi lain yang berkaitan dengan ventilasi dan kualitas udara interior akan digunakan dalam laporan ini.
Kami akan membandingkan model ventilasi mekanik insuflasi dan ventilasi mekanik aliran sedrhana hygro, untuk rumah hunian komplek Belon di Mériadec, Perancis. Kondisi yang aktual disana telah terpasang sistem ventilasi mekanik ventilasi mekanik aliran sederhana hygro, kemudian dalam masa periode pengukuran, dilakukan juga simulasi dengan bantuan CONTAM, untuk kondisi ventilasi mekanik aliran sederhana hygro. Dalam simulasi kita gunakan kondisi polutan yang homogen ; formaldehyde, yang disekenariokan dilepas pada salah satu ruangan ; kamar tidur 1, selanjutnya kita akan observasi kandungan formaldehyde tersebut pada bagian ruangan lainnya dalam rumah hunian. Langkah terakhir, membandingkan hasil simulasi antara kondisi di Perancis dengan kondisi di Depok, Indonesia, dengan menggunakan model simulasi yang sama.

ABSTRACT
The basic function of ventilation is to ensure hygiene and comforts satisfactory. Without ventilation, apartment buildings are exactly contaminated by odors and other contaminants, also in the dirty condition will be warmer. Increased humidity can be caused by the source of indoor humidity as occupants, laundry, kitchen and plants, and also will increase the risk of moisture (example, mold growth and other effects). The purpose of ventilation is to remove the contaminants being generated by both human activities and the building itself. In this respect then ventilation housing by Controlled Mechanical Ventilation based on a simple principle: it is to provide the flow of fresh air required to meet the needs of the building and tenants (health, safety, limiting condensation) while minimizing energy costs and respecting occupant comfort (noise, air velocity). The system is mainly composed of VMC vents air intakes main rooms (bedroom and living room), the exhaust vents in the service rooms (kitchens and bathrooms) and extractors that generate circulation air within the housing.
A state of the art concerning ventilation and indoor air quality is the subject of this report the internship.
We will compare the VMI model between VMC and simple flow hygro B, Belon House at Mériadec, France. There, in that house mechanical ventilation system installed by VMC Simple hygro flow, then during the activity measurement, we made the CONTAM simulation for the case under mechanical ventilation hygro single stream B. In the simulation, adding pollution homogeneous formaldehyde, in a part of the house; room 1, then we will observe the content of formaldehyde in this room to the parts of the house. The final step, comparing the simulation results between conditions in France with conditions in Depok, Indonesia, using the same simulation model."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T32984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>