Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Goleman, Daniel
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1999
152.4 GOL k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Goleman, Daniel
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 1999
152.4 GOL wt (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Goleman, Daniel
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002
152.4 GOL k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Citro W. Puluhulawa
"Sebagai pendidik professional guru dituntut memiliki seperangkat kompetensi dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial guru yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam bersikap obyektif, inklusif, dan tidak diskriminatif, santun baik dalam perkataan maupun perbuatan, mampu berkomunikasi baik secara lisan, tulisan dan isyarat, menjalin hubungan dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar serta mampu beradaptasi dengan komunitas masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kompetensi sosial guru. Berdasarkan hasil analisis regresi, ditemukan adanya hubungan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kompetensi sosial guru. Hal ini mengandung arti bahwa semakin baik kecerdasan emosional dan spiritual guru, semakin baik dampak yang dihasilkan dari peningkatan kompetensi sosial guru.

Teacher as a professional educational is demanded to have a set of competence in carrying out the daily tasks. One of the competences is social competence. The social competence of teachers is that teachers have an objective, inclusive and non discriminative attitude, well-mannered eitherin speech or in act, capable in communicating verbally, writtenly and gesture. In addition, teachers have to coordinate with the students, other fellow teachers, educational staff, student?s parents as well asthe society. They must also be able to adapt with the community. This study aims to determine the relationship between emotional intelligence and spiritual intelligence work with the social competence of teachers in Vocational Schools of Gorontalo City. The result of multiple correlation coefficient which showed between emotional intelligence and spiritual intelegence toward social competence. This means that the better the emotional and spiritual intelligence of teacher, the better the effect of the social competence of teachers will be."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Paskah Ika Nugroho
"Auditor is an independent party that examines and assesses whether the financial statements are presented fairly in accordance with generally accepted accounting principles and then provides an opinion on these financial statements. This study aims to determine whether there is significant influence of emotional intelligence to auditor professionalism in the public accounting firms located in Semarang. The concepts used in this study include the concept of emotional intelligence which is the independent variable and the concept of professionalism as the dependent variable. Samples are collected by using accidental sampling method and 72 samples are gathered. This study uses a simple regression analysis. The results of this study proved empirically that there is significant influence of emotional intelligence to professionalism. The higher the level of auditor’s emotional intelligence means high professionalism of the auditor."
Pusat kajian pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kristen Wira Wacana Sumba, 2012
330 JEBK 1 (2) 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Citro W. Puluhulawa
"Teacher as a professional educational is demanded to have a set of competence in carrying out the daily tasks. One of
the competences is social competence. The social competence of teachers is that teachers have an objective, inclusive
and non discriminative attitude, well-mannered eitherin speech or in act, capable in communicating verbally, writtenly
and gesture. In addition, teachers have to coordinate with the students, other fellow teachers, educational staff, student’s
parents as well asthe society. They must also be able to adapt with the community. This study aims to determine the
relationship between emotional intelligence and spiritual intelligence work with the social competence of teachers in
Vocational Schools of Gorontalo City. The result of multiple correlation coefficient which showed between emotional
intelligence and spiritual intelegence toward social competence. This means that the better the emotional and spiritual
intelligence of teacher, the better the effect of the social competence of teachers will be.
Sebagai pendidik professional guru dituntut memiliki seperangkat kompetensi dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial guru yang dimaksud
adalah kemampuan guru dalam bersikap obyektif, inklusif, dan tidak diskriminatif, santun baik dalam perkataan
maupun perbuatan, mampu berkomunikasi baik secara lisan, tulisan dan isyarat, menjalin hubungan dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan masyarakat sekitar serta mampu beradaptasi
dengan komunitas masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional
dan kecerdasan spiritual dengan kompetensi sosial guru. Berdasarkan hasil analisis regresi, ditemukan adanya hubungan
antara kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual dengan kompetensi sosial guru. Hal ini mengandung arti bahwa
semakin baik kecerdasan emosional dan spiritual guru, semakin baik dampak yang dihasilkan dari peningkatan
kompetensi sosial guru."
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Lukman
"Setiap organisasi/instansi baik itu swasta maupun pemerintah selalu mengharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga mampu meningkatkan pelayanan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Seperti halnya Lembaga Pemasyarakatan (selanjutnya disebut Lapas) dan Rumah Tahanan Negara (selanjutnya disebut Rutan) merupakan instansi pemerintah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan (selanjutnya disebut Warga Binaan Pemasyarakatan disingkat WBP).
Kesuksesan pembinaan sangat bergantuug dari beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh integritas sumber daya manusianya (petugas). Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas diperlukan proses pembelajaran dalam program pelatihan. Pengembangan petugas yang sudah ada jauh lebih efektif daripada merekrut dan mendidik karyawan baru. Pelatihan merupakan alternatif yang paling menguntungkan (Baker, 2003).
Permasalahan yang diusung dalam penulisan tugas akhir ini adalah tentang rancangan program pelatihan terhadap petugas Lapas/Rutan dengan meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan salah satu jenis pelatihan dalam bidang kajian perubahan sikap dan perilaku.
Dari hasil telaahan selama melakukan analisa kebutuhan, penulis menganggap ini penting karena petugas (petugas pengamanan) selama melaksanakan tugasnya seringkali terbentur dengan ketidakmampuan petugas dalam mengendalikan emosi sehingga cenderung melakukan kekerasan. Untuk itu, pelatihan ini diharapkan mampu membangun sebagian dari kompetensi petugas dalam menghadapi segala pennasalahan yang ada di Lapas / Rutan sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cooper, Robert K.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998
658.409 COO e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cooper, Robert K.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000
658.409 COO et
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hidayat
"Tema penelitian ini berangkat dari ketertarikan peneliti terhadap hasil penelitian sebelumnya oleh Molina (2006) yang menungkapkan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang mengikuti program homeschooling ternyata kurang optimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti memiliki asumsi awal bahwa jika interaksi sosial dengan teman sebaya kurang optimal, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kecerdasan emosionalnya. Penelitian ini kemudian dilakukan untuk meneliti perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang mengikuti program homeschooling dengan remaja yang mengikuti sekolah formal biasa. Untuk mengetahui skor kecerdasan emosional dari kedua kelompok yang diteliti maka digunakanlah alat ukur Inventori Kecerdasan Emosional yang dikembangkan oleh Lanawati (1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan skor kecerdasan emosional yang signifikan antara remaja yang mengikuti program homeschooling dengan remaja yang mengikuti sekolah formal biasa. Perbedaan skor tersebut jika dilihat dari nilai rata-ratanya, maka diperoleh data bahwa skor kecerdasan emosional remaja yang mengikuti program homeschooling secara umum lebih rendah dibandingkan dengan yang mengikuti sekolah formal biasa. Selanjutnya melalui penelitian ini juga didapatkan hasil berupa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada dimensi social skills diantara kedua kelompok yang diteliti.

This theme come from researcher interest to the result of previous research by Molina (2006) that social interaction in adolescent who followed homeschooling programme were not optimal. Based on it, researcher assume that if the social interaction were unoptimal and so the emotional intelligence. The research objective is to find out the difference of emotional intelligence between homeschooled adolescent and formal schooled adolescent. This reseach used Emotional Intelligence Inventory developed by Lanawati (1999) to score.
The result shows that there were significant differentiation between homeschooled adolescent and formal schooled adolescent. According to the average score, the homeschooled adolescent score is lower than formal schooled adolescent score. Another result is that there is no significant differentiation in social skill dimentions between the two groups.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>