Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155996 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Triana Wulandari
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2001
320.958 8 TRI s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kim, So Yeon
"Judul tesis ini adalah Makna dan Kelerbatasan Sarekat Islam dalam Pergerakan Nasional. Oleh karena tesis ini bertujuan mencari makna dan keterbatasan Sarekat Islam. Dari dua faktor tersebut kita dapat mengetahui faktor yang harus dipelajari dan faktor yang harus diatasi.
Tesis ini dimulai dengan dua pertanyaan yang sederhana sebagai berikut; Mengapa Sarekat Islam mendapat perhatian dan dukungan yang besar dari rakyat pada zaman itu? Kemudian, pada awalnya Sarekat Islam berkembang dengan pesat, tetapi mengapa semakin melemah?
Sarekat Islam sebagai upaya perorangan secara jelas menampakkan kolektifitas tertentu. Maka, dalam thesis ini digunakan teori Collective Action. Organisasi tersebut dijadikan alat sebagai agency untuk mobilisasi dengan cara mengarahkan tenaga dan dana. Inilah yang disebut Mobilization Model. Oleh karena mobilisasi selalu berlangsung dalam struktur sosial tertentu, maka hubungan dengan kelompok-kelompok lain dalam masyarakat sangat penting, termasuk pihak pemerintah. Dalam kaitan ini digunakan Polity Model.
Metoda penelitian yang digunakan adalah metode sejarah, sebagai berikut; Heuristik, penulis menghimpun data, yakni sumber primer Mimbar dan berbagai buku-buku yang relevan. Kritik, yakni menilai sumber yang telah terkumpul, apakah dapat dibantu dalam tulisan saya, Interpretasi, menafsirkan sumber atau fakta dengan paradigma umum. Historiografi, yakni menyusun ke dalam penulisan ini secara logis, sistematis dan ilmiah.
Sarekat Islam adalah contoh amat berharga bagi bangsa Indonesia. Dengan menarik pelajaran dari Sarekat Islam dapat mengembangkan kemampuan bersatu dan melaksanakan cita-cita. Akan tetapi, dari kegagalan Sarekat Islam dapat dipelajari juga agar tidak terjadinya kesalahan masa lampau. Selain itu, jika dihubungkan dengan zaman sesudahnya organisasi Sarekat Islam mempunyai peranan penting dalam munculnya organisasi-organisasi ke-Islaman lainnya sampai saat ini. Kalau melihat dari sudut pandang positif, Sarekat Islam memperkuat kemampuan politik dalam Islam, tetapi terpusatnya kepemimpinan pada beberapa tokoh-tokoh organisasi masih cenderung terlihat dalam organisasi-organisasi Islam zaman kini juga."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T10714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suradi
Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1997
320.54 SUR h (1);923.292 S 438 h (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Nur Alam
"Sarekat Islam mulai tumbuh di Priangan pada tahun 1913 Kehadiran Sarekat Islam di tanah Priangan disambut gembira oleh kalangan kelas menengah, selain itu berkembangnya Sarekat Islam di Priangan menjadi begitu fenomenal dikarenakan Sarekat Islam pada awalnya merupakan suatu gerakan reaktif terhadap situasi kolonial, namun gerakan itu tetap bersumber pada ideologi Islam yang mampu memobilisasi massa secara besar-besaran serta meningkatkan intensitas tindakan-tindakannya. Tesis ini membahas tentang Dinamika Politik Sarekat Islam di Karesidenan Priangan. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, menurut Louis Gottschalk tahapan metode sejarah yakni; (1) Heuristik; (2) Kritik; (3) Interpretasi; dan (4) Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa peranan Priyayi dalam Sarekat Islam lokal di Karesidenan Priangan, bertindak membela hak rakyat pribumi, dikarenakan kondisi sosial ekonomi rakyat Priangan pada waktu itu sangat mengkhawatirkan jika penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda terus terjadi, dan kesengsaraan rakyat pribumi tidak akan pernah hilang. Maka dari itu mereka terus berinisiatif dalam pergerakannya mencari berbagai cara, dan memanfaatkan berbagai celah untuk membuat rakyat pribumi merdeka secara total dari cengkraman penjajahan Belanda. Studi tentang Sarekat Islam di daerah Priangan kebanyakan hanya membahas tentang peranan salah satu tokohnya, dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi di daerah Priangan, Penelitian Tesis ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika politik dalam Sarekat Islam lokal di Priangan, dengan melihat pola kepemimpinan para Priyayi dan relasi kuasa yang dibangun untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Berangkat dari tujuan tersebut akan ditemukan sebuah fakta tentang kontribusi dari golongan Priyayi dalam Sarekat Islam lokal di Priangan, Kontribusi kaum Priyayi dalam Sarekat Islam lokal di Priangan sangat berperan sebagai tokoh sentral dan mempunyai daya tarik tersendiri dalam kepemimpinannya. Langkah yang ditempuh para priyayi dalam Sarekat Islam di Karesidenan Priangan ini bertujuan untuk menghilangkan segala bentuk penindasan dan memerdekakan rakyat pribumi, selain itu tujuan dari Sarekat Islam ini untuk mewujudkan Zelfbestuur atau mendirikan pemerintahan sendiri dimana rakyat pribumi bertindak sebagai pemerintahnya dan dikelola untuk mensejahterakan rakyat pribumi

Sarekat Islam began to grow in Priangan in 1913, the presence of Sarekat Islam in Priangan land is welcomed by the middle class, in addition to the development of Sarekat Islam in Priangan become so phenomenal because Sarekat Islam was originally a reactive movement of the colonial situation, but the movement is still sourced to Islamic ideology that able to mobilize mass massively and increase the intensity of his actions. This thesis discusses the political dynamics of Sarekat Islam in the Priangan. The study used the historical method, according to Louis Gottschalk stages of historical method is; (1) Heuristics; (2) criticism; (3) Interpretation; and (4) historiography. The results of this study showed that the role of Priyayi in the local Islamic Sarekat in Priangan, acts defending the rights of indigenous peoples because the social-economic conditions of the Priangan people at the time were very worrying if the suppression committed by the Dutch East Indies colonial government continued to occur, and the misery of the indigenous people will never disappear. Thus they continued to take the initiative in the movement looking for various ways and took advantage of various gaps to make the indigenous people free in total from the Dutch colonization. The study of Sarekat Islam in Priangan area mostly only discusses the role of one of its characters, and the major events that occur in the area of Priangan, this research aims to explain the dynamics of the political in the local Islamic Sarekat in Priangan, by looking at the pattern of the leadership of the Priyayi and power relationships built to gain the trust of the community. Departing from this objective will be found a fact about contributions from the Priyayi group in the Sarekat Islam local in Priangan, the contribution of the Priyayi in the Sarekat Islam local in Priangan is very central to the role and has its attraction in its leadership. The steps taken by the Priyayi in the Sarekat Islam local in Priangan are aimed to eliminate all forms of oppression and liberalize the indigenous peoples, in addition to the purpose of this Sarekat Islam to realize Zelfbestuur or establish self-government where the Indigenous Peoples act like Governments and managed to enrich the indigenous peoples."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Widiarto
"ABSTRAK
Strategi Perjuangan Politik Abdoel Moe is dalam Sarekat Islam, 1915-1923. Di bawah bimbingan Dr. Anhar Gonggong. Fakultas Sastra Univereitas Indonesia.
Studi ini adalah kajian Sejarah Pergerakan Nasional dengan mengambil peran central pada sikap politik Abdoel Moeis terhadap kebijaksanaan pemerintah Kolonial belanda dalam kurun waktu antara tahun 1915-1923. Dalam kurun wahtu tersebut, persoalan Indie Weerbaar dan Vo1ksraad menjadi diskursus politik yang hangat, tidak lain karena munculnya pendapat yang berbeda.
Dalam hal ini terlihat cara pandang atau sikap kaum pergerakan dalam memandang persoalan-persoalan di atas. Pro dan kontra muncul dalam mensikapi politik kolonial tersebut.
Cara pandang yang berbeda terhadap persoalan itu dapat dipandang sebagai suatu strategi dalam mensikapi kebijaksanaan pemerintah kolonial.
Politik Abdoel Moeis yang bekerjasama dengan pemerintah yang menyetujui diadakannya Indie Weerbaar dan Volksraad bukan berarti menyetujui politik yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda. Hal itu dapat dipandang sebagai strategi perjuangan politiknya dan dapat dipandang sebagai suatu sasaran antara. Artinya, dengan penerimaan itu ada target-target tertentu yang hendak dicapai oleh Abdoel Moeis lewat institusi atau persoalan-persoalan politik yang menyangkut Bumiputera.
Dengan adanya pergerakan Indie Weerbaar misalnya, Moeis memandang bahwa dengan ikut sertanya rakyat dalam pergerakan itu, bukan berarti hendak mengumpankan menjadi peluru meriam, namun rakyat diajak ikut serta berpartisipasi memikirkan nasib bangsanya lewat persoalan-persoalan itu. Rakyat diharapkan dapat secara sadar bahwa persoalan itu adalah juga kelak akan ada buahnya untuk bangsa ini.
Begitu juga halnya dengan persoalan partisipasi partai dalam Volksraad. Moeis melihatnya juga dalam kerangka strategi. Artinya, dengan masuk ke dalam sistem pemrintahan kolonial itu, selain dapat mengemukakan persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat, juga melalui institusi itu dipandang sebagai sarana proses pembelajaran politik bagi bangsa ini jika kelak nanti siap untuk berpemerintahan sendiri, sebagaimana yang sering ia dengungkan dalam setiap tulisan--tulisannya, yaitu Zelfbestuur. Terlepas dari sasaran akhir yang hendak dicapainya itu, adalah melalui proses. Yang jelas, dalam batas-batas tertentu ia telah mencapai apa yang diinginkannya demi memajukan Bumiputera (rakyat)."
1995
S12139
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarno
"Faktor yang mendorong untuk memperjuangkan sistem ketatanegaraan dalam bentuk bernegara yang demokratis dalam hal ini dihadapkan pada kenyataan bahwa Indonesia berstatus sebagai negara kolonial, sehingga perjuangan mencapai negara merdeka menjadi tujuan utama dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.
Permasalahan yang hendak dijawab dalam tesis ini adalah : Apakah latar belakang perjuangan bernegara demokrasi H.O.S. Tjokroaminoto, Bagaimana bentuk negara demokrasi dalam pemikiran H.O.S. Tjokroaminoto dan mengapa negara demokrasi menjadi pilihan dalam perjuangan bernegara, Bagaimana bentuk negara merdeka yang demokratis dalam konsepsi H.O.S. Tjokroaminoto.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah menggunakan metode Sejarah kritis dengan menggunakan sumber utama dari karya H.O.S. Tjokroaminoto yang ditulis dalam bentuk buku maupun dalam bentuk artikel. Disamping itu juga di lengkapi dengan sumber yang terdapat di Arsip Nasional dan surat kabar yang terbit pada saat itu, biografi yang ditulis orang lain dan referensi yang berkaitan dengan permasalahan.
Latar belakang pemikiran H.O.S. Tjokroaminoto dalam pergerakan politik dengan memperjuangkan negara merdeka adalah sebagai dampak dari kebangkitan Islam yang dipelopori Jamaluddin AL-Afghani sejak abad XIX yang menggunakan konsep Pan-Islamisme dalam upaya mempersatukan umat Islam untuk menghadapi imperialisme dan kolonialisme Barat terhadap dunia Islam.
Perjuangan yang dilandasi semangat Islam dalam pribadi H.O.S. Tjokroaminoto merupakan kondisi yang diwarisi dari latar belakang keluarganya yang lahir dalam lingkungan santri. Hal itu karena keluarga H.O.S. Tjokroaminoto berasal dari kalangan ulama pengasuh pesantren yang terkenal kemasyhurannya. Jiwa Islami membentuk karakter H.O.S. Tjokroaminoto yang enggan menggunakan gelar priyayi (ningrat) yang dianggap tidak islami, tetapi lebih bangga dengan penggunaan gelar Haji untuk menunjukkan sebagai orang yang alim.
Dan aspek pergerakan nasional dengan tujuan utama memperoleh kemerdekaan tanah tumpah darah Indonesia masuknya H.O.S. Tjokroaminoto kedalam organisasi Sarekat Dagang Islam dan kemudian dirubah namanya menjadi Sarekat Islam merupakan panggilan nurani untuk berjuang yang dilandasi Islam sebagai faktor pengikat dan simbol nasional. Hal itu dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam masyarakat kolonial kelompok masyarakat golongan Cina mendapat tempat tersendiri dalam aspek bernegara yang telah membangkitkan semangat nasionalismenya yang didasari ikatan etnis, disisi lain dengan semakin tumbuhnya kegiatan Missi dan Zending telah menjadi faktor perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto di Sarekat Islam.
Perjuangan bernegara H.O.S. Tjokroaminoto yang diimplementasikan dalam pergerakan nasional Sarekat Islam adalah upaya yang diperjuangkan dengan berbagai tuntutan untuk mencapai Indonesia merdeka, berpemerintahan sendiri, yang disalurkan melalui perjuangan yang bersifat kooperatif lewat Dewan Rakyat (volksraad) maupun non-kooperatif dengan keluar dari volksraad.
Konsepsi negara demokrasi yang dituangkan dalam karya H.O.S. Tjokroaminoto sebagai pemikiran bernegara yang diperjuangkan adalah negara demokrasi yang mengacu kepada konsep negara republik Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW. Negara madinah merupakan prototype negara demokrasi yang dijiwai semangat sosialisme Islam yang benihnya ditanamkan sejak negara Madinah dibangun atas dasar perjanjian Aqaba I dan Aqaba II, serta ikatan antara golongan Muhajirin dan Anshor yang kemudian tertuang dalam "Piagam Madinah" sebagai konstitusi negara.
Konsepsi negara dengan mengacu kepada negara Madinah yang dijiwai sosilisme Islam itu pula yang menjadi rujukan Al-Farabi dan para pemikir Islam hingga era modern dengan konsep masyarakat Madani, sebagai model bernegara di kalangan kaum Muslimin yang mengacu kepada negara Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Konsep itu pula yang mendasari perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto dengan berafiliasi dengan Pan-lslamisme sebagai upaya mempersatukan kaum Muslimin dari berbagai belahan dunia dalam menghadapi kolonialisme dan imperalisme modern abad XIX-XX.
Negara demokrasi dalam pandangan H.O.S. Tjokroaminoto disamping mengacu kepada model negara demokrasi pada masa Nabi, juga sistem demokrasi yang diterapkan pada masa khalifah Umar, yang memberi hak kepada setiap penduduk untuk mengemukakan pendapatnya.
Konsep negara Madinah pada masa Nabi dan Khalifah Umar tersebut telah mewarnai pemikiran H.O.S. Tjokroaminoto dalam merumuskan negara demokrasi yang mengacu kepada sistem perwakilan (parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum yang harus diterapkan di negara yang menganut republik atau kerajaan. Sistem perwakilan itu merupakan bentuk demokrasi yang paling memungkinkan untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang bisa diawasi rakyat.
Dari aspek bentuk negara merdeka H.O.S. Tjokroaminoto telah merumuskan tentang dasar negara merdeka dan strategi untuk memperoleh kemerdekaan bagi umat Islam yang diperjuangkan melalui Partai Sarekat Islam Indonesia.
Dalam Konsepsi H.O.S. Tjokroaminoto, negara merdeka yang akan dibangun adalah negara yang berlandaskan pada Syariat Islam yang bersumber dari Al Qur'an dan Sunnah Nabi. H.O.S. Tjokroaminoto memandang Islam sebagai ikatan yang mempersatukannya, karena Islam dipandang merupakan agama Allah yang sesempurna-sempurnanya, yang mampu menjamin keselamatan di dunia dan akhirat.
Perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto yang bercorak demorasi Islam itu karena dihadapkan pada perjuangan ideologi komunis dan nasionalis sekuler yang sama-sama ingin mendirikan negara Indonesia merdeka dengan corak nasionalisme sebagai ikatan yang mempersatukannya.
Nasionalisme bagi H.O.S. Tjokroaminoto adalah nasionalisme yang bersumber pada patriotisme sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. dengan semangat cinta tanah air yang didasari semangat ukhwah Islamiah antar umat Islam, sehingga nasionalisme bukan bercorak kebangsaan yang terbatas kepada wilayah atau negara tertentu. Itulah sebabnya tema nasonalisme sebagaimana dalam perjuangan tokoh pergerakan nasional tidak menjadi tema dalam perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto, tetapi bentuk perjuangannya langsung pada tuntutan berpemerintahan sendiri untuk mewujudkan negara demokratis.

The Struggle a Democratic State, H.O.S. Tjokroaminoto a Review in the National Movement (Sarekat Islam 1912-1934).From the background of the thought of H.O.S. Tjokroaminoto in the politic movement by fighting for an independent state is as an impact of the awakening of Islam frontier by Jamaluddin Al Afghani since the XIX th age which used the Pan Islamic concept in the effort to unite the hole Islamic Community to confront Western imperialism and Colonialism to the Islamic Word.
The struggle which was based on Islamic spirit in the person of H.O.S. Tjokroaminoto was a condition inherited from the background of his family with was found within the environment of Santri. This was so since the family with H.O.S. Tjokroaminoto originated from Ulama's managing a pesantren which was famous. Islamic spirit formed the character H.O.S. Tjokroaminoto who rejected to use his noble proud by the use of the title Haj to show himself as an alim person.
H.O.S. Tjokroaminoto joined Sarekat Dagang Islam and eventually this organization became Sarekat Islam. This was related to the fact that during colonial time the Chinese community enjoyed a special place in the aspect of state relations which started its nationalistic spirit which was based on ethnical relation, on the other side the increasing activities of mission and zending had became a struggle factor for H.O.S. Tjokroaminoto in Sarekat Islam.
The thought of H.O.S. Tjokroaminoto about democratic statement-ship which was implemented in the national movement of Sarekat Islam was directed with effort to obtain Indonesian independence with is own government to be challenged trough struggle of cooperative character trough of a parliament (volksraad) as well as cooperative by leaving the volksraad.
The conception of democratic state indicated in his writing constituted a thought of democratic statement-ship referring to the concept of the Republic State Madinah established by the prophet Muhammad Saw. The state Madinah constituted a prototype of a democratic state in spirit by Islamic Socialism. The concept which was potential since the state Madinah was establish on the based of the agreement Aqaba I and Aqaba II.
The concept of Madinah State during the time of the prophet and Khalifah Umar has influence the thought of H.O.S. Tjokroaminoto in formulating democratic state refer ring to parliament system the member of which are elected though General Voting must be applied in a state having the form of Republic of Kingdom. Said parliament form democracy which the most possibility to perform a government which is supervised by the people.
The struggle of H.O.S. Tjokroaminoto which has the form of Islamic democratic was for basic, since in its development it was confronted with the struggle of the communistic and secular nationalistic ideology groups which wanted to establish an independent Indonesian with nationalism as is meant to unite, thus Islam was considered by H.O.S. Tjokroaminoto as the one resource which could unite the hole nation in a more perfect and continuing way.
Nationalism for H.O.S. Tjokroaminoto is Nationalism originating from patriotism, as exemplified by the prophet with a spirit of love to the Fatherland based on inter Islamic Ukhuwah Islamiah spirit, so that nationalism does not have a spirit which is limited to a certain area of country. That is why the time of nationalism as appearing in the struggle of this national movement figure did not became the theme of the struggle of H.O.S. Tjokroaminoto but his struggle was directly demand for self government to realize a democratic state."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T7195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togi Effendi
"ABSTRAK
Satu yang spesifik dari berbagai lembaga pendidikan Bumiputra adalah Sekolah SI Semarang. Diawali perjumpaan Tan Malaka dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam seperti: H.O.S. Tjokroaminoto, Semaoen dan Darsono pada Kongres SI di Jogjakarta tahun 1921, maka Tan Malaka ditawarkan untuk memimpin Sekolah SI yang akan didirikan di Semarang. Dalam rapat anggota SI Semarang Maret 1921 disetujui akan dibuka Sekolah SI pada 21 Juni 1921, dengan jumlah mula-mula 50 murid, yang menggunakan ruang rapat SI Semarang sebagai ruang belajar. Motivasi yang melatarbelakangi berdirinya Sekolah SI paling tidak disebabkan dua hal, yakni: pertama, untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak anggota SI, terutama mereka yang tidak diterima di HIS. Pendidikan di sini bukan hanya dalam pengertian teknis keahlian, tapi juga pembentukan moral. Kedua, sebagai sarana pembentukan kader-kader partai.
Reaksi pers dan masyarakat Semarang, memperlihatkan betapa perlunya suatu lembaga pendidikan bagi masyarakat Bumiputra. Sebaliknya dengan asisten Residen Semarang, yang tidak menyetujui berdirinya sekolah tersebut dan bahkan meminta saran kepada Prokurur Jenderal untuk mengambil tindakan hukum kepada Tan Malaka. Sedangkan Surat kabar Sinar Hindia di dalam tajuk rencananya tertanggal 23 Agustus, memperlihatkan dukungannya dengan berdirinya sekolah tersebut, sebagai berikut: _bahwa salah satu sifat yang balk dari orang_orang Barat ialah rasa kemerdekaan yang sudah dimasukkan kedalam jiwa mereka dan dikembangkan di sekolah-sekolah (pemerintah); bahwa sekarang di Hindia contoh itu akan diikuti; bahwa itulah yang diingini oleh SI di Semarang, dan sebuah sekolah didirikan untuk memelihara dan mendorong rasa kemerdekaan itu; bahwa baru-baru ini diumumkan bahwa tidak seperti sekolah HIS biasa, karena benih kemerdekaan akan ditanamkan di dalam diri murid_murid. (terjemahan Bahasa pen.) Sedangkan rasa antusias rakyat Semarang ditunjukkan dengan keikut sertaan mereka dalam setiap penyelenggaraan pasar derma oleh murid-murid Sekolah SI Semarang.
Dengan demikian pemenuhan kebutuhan akan biaya dari Sekolah SI Semarang yang baru terbentuk, adalah melalui penyelenggaraan malam pasar derma. Kelompok-kelompok murid memasuki kampung-kampung dengan berselendang merah bertuliskan `Rasa-Merdeka', menyanyikan lagu Internationale, untuk kemudian mengumpulkan uang suka rela dari penduduk. Helihat kenyataan tersebut, reaksi pemerintah setempat adalah dengan melarang diadakannya malam-malam pasar derma berikutnya, dan memberikan peringatan kepada pengurus SI Semarang. Sebagai jawaban atas larangan dan peringatan tersebut, pada 13 November diadakan suatu rapat prates yang dihadiri oleh wakil_wakil dari baedi Qetamo, Sarekat Hindia (pengganti NIP) PK1 dan ST Semarang. Rapat ini kemudian menghasilkan suatu znosi untuk memprotes tindakan pemerintah yang merintangi usaha perluasan pendidikan rakyat. Mosi dikirimkan kepada Gubernur Jenderal, Dewan Rakyat, dan Tweede Kamer .
Mengenai tujuan didirikannya Sekolah SI, Tan Malaka pada artikelnya di Soeara Ra'jat, yang kemudian dijadikan - sebuah brosur berjudul SI Semarang dan Onderwijs (1921) menyebutkan-: 1. memberi cukup banyak jalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di dunia yang kapitalistis (dengan memberikan pelajaran berhitung, menulis, ilmu bumi, bahasa Belanda, Melayu dan Jawa). 2. memberi hak kepada para murid untuk mengikuti kegemaran mereka dengan membentuk perkumpulan_perkumpulan. 3. mengarahkan perhatian para murid pada kewajiban mereka yang akan datang terhadap jutaan keluarga Pak Kromo. (terjemahan bahasa pen.) Di dalam -formulasinya yang baru tentang maksud tujuan Sekolah SI, Tan Malaka lebih banyak menggunakan istilah yang lebih Marxis, antara lain disebutkan: pengetahuan yang diperoleh di sekolah harus pula menerangkan hubungan-hubungan dan keadaan-keadaan sosial di Hindia, dalam arti Komunis.
Sekolah SI Semarang kemudian dapat mengembangkan dirinya dengan mendirikan sekolah-sekolah kejuruan di awal tahun 1922. Sekolah kejuruan yang merupakan bagian dari Sekolah SI ini, memberikan pendidikan kejuruan kepada murid-muridnya, agar mereka bisa berprofesi di bidangnya, antara lain sebagai petugas koperasi dan tenaga pengajar. Khusus mengenai pendidikan guru diberikan langsung oleh Tan Malaka, dengan maksud akan menjadi tenaga pengajar di Sekolah-sekolah SI. Tan Malaka sendiri menolak guru-guru lulusan sekolah pemerintah, karena selain bergaji tinggi, juga memiliki orientasi yang tidak berakar pada pendidikan rakyat.
Berkembangnya Sekolah SI, paling tidak dikarenakan adanya koordinasi keuangan sekolah oleh sebuah komisi sentral dengan kas sentral. Komisi ini mendapatkan sumber dana yang berasal dari uang sekolah murid-murid dan sumbangan-sumbangan para dermawan. Juga dibentuknya sebuah organisasi yang bertujuan mengumpulkan dana bagi Sekolah SI yang bernama FOSIO (Fonds Oentoek SI Onderwijs), sangat membantu keuangan sekolah terebut.
Melihat kesuksesan Sekolah SI Semarang, R. Kern, seorang penasehat pemerintah untuk masalah-masalah pribumi, menyebutkan beberapa sebab di balik suksesnya sekolah tersebut, yakni: pertama, kurangnya perluasan tempat di HIS. Jika HIS diperluas, barulah dapat melawan kemajuan Sekolah SI. Kedua, bakat Tan Malaka sendiri di bidang organisasi, ditambah dengan pengetahuannya yang luas mengenai pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari bakat Tan Halaka untuk berimprovisasi, mendirikan sebuah sekolah guru untuk memenuhi sendiri kebutuhan guru bagi sekolah SI. Ketiga, adalah uang sekolah yang lebih rendah dari sekolah-sekolah pemerintah, menyebabkan murid-murid datang dari golongan penduduk kota yang setengah terdidik.

"
1990
S12570
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soe, Hok Gie
Yogyakarta: Bentang, 1999
950 SOE b (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gie, Soe Hok
Yogyakarta: Mata Bangsa, 2016
959.8 SOE d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yuliati
"PENDAHULUAN
Sinar Djawa-Sinar Hindia tumbuh dan berkembang sebagai salah satu bentuk ekspresi kesadaran kebangsaan Indonesia. Keberadaannya juga tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan pers Belanda dan Cina, yang keduanya adalah perintis dunia persuratkabaran di negeri ini. Kota Semarang, dengan ciri perkotaannya perdagangan, sarana komunikasi, sekolah, penduduk yang padat, dan pergerakan politik, juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam melihat pertumbuhan surat kabar ini.Pergerakan nasional dan pers bumi.putera dapat dika¬takan sebagai dua bidang kegiatan bangsa Indonesia yang hidup berdampingan secara simbiotik, ada saling ketergan¬tungan, yang satu sukar mempertahankan eksistensinya tanpa yang lain. Segera setelah SI Semarang berdiri, diperlukan adanya medium untuk menyalurkan ide-ide serta aktifitas pergerakkannya, agar dapat mensosialisasikan kesadaran social, ekonomi dan politik di kalangan rakyat. Meskipun telah ada kesempatan untuk mengadakan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, tetapi kesempatan itu masih terbatas, sedang forum yang tersedia oleh pers adalah kontinyu dan intensif, sehingga penanaman kesadaran dapat terlaksana secara lebih efektif. Itu dapat diketahui dari banyaknya artikel kiriman pembaca yang dimuat dalam surat kabar ini yang pada umumnya triemhahas hambatan-hambatan yang dialami."
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>