Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4771 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizal Sukma, 1964-
Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995
951 RIZ p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fatma Oktaviani
"ABSTRAK
Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dikenal sebagai salah satu raksasa ekonomi dunia.
Kekuatan ekonomi yang dimiliki RRT saat ini bisa diperoleh karena adanya Reformasi
dan Keterbukaan (改革开放Gǎigé kāifàng) yang diprakarsai Deng Xiaoping (邓小平
Dèng Xiǎopíng) pada tahun 1978 dengan menerapkan model ekonomi pasar sosialis.
Kebijakan-kebijakan ekonomi seperti FDI (foreign direct investment), perdagangan luar
negeri, Zona Ekonomi Khusus, dan lain-lain tentu berdampak positif bagi pertumbuhan
ekonomi RRT pada masa itu. Meskipun demikian, kondisi ekonomi RRT yang sedang
dalam masa peralihan sangat fluktuatif dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dalam
negeri. Ketidakstabilan ekonomi, maraknya korupsi, dan tuntutan demokrasi serta
kebebasan berpolitik memicu terjadinya peristiwa Tian`anmen pada tahun 1989 yang
semakin memperburuk kondisi ekonomi negara. Meskipun Deng Xiaoping telah
mengundurkan diri dari segala aktivitas politik RRT pasca peristiwa Tian`anmen, ia tetap
menjalankan agenda ekonominya dengan melakukan `Perjalanan ke Selatan` (南巡Nán
xún) pada tahun 1992. `Perjalanan ke Selatan` dikatakan berhasil menguatkan kembali
reformasi ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi RRT. Penelitian ini akan
membahas latar belakang Deng Xiaoping melaksanakan `Perjalanan ke Selatan`, hal apa
yang dilakukan Deng Xiaoping dalam `Perjalanan ke Selatan`, dan menganalisis
keterkaitannya dengan kemajuan ekonomi RRT hingga sekarang.

ABSTRACT
People's Republic of China (PRC) is known as one of the world's economic powerhouse.
The current economic power of the PRC can be obtained because of the Reform and
Opening Up (改革开放Gǎigé kāifàng) initiated by Deng Xiaoping (邓小平Dèng
Xiǎopíng) in 1978 by adopting the socialist market economy model. Economic policies
such as FDI (Foreign Direct Investment), foreign trade, Special Economic Zones, etc.
certainly had positive impacts on China's economic growth at that time. Nevertheless, the
economic condition of the PRC which was in a transition period was very volatile and
caused economic instability. Economic instability, corruption, and demands for
democracy and political freedom triggered the Tian'anmen incident in 1989 which further
worsened the country's economic condition. Although Deng Xiaoping had resigned from
all of his political activities after the Tian'anmen incident, he continued to carry out his
economic agenda by undertaking "Southern Tour" (南巡Nán xún) in 1992. "Southern
Tour" was said to succeed in strengthening economic reforms again and increasing PRC's
economic growth. This research will discuss the background of Deng Xiaoping carrying
out the "Southern Tour", what Deng Xiaoping did during the "Southern Tour", and
analyzing its ties with the PRC's economic growth until now."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Ichsan Arifin
"Pemikiran militer Mao Zedong dan peranannya dalam Tentara Pembebasan Rakyat. Di bawah bimbingan Dr. A. Dahana , Fakultas Sastra Universitas Indonesia , 1997. Sejak masa dinasti, peran dan kehadiran militer dalam perjalanan sejarah bangsa Cina sangat penting. Pergantian antara dinasti yang satu ke dinasti berikutnya selalu ditandai dengan adanya pemberontakan bersenjata kaum tani terhadap dinasti penguasa yang dianggap telah kehilangan 'mandat clan langit' (Tianming). Hal tersebut dapat dikatakan sebagai cikal bakal militer di Cina.
Jika pada masa Cina klasik terdapat pemikiran militer Sun Zi yang sangat terkenal, maka pada masa Cina kontemporer terdapat pemikiran militer Mao Zedong. Mao terkenal dengan konsep Perang Rakyat-nya sebagai doktrin rniliter. Doktrin tersebut telah menjadi suatu landasan kebijaksanaan militer Cina selama puluhan tahun. Pemikirannya tersebut dipengaruhi oleh dua sumber utama yaitu pemikiran Cina klasik dan Marxisme-Leninisme.
Dalam pernikirannya, Mao sangat memperhatikan keseimbangan antara unsur 'merah' dan 'ahli' namun pada pelaksanaannya justru terdapat penekanan dalam hal 'manusia yang mengungguli mesin' sehingga unsur keahlian dan modemisasi militer agak terabaikan. Perselisihan antara unsur 'merah' dan 'ahli' tersebut selalu mewarnai kemelut kepemimpinan di Cina dan mencapai puncaknya pada saat pecahnya Revolusi Besar Kebudayaan Proletariat (Wenhua da Geming) di tahun 1966."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S13057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
"ABSTRAK
Setelah usai Perang Dunia Kedua, Cina berada dalam posisi di antara dua negara kuat; Uni Soviet dan Amerika Serikat. Sementara RRC sendiri sebagai sebuah negara yang baru melewati perang saudara, masih perlu melakukan pembenahan dalam berbagai sektor; industry, transportasi, pertanian, pendidikan, dan lain-lain. Untuk membangun semua itu, Mao Zedong, sebagai pemimpin negeri itu, akhirnya memutuskan bantuan dana dan meminta bantuan teknis kepada Uni Soviet, dan bukan ke Amerika.
Nyatanya, Uni Soviet lebih banyak memberikan bantuan teknis dibandingkan bantuan dana sebagaimana yang telah disepakati kedua negara. Begitu juga, Pelita I yang dananya dan bantuan tenaga ahlinya didatangkan dari Uni Soviet, tidak sepenuhnya berhasil. Menghadapi situasi itulah, Mao lalu mencanangkan gagasan "Gerakan Lompatan Jauh Ke Depan". Penelitian ini mengungkapkan latar belakang munculnya gagasan tersebut."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Fathya
"Film To Live《活着》merupakan film drama karya Zhang Yimou yang dirilis pada tahun 1994. Film ini mengisahkan tentang sebuah keluarga di sebuah kota kecil di Tiongkok Utara yang menyesuaikan diri dengan peran baru mereka di masyarakat Komunis dan melewati berbagai asam garam kehidupan di bawah gejolak rezim Partai Komunis Tiongkok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa aspek Pemikiran Mao Zedong yang terepresentasi dalam film. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik yang berfokus pada aspek Pemikiran Mao Zedong yang muncul dalam alur cerita film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film To Live merupakan bentuk kritik terhadap dampak Pemikiran Mao Zedong yang pada masa itu dianggap sebagai ‘pedoman revolusioner untuk mendirikan Tiongkok Baru’, namun pada prakteknya masyarakat Tiongkok harus melewati berbagai macam kesulitan dan menemui nasib yang tragis hanya demi idealisme semata.

To Live《活着》is a drama film by Zhang Yimou released in 1994. This film tells the story of a family in a small town in North China adjusting to their new role in Communist society and going through various ups and downs of life under the turmoil the Chinese Communist Party regime. This study aims to analyze the aspects of Mao Zedong's thoughts that are represented in the film. This study uses a qualitative research method with an intrinsic and extrinsic approach that focuses on aspects of Mao Zedong's thoughts that appear in the storyline of the film. The results of the study show that the film To Live is a form of criticism of the impact of Mao Zedong's Thought which at that time was considered a 'revolutionary guide to establishing a New China', but in practice the Chinese people had to go through various difficulties and meet a tragic fate just for the sake of idealism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Oxford: Clarendon press , 1996
338.951 CHI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Mao Zedong is discussed in terms of his four thoughts on Marxism-Mao Leninism: the Chinese-zation of Marxism, priority of praxis, contradiction, and mass-line. The conclusion of the articles says that Mao's basic thought is revolutionary will."
JUETIKA
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mao, Zedong
Beijing : Wu zhou chuan bo chu ban she, 2006
SIN 895.1 MAO i (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Franz Magnis-Suseno
"Mao Zedong is discussed in terms of his four thoughts on Marxism-Mao Leninism : the Chinese-zation of Marxism, priority of praxis, contradiction, and mass-line. The conclusion of the articles says that Mao's basic thought is revolutionary will"
Depok: Departemen kewilayaan FIB Universitas Indonesia, 2009
360 JETK 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>