Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6064 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Upper Saddle River, New Jersey: Prentice-Hall, 2000
380.1 ELE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Engliwood Cliffs: Prentice-Hall, 2002
621.38 ELE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey: Prentice-Hall, 2000
621.38 ELE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Springer, 2015
658.05 ELE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Orlando: Dryden Press, 2000
658.84 WAT e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This new Edition of Electronic Commerce is a complete update of the leading graduate level/advanced undergraduate level textbook on the subject. Electronic commerce (EC) describes the manner in which transactions take place over electronic networks, mostly the Internet. It is the process of electronically buying and selling goods, services, and information. Certain EC applications, such as buying and selling stocks and airline tickets online, are reaching maturity, some even exceeding non-Internet trades. However, EC is not just about buying and selling; it also is about electronically communicating, collaborating, and discovering information. It is about e-learning, e-government, social networks, and much more. EC is having an impact on a significant portion of the world, affecting businesses, professions, trade, and of course, people. The most important developments in EC since 2014 are the continuous phenomenal growth of social networks, especially Facebook , LinkedIn and Instagram, and the trend toward conducting EC with mobile devices. Other major developments are the expansion of EC globally, especially in China where you can find the world's largest EC company. Much attention is lately being given to smart commerce and the use of AI-based analytics and big data to enhance the field. Finally, some emerging EC business models are changing industries (e.g., the shared economy models of Uber and Airbnb). The 2018 (9th) edition, brings forth the latest trends in e-commerce, including smart commerce, social commerce, social collaboration, shared economy, innovations, and mobility"
Cham: Springer, 2018
343.081 142 ELE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Masni Eriza
"Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya electronic commerce. Sebagai toko buku online pertama, Amazon.com mampu menarik perhatian para pengguna internet untuk membeli buku di toko online tersebut, sehingga secara berangsurĀ¬angsur merubah kecenderungan untuk membeli buku yang saat ini masih lebih banyak melalui toko buku biasa menjadi membeli buku dari toko online. Perubahan kecenderungan tersebut juga memaksa toko buku biasa seperti Barnes and Noble untuk juga menjual buku melalui toko online sambil tetap mempertahankan toko yang telah ada.
Perubahan kecenderungan tersebut menimbulkan pertanyaan bagaimana pola hubungan antara penjual dan pembeli buku setelah kehadiran Amazon.com dibanding dengan pola hubungan pada toko biasa. Theory of Communicative Action yang dikemukakan Jurgen Haberrnas menyebut bahwa social action adalah ekspresi simbolik di mana para aktor berusaha mencapai tujuannya dengan card relating to and changing their objective, social, and subjective worlds. Teori ini dapat digunakan untuk memahami transaksi perdagangan sebagai interaksi social, Sedangkan Craig Calhoun dalam Teori Hubungan Tidak Langsung (Indirect Relationships) menyebut bahwa abad modern ditandai dengan meluasnya hubungan tidak langsung, yang antara lain disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi. Kemajuan teknologi dimaksud telah menyediakan ruang untuk penjual dan pembeli - dalam konteks penulisan ini adalah penjual dan pembeli buku pada Amazon.com - untuk melakukan transaksi sebagaimana yang lazim dilakukan pada toko buku biasa secara tidak langsung, tanpa adanya physical co presence.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi informasi telah menyediakan ruang interaksi tidak langsung bagi penjual dan pembeli buku, sehingga terlepas dari kelebihan dan kekurangannya telah terjadi kecendenmgan peralihan pola hubungan dari hubungan langsung ke hubungan tidak langsung. Namun terdapatnya kecenderungan peralihan konsumen dari belanja buku di toko buku biasa ke Amazon.com lebih disebabkan karena berbagai inovasi yang dilakukan Amazon.com sendiri, tidak sekedar hanya kenyamanan memilih dan membeli buku tanpa harus meninggalkan rumah. Teknologi adalah sarana pendukung, namun yang menentukan apakah konsumen akan beralih adalah kreatifitas penjual dalam menciptakan berbagai inovasi untuk menarik pembeli.

The rapid development of information and communication technology in the late 1990s had opened a great opportunity for businesses to conduct their transactions online. Amazon.com as one of the pioneer in business-to-consumer e-commerce and the first mover to online bookstore had quickly gained momentum and enjoyed triple-digit growth rate in its early years. In 2006 Amazon.com claimed that it had served millions of customers in more than one hundred countries.
This thesis attempts to analyze the trend in shifting of the pattern of relationship between book sellers and buyers before and after the establishment of Amazon.com. Research shows that the presence of Amazon.com has created a trend in shifting the relational patterns between book sellers and buyers from direct relationships to indirect relationships. The shift, however, was caused by the innovative and creativity of Amazon.com, along with others advantages of e-commerce. The internet technology provides opportunity and virtual space for buyer and seller to meet indirectly. But at the end, it is the business itself that counts, whether it could provide the best shopping experience for it's consumers or not."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius
"Tak pelak lagi teknologi Internet dan Electronic Commerce ( e-commerce ) menimbulkan paradigma baru dalam kehidupan. Melalui jaringannya yang bersifat global memungkinkan dilakukannya transaksi dan penjelajahan ke seluruh pelosok dunia hanya melalui komputer personal tanpa sedikitpun harus berpindah tempat. Teknologi ini benar-benar menghilangkan batas ruang dan waktu. Pemanfaatannya tidak hanya sebatas lembaga teknologi dan usaha saja tapi telah menyebar sampai dunia perbankan.
Globalisasi sudah di depan mata, sebagai gambaran di Asia [AFTA] akan berlangsung pada tahun 2003. Kompetisi di banyak sektor telah terjadi dan tidak dapat dihindari. Bagaimanakah cara untuk memenangkan bisnis ? Bagaimana sektor perbankan dapat selamat menghadapi globalisasi ini ? Bagaimana bank dapat mengimplementasikan electronic commerce (e-commerce)?
Tesis ini menjelaskan dan memberikan analisa bagaimana bank dapat mengimplementasikan e-commerce. Aspek apa saja yang harus disiapkan sebelum menuju jaringan global ? Tesis mengambil sampel 3 bank besar. Bank tersebut telah menggunakan komputer dan komunikasi data dalam rutin operasionalnya. Bank tersebut juga telah menjalankan layanan ATM, kartu kredit dan jasa layanan lainnya. Bank juga meiliki cabang yang banyak, dan juga nasabahnya.
Setelah melakukan evaluasi situasi kondisi bank dan pelayanan jaringan internet ternyata untuk melakukan e-commerce masih memerlukan banyak hal. Tetapi ada beberapa tahap yang dapat menolong bank untuk masuk menuju e-commerce. Tahapan tersebut adalah Pembenahan kedalam, membangun internet banking sebagai e-commerce B-to-C, membangun e-commerce B-to-B dengan bekerjasama dengan perusahaan retail yang besar, dan yang terakhir adalah dengan mempersiapkan jasa layanan baru bagi semua nasabahnya.

No point of return thai Internet and Electronic Commerce technology shift paradigm of lives. That global network give the possibility for everyone to find, search something, and make transaction, without need moving the position and only use personal computer connect to the network. There are no-borders of time and geographical anymore. And these technologies not just used on technical environment but it's already use also on banking application.
Globalization will come soon, for example in Asia [AFTA] will start on next 2003. Competition on any sector will happen. How to win in business? How banking sector can survive on that global situation? How bank can implement e-commerce?
This thesis gives explanations and an analyzing of how the bank can implement e-commerce. What aspects have to be prepared before go to global network. The thesis takes 3 big-banks that already used computer and data communication on they routine banking operations. They already implement ATM services, Credit Card services and others. The banks also have numbers of branches and have many of customers.
After evaluate the situation and condition of banking and internet network service, prediction of implement e-commerce in banking still need many thing to be done. But there are many steps can help the bank make the preparation for becoming a player in globalization. And the steps are Internal system and networks preparation, Running internet banking as a B-to-C e-commerce system, Running B-to-B e-commerce system by joint with big retail customers, and Develop new services for all customers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T122
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raemon Utama
"Dalam beberapa tahun belakangan ini, terdapat semakin banyak pelaku usaha maupun orang pribadi yang menyadari manfaat yang ditawarkan oleh electronic commerce ("e-commerce") khususnya dalam hal efisiensi. Hal ini memegang peranan penting dalam mendorong volume transaksi e-commerce melalui Internet untuk berkembang secara signifikan. Perkembangan e-commerce ini kemudian kerap dilihat sebagai suatu katalisator bagi pertumbuhan ekonomi di masa mendatang dan terbentuknya kemampuan bersaing para pelaku bisnis itu sendiri. Hal ini selanjutnya menjadi tantangan baru bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaan Negara melalui pengenaan pajak atas penghasilan yang diperoleh dari transaksi e-commerce. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisa konsep umum pajak dengan bertitik berat pada konsep pajak penghasilan versi OECD Model yang dapat diterapkan dalam konteks e-commerce.
Asas perpajakan yang digunakan akan mempengaruhi perlakuan pajak mengenai siapa subjek pajaknya dan apa objek pajaknya. Bentuk usaha tetap (permanent establishment) adalah suatu terminologi yang digunakan dalam konteks perpajakan atas suatu badan usaha yang dipergunakan oleh Wajib Pajak Luar Negeri dalam menjalankan usahanya di negara lain. Suatu negara bare memiliki hak untuk mengenakan pajak atas penghasilan usaha (business profits) yang diperoleh Wajib Pajak Luar Negeri apabila Wajib Pajak tersebut menjalankan usaha atau memperoleh penghasilan tersebut melalui bentuk usaha tetap di negara tersebut. Namun demikian, penentuan keberadaan BUT cukup sulit dilakukan khususnya dalam konteks kegiatan e-commerce oleh karena karakteristik dari transaksi itu sendiri.
Dalam konteks transaksi e-commerce, penghasilan yang diperoleh umumnya dikategorikan sebagai laba usaha atau royalti. Sejauh mana laba usaha dapat dikenakan pajak oleh negara sumber dapat ditentukan dengan menerapkan prinsip atribusi (attribution principle) alas laba usaha. Permasalahan dapat timbul jika penghasilan yang diperoleh dari kegiatan e-commerce dikategorikan sebagai royalti. Di Indonesia, ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan masih kurang lengkap dalam mendefmisikan royalti. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan perselisihan antara otoritas pajak Indonesia dengan negara lainnya. Metode transfer pricing juga akan menjadi bagian dalam pembahasan ini karena kaitannya dengan proses atribusi laba usaha."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T 17445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia
"Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan perubahan pada cara berbisnis konvensional, dimana saat ini untuk melakukan jual beli dapat dilakukan melaluimedia internet. Jual beli barang bergerak melalui media elektronik dapat ditemui dalam perjanjian ekspor impor. Penjual dan pembeli dalam transaksi ekspor impor sering kali membuat perjanjian tanpa bertatap muka secara langsung dikarenakan adanya perbedaan jarak Negara. Oleh karena tidak bertemunya para pihak saat melakukan kesepakatan, maka dipertanyakan kapan lahirnya kontrak elektronik tersebut, keabsahan perjanjian melalui media elektronik dan tanggung jawab penyelenggara sistem elektronik. Selain itu, barang yang menjadi objek perjanjian ekspor impor memerlukan pertanggungan atau asuransi untuk ganti rugi atas kerugian yang timbul sebagai akibat dari suatu peristiwa yang tidak pasti.

Current technological developments lead to changes in the conventional way of doing business, which is now to make buying and selling can be done through the internet. Sale and purchase of goods moving through the electronic media can be found in the import-export agreement. Sellers and buyers in the export-import transactions often make agreements without direct face to face because of differences within the State. Therefore, no meeting of the parties when making a deal, is questionable; when the birth of the electronic contract, the validity of the agreement through the electronic media and the partiesā€™ responsibility of the electronic system. In addition, the goods that become the object of export import agreement requires to be insured for compensation for losses incurred as a result of an uncertain event."
2013
S45926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>