Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6094 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moore, Thomas
New York : Elsevier, 1957
615.328 MOO v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rikawati
"Mengetahui pcngaruh pemberian kombinasi suplementasi vitamin E dan C terhadap peroksidasi lipid pada usila dengan hiperkolesterolemia. Penelitian uji klinis paralel, tertutup timggai, alokasi acak, untuk membandingkan kadar malondialdehida usila 2,60 tahun dengan hiperkolesterolemia yang mendapatkan kombinasi supiementasi vitamin E 400 IU dan vitamin C 500 mg, masing~masing sebutir sehari selama 45 hari dengan kelompok yang mendapat vitamin E 400 IU dan plascbo.Terdapat 42 subyek penelitian yang berasal dari Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni, dan Yayasan Yakin, Pasar Minggu Jakarta Selatan yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing berjumlah 21 orang. Data yang diambil adalah : data dcmograti, antropometzi, data asupan makanan pada minggu pertama, ketiga dan ketujuh, kadar kolesterol LDL dan MDA plasma sebelum dan sesudah perlakuan. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-tidak bezpasangan bila distribusi nonnal dan uji Manmwhimey bila distribusi tidak normal dengan tingkat kemaknaan p<0.05.
Sebanyak 20 subyek penelitian dad masing-masing kelompok yang dapat mengikuti penelitian sampai sclesai. Sebelum perlakuan, nilai median kadar kolesterol LDL kelompolc vitamin E+plasebo dan vitamin E+C masing- masing adalah I46.50(l30-190) mg/dL dan 146.50(l3I-196) mg/dL. Setelah 45 hari perlakuan, rerata kadar kolesterol LDL kelompok vitamin E4-plasebo (151.9.+:2.2.l mg/dl.) meningkat sedangkan kelompok vitamin B+-C (l46.8i28.21 mg/dL) menurun. Sebelum p¢rIakuan, nilai median kadar MDA plasma kelornpok vitamin E+plasebo dan rerata kadar MDA plasma kelompok vitamin E4-C masing-masing adalah 2.63(l.92-4.42) nmol/ml., dan 3.03:l:0.62 nmol/mL. Setelah 45 haii pcrlakuan rerata kadar MDA plasma kedua keiompok menunm menjadi 2.30i0.67 nmol/mL (p<0.01) pada kelompok vitamin E+plasebo dan 28810.88 nmol/mL (p=0.36) untuk kelompok vitamin E+C. Penurunan kadar MDA plasma kelompok vitamin E+plasebo lcbih besar (-0.5:!:0.55 nmol/mL) daripada kelompok vitamin E+C (-0.28(l.31-1.63) nmol/mL), tetapi dcngan uji statislik terhadap kedua nilai tersebut, tidalc berbeda bcrma!ma(p=0.09). Pembenan kombinasi vitamin E dan vitamin C pada usila dengan hiperkolesternlemia tidak dapat rnenurunkan kadar MDA plasma lcbih besar dibandingl-can dengan hanya pemberian vitamin E.

This parallel, single blind, randomization clinical trial purpose was to compare plasma malondyaldehydc level in hypercholesterolemic elderly aged more than 60 years old. Forty two people from Yayasan Kebagusan, Yayasan Yasni and Yayasan Yakin, Pasar Minggu, South Jakarta which participated the study, were divided into two groups. Twenty one elderly were supplemented with 400 IU vitamin E and 500 mg vitamin C for 45 consecutive days, while the other group was supplemented with 400 IU vitamin E and placebo. The data of demographic, anthropometric, food intake in the first, third and seventh weeks, plasma LDL and MDA levels before and alter period were taken. Statistical analyzes was performed by SPSS 11.5.
Twenty people for each group had followed the study until the end of period. Before study, LDL cholesterol median for vitamin E + placebo group and vitamin E+C group were 146.50(l30-190) mg/dL and l46.50( 130-190) mg/dL respectively. Alter 45 of days treatment, there was an increase in mean LDL cholesterol in vitamin E + placebo group 15l.9i22.1 mg/dL while in vitamin E+C group was decreased to l46.8:l:28.2l mg/dl Before study, plasma MDA level in vitamin E + placebo group and vitamin E+C group were 2.63(l.92-4.42) and 3.031052 nmol/mL, respectively. After 45 days, mean MDA plasma in vitamin E + placebo group was 2.30i0.67 nmol/mL (p<0.01) and was 2.881088 nmol/ml.. (p=0.36) in vitamin E+C group. The decreased on plasma MDA levels in vitamin E+placebo group was higher (-0,510.55 nmol/mL) than vitamin E+C (-0.28(1.3l-1.63) nmol/mL), but statistical test showed not significant different between both group (p=0.09). Combined supplementation vitamin E and vitamin C in hypercholesterolemic elderly couldnot decrease plasma MDA higher than supplementation of vitamin E alone.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T32064
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widardo
"ABSTRACT
Goiter in school children is one of the symptoms of iodine deficiency for a long period. This condition will have a wide spectrum of mental, psychomotor and growth abnormalities if there is no correction immediately. According to many studies, there is an interaction between selenium, vitamin A and iodine. Indonesia has a program of iodine supplementation to eradicate IDD; however, there is still prevalence of IDD in endemic areas. It can be suspected that goiter is not only caused by low intake of iodine but also by other cause, trace elements such as selenium, calcium and other heavy metals. In Indonesia, the study of trace elements is still needed. Therefore, this study has the main objective to assess the effect of selenium and vitamin A supplementation on the goiter size among school children in Central Java.
The study was conducted in Cimanggu sub-district, Cilacap district, Central Java Province, Indonesia from November 1997 till January 1998. School children age 8 - 12 years with palpable goiter was allocated randomly into 2 groups? treatment and control. First group receive once 400 mg iodine capsule and vitamin A (200,000 [ti); Selenium (200p.gram) twice/week for 8 weeks. Second group receive once 400 mg iodine capsule and vitamin A (200,000 IU); placebo. At the beginning and the end of the study, serum selenium, goiter size, UIE, weight and height were measured.
The prevalence of goiter based on palpation was 40.5%. By using ultrasound, the subjects with palpable goiter were 57.3% in treatment and 46.7% in control who positively suffering from goiter. Mean of selenium status of both groups was low (29.lpgll in treatment and 30.1 pgll in control) compared with normal value (86-99 µgI1). After two-month supplementation, serum selenium was increased in treatment group (29.1 to 44.1µg11), but decreased in control group (30.1 to 23.2 p,gll). Median of Urinary Iodine Excretion before supplementation was already high, the prevalence of U1 E < 100 ggll was 5.3% in treatment and 6.7% in control. After supplementation the mean of UIE was increased significantly. The change of UlE was not different between treatment and control. Thyroid volume of both groups was decreased significantly (p
In conclusion, selenium supplementation had significant effect on the reduction of thyroid volume and the goiter prevalence determined by ultrasound. Further research is required to know the effect of selenium status on thyroid hormone metabolism in groups of iodine deficient and Vitamin A deficient human subjects."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Ligina Amalia
"Wasting sebagai bentuk dari malnutrisi akut dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian pada anak. Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional dengan metode multistage random sampling, sehingga diperoleh sampel berjumlah 207 anak usia 6-23 bulan pada posyandu terpilih di Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, yaitu berat badan dan panjang badan, serta wawancara kuesioner dengan responden ibu/pengasuh dari sampel penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan sebesar 7.2 anak mengalami wasting. Analisis bivariat dengan CI 90 menunjukkan suplementasi vitamin A memiliki hubungan bermakna secara statistik dengan kejadian wasting. Analisis multivariat menunjukkan suplementasi vitamin A sebagai faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian wasting pada anak usia 6-23 bulan di Jakarta Barat tahun 2017 dengan nilai OR CI 90 8.526.
Peneliti menyarankan pemerintah, puskesmas, dan posyandu untuk menyediakan alat pengukuran antropometri secara lengkap di posyandu, dan mengadakan pelatihan pengukuran antropometri secara rutin, mengadakan penyuluhan mengenai praktik pemberian makan pada anak, praktik pemberian ASI pada usia 0-6 bulan, suplementasi vitamin A, dan imunisasi guna meningkatkan status gizi anak.

Wasting or acute malnutrition increase risk of infection and death in children. The first objective of this study was to determine vitamin A supplementation as a dominant factor of wasting among children aged 6 23 months in West Jakarta in 2017. This study was a cross sectional study. Multistage random sampling was used as sampling method. There were 207 samples of children aged 6 23 months from posyandu the integrated service posts in 6 chosen villages in West Jakarta. Data were collected by anthropometric measurement weight and length measurement and questionnaire.
This study found 7.2 of those children are wasting. Analysis with CI 90 in this study showed a significant association between vitamin A supplementation with wasting and vitamin A supplementation as a dominant factor associated with wasting among children aged 6 23 months OR 8.526.
Researcher suggest government, puskesmas public health center, and posyandu to provide a proper and complete equipment of anthropometric measurement in posyandu, periodically conduct anthropometric measurement training, and educate parents of children aged below 5 years old about complementary feeding practices, breastmilk feeding practices of children aged 0 6 months, vitamin A supplementation, and immunization to improve nutritional status of children.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusi Deviana Nawawi
"Usia lanjut berisiko tinggi mengalami defisiensi vitamin D, sedangkan vitamin D memiliki efek protektif terhadap massa otot. Penurunan massa otot dan fungsinya disebut dengan sarkopenia. Prevalensi sarkopenia sangat tinggi pada usia lanjut yang tinggal di panti wreda, kondisi ini disebabkan gaya hidup sedentari pada penghuni panti wreda. Deteksi dini sarkopenia dapat dilakukan dengan mengukur fungsi otot, salah satunya adalah mengukur performa fisik dengan tes short physical performance battery (SPPB). Penelitian potong lintang ini bertujuan untuk melihat korelasi antara kadar vitamin D serum dengan performa fisik pada usia lanjut di lima panti wreda yang terdaftar di Kota Tangerang Selatan. Pengambilan subjek dilakukan dengan cara proportional random sampling, didapatkan 100 usila yang memenuhi kriteria penelitian. Pemeriksaan kadar vitamin D menggunakan kadar kalsidiol serum dengan metode chemiluminescence immunoassay (CLIA). Pemeriksaan massa otot menggunakan bioelectric impedance analysis Tanita SC-330. Analisis korelasi menggunakan uji nonparametrik. Didapatkan nilai tengah usia subjek adalah 74,89 tahun dan 72% subjek adalah perempuan. Terdapat  85% subjek memiliki asupan vitamin D yang kurang dan  94% subjek memiliki skor pajanan sinar matahari yang rendah, serta seluruh subjek masih memiliki massa otot yang normal. Nilai tengah kadar vitamin D serum  adalah 15,50(4-32) ng/mL, dengan 72% subjek mengalami defisiensi vitamin D. Nilai tengah performa fisik adalah 9(3-12) dan sebanyak 47% subjek mengalami performa fisik yang buruk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi antara kadar vitamin D serum dengan performa fisik pada usia lanjut di panti wreda (r=0,130; p=0,196).

Elderly individuals have a risk of vitamin D deficiency, whereas vitamin D has a protective effect on muscle mass. Decrease in muscle mass and function is called sarcopenia. The prevalence of sarcopenia is very high in the elderly who live in nursing homes, this condition is due to the sedentary lifestyle. Early detection of sarcopenia can be done by measuring physical performance with short physical performance battery (SPPB) test. This cross-sectional study aimed to explore the correlation between vitamin D serum levels with physical performance among elderly individuals in five nursing homes registered in South Tangerang. A hundred subjects who fulfilled study criteria gathered using proportional random sampling method. Examination of vitamin D levels using calcidiol serum with the chemiluminescence immunoassay (CLIA) method. Muscle mass was measured using bioelectric impedance analysis Tanita type SC-330. Nonparametric correlation was used for correlation analysis. Median age of subjects was 74.89 years old and 72% were female. Eighty-five percent of subjects had low vitamin D intake, 94% of subjects had low sun exposure score, and all subjects had normal muscle mass. Mean level of vitamin D serum was 15.50 (4-32) ng/mL, with 72% of subjects had vitamin D deficiency. Mean score of physical performance was 9(3-12) and 47% of subjects had low physical performance. This study showed that there was no correlation found between vitamin D serum levels with physical performance among elderly individuals in nursing homes (r=0.130; p=0.196)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58914
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Utami Ningsih
"Kadar vitamin D dapat menurun pada penggunaan OAE lebih dari 6 bulan karena mengaktivasi pregnane x receptor (PXR) yang selanjutnya akan meningkatkan regulasi 24-hydroxylase. Hal ini dapat memicu perubahan vitamin D menjadi metabolit inaktif. Karbamazepin (CBZ), fenitoin (PHT), fenobarbital (PHB) dan asam valproat (VPA) merupakan jenis OAE generasi pertama yang banyak digunakan di RSCM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran kadar vitamin D dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan OAE generasi tunggal
Metode. Desain penelitian berupa studi potong lintang dengan pengambilan sampel secara konsekutif. Subyek penelitian adalah orang dengan epilepsi yang mengkonsumsi CBZ, PHT, PHB dan VPA minimal 6 bulan dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pada subyek dilakukan wawancara, pengisian kuesioner, pemeriksaan fisik, recall makanan dan pengambilan darah vena untuk pemeriksaan kadar vitamin D.
Hasil. Dari 59 subyek diperoleh subyek lelaki : perempuan (1,4:1). Sebagian besar subyek menggunakan karbamazepin (45,8%) dengan durasi penggunaan OAE berkisar 6 bulan – 35 tahun. Lebih banyak subyek yang mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup lebih banyak dibandingkan yang kurang. Prevalensi kadar vitamin D rendah, yaitu, 30,5%. Median vitamin D yaitu, 36,9 ng/ml.
Kesimpulan. Kadar vitamin D pada penggunaan OAE generasi pertama tunggal lebih dari 6 bulan adalah normal. Kadar vitamin D tidak dipengaruhi oleh jenis OAE, durasi penggunaan OAE dan asupan vitamin D. Namun kadar vitamin D pada orang dengan epilpesi dipengaruhi oleh jumlah paparan sinar matahari.

Level of vitamin D can be decreased by first generation anti epileptic anti epileptic drugs (AEDs) due to pregnane x receptor (PXR) activated and increase of 24-hydroxylase regulation. Carbamazepine (CBZ), phenytoin (PHT), phenobarbital (PHB) or valproic acid (VPA) are first generation AEDs that are common used at Cipto Mangunkusumo Hospital. Therefore, the aim of this study is knowing vitamin D level in patients that have been treated by those AEDs more than 6 months.
Method. This was a cross-sectional study with consecutive sampling. Subjects were people with epilepsy taking CBZ, PHT, PHB, or VPA for at least 6 months and fulfilled both inclusion and exclusion criteria. All subjects were interviewed, food recalled and underwent physical examination and measurements of vitamin D level.
Result. Among 59 subjects, male:female ratio is 1.4:1. Most subjects using carbamazepine (45.8%) with duration of OAE therapy is 6 months - 35 years. Prevalence of hipovitaminosis D is 30.5%. Median of vitamin D is 36.1 ng / ml.
Conclusion. Vitamin D level is normal among people with epilepsy (PWE) and not influenced by AEDs type, duration of medication and food intake. However, vitamin D level is influenced by sun exposure in PWE.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isa Rosalia Ruslim
"Hipovitaminosis D selama masa kehamilan dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan dan pada janin. Selain itu data mengenai status vitamin D pada ibu hamil terutama trimester 1 di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kadar kalsidiol serum pada ibu hamil trimester 1 dan korelasinya dengan asupan vitamin D dan skor paparan sinar matahari.
Penelitian ini menggunakan metode studi potong lintang pada ibu hamil sehat usia 20-35 tahun dengan usia kehamilan <12 minggu. Hasil penelitian menunjukkan rerata usia subyek 27,36+3,91 tahun dengan median usia kehamilan 9 minggu. Sebagian besar subyek berpendidikan tinggi (68,1%), status bekerja (70,2%) dengan pendapatan >UMP (59,6%) dan rerata IMT 23,74+3,83 kg/m2. Asupan lemak, protein, dan kalsium subyek
Median skor paparan sinar matahari adalah 14 (0-42) dengan median lama paparan 17,41 (0-85,71) menit. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar kalsidiol serum dengan kelompok lama paparan sinar matahari 5-30 menit dan >30 menit (p=0,033). Rerata kadar kalsidiol serum 39,26+10,25 nmol/mL (insufisiensi) dengan 100% subyek memiliki kadar kalsidiol serum < 80 nmol/L yang menggambarkan keadaan hipovitaminosis D.
Tidak terdapat korelasi antara kadar kalsidiol serum dengan skor paparan sinar matahari (r=0,087; p=0,562), dan asupan vitamin D (r=-0,049; p=0,745). Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian adalah seluruh ibu hamil trimester 1 di Jakarta mengalami hipovitaminosis D sehingga perlu segera diatasi melalui konseling dan edukasi gizi.

Vitamin D deficiency could be related to several complications to pregnancy`s outcomes, both for mother and fetus. Besides, there is limited data regarding to vitamin D status among pregnant women in Indonesia especially during the first trimester. Therefore this study was performed to determine serum calcidiol on the first trimester of pregnancy and its correlation to vitamin D intake and sun exposure score.
The methode in this study was cross-sectional study among healthy pregnant women aged 20-35 years old on their first trimester of pregnancy. Average age of the subjects was 27.36±3.91 years old with median gestational age of 9 weeks. Most of the subjects was well educated (68.1%), working (70.2%) with monthly income equal and more than the province minimum salary (59.6%), and with BMI average of 23.74±3.83 kg/m2. Mostly the subjects had fat, protein, and calcium intake below its RDA with the average intake of 44.49±22.22 g/day; 45.07±19.35 g/day; 661.93±405.91 mg/day, respectively. Vitamin D intake was mostly below its RDA with a median of 2.9 mcg/day and ranged from 0.3 to 15.6 mcg/day.
The median score of sun exposure score was 14 that ranged from zerro to 42, with a median for its duration of 17.41 minutes that ranged from zerro to 85.71 minutes. In this study, there was significant differences between serum calcidiol and sun exposure duration in 5-30 minutes and more than 30 minutes groups (p=0,033). As the main finding, it reveals that the average of serum calcidiol was 39.26±10.25 nmoL/mL or classified as insufficient where all of the subjects (100%) had serum calcidiol less than 80 nmol/L (hypovitaminosis D).
However, there were no significant correlations between serum calcidiol with sun exposure score and vitamin D intake (r=0.087 and p=0.562; r=-0,049 and p=0.745, respectively). In conclusion, all of the pregnant women in Jakarta, especially in their first trimester had low vitamin D status. Therefore, intervention is needed, i.e. through prenatal counselling and nutrition education regarding to natural sources of vitamin D.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Noor Mintarsih
"Faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi antara lain partisipasi ibu, kader dan sarana yang menunjang kegiatan tersebut. Partisipasi ibu dalam kegiatan tersebut berhubungan dengan karakteristik ibu, peran pembinaan dari kader, petugas kesehatan dan partisipasi tokoh masyarakat setempat. Masih dijumpai beberapa daerah dengan angka cakupan distribusi kapsul vitamin A rendah atau dibawah target yang telah ditetapkan, namun ada pula daerah dengan angka cakupan yang tinggi atau melebihi target yang telah ditetapkan.
Penelitian ini bertujuan mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi di desa Tlogopragoto dan desa Kertodeso, Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. Sasaran dalam penelitian ini adalah 248 ibu balita, 33 orang kader dan 8 posyandu. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, kujungan rumah dan pengamatan. Jenis penelitian adalah Cross Sectional dengan menggunakan data primer. Teknik analisa data adalah analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji Khi Kuadrat, U Mann Whitney dan perhitungan Odds Ratio (OR).
Berdasarkan analisa bivariat diperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan cakupan distribusi kapsul vitamin dosis tinggi adalah partisipasi ibu dan pengetahuan kader tentang vitamin A. Sedangkan faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu yaitu pengetahuan ibu tentang vitamin A, pembinaan oleh kader, pembinaan oleh petugas kesehatan dan partisipasi tokoh masyarakat.

Factors Related with the Coverage of Distribution of High Dosage Vitamin A Capsule in Tlogopragoto Village and Rertodeso Village, Sub district of Mirit, District of KebumenThe factors which are related with the coverage of distribution of high dosage vitamine A capsule among others are the mother's participation, cadres and supporting facilities of the activity. The mother's participation in the activities are related with the mother's characteristics, roles of the cadres, health staffs and participation of the local leaders. There are still areas with low coverage of distribution of vitamine A or below the target, however, there are also area with high coverage of distribution of vitamine A or above the target.
This research is intended to study factors which are related with the distribution coverage of high dosage of vitamine A capsule in Tlogopragoto village and Kertodeso village, Subdistrict of Mirit, District of Kebumen. The subject of this research is 248 mothers, 33 cadres, and 8 integrated health service centers. The data collection technique is interview, home visits and observation. The type of research is a cross sectional by using primary data. The data analysis technique is univariate analysis and bivariate analysis by using the Chi Square test, U Mann Whitney test and calculation of Odds Ratio (OR).
Based on the bivariate analysis that the factors related with the high dosage vitamine A capsule distribution coverage are the mother's participation and cadres knowledge regarding vitamine A. The mother's participation are related with the mother's knowledge regarding vitamine A, counseling of cadres, counseling of health staffs and participation of the community leaders.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Umar
"Masalah kesehatan dan gizi tersebut semakin buruk akibat dampak dari krisis ekonomi yang berkepanjangan melanda Indonesia sejak tahun 1997 yang mengakibatkan masyarakat mengalami kesulitan dalam upaya memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk menyediakan makanan yang bergizi baik( secara kualitas maupun kuantitas, diantaranya sumber vitamin A. Salah satu ketidakmampuan masyarakat dalam menyediaan makanan yang bergizi khususnya makanan yang mengandung vitamin A dalam waktu lama dapat mengakibatkan kurang vitamin A (KVA). Kurang vitamin A banyak terjadi pada anak-anak, ibu hamil dan ibu nifas. Kekurangan asupan vitamin A pada ibu nifas akan mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh bayi sehingga mudah terserang penyakit yang berpengaruh pada status gizi.
Konsumsi kapsul vitamin A Basis tinggi pada ibu nifas memberi manfaat pada ibu dan bayi yang disusuinya, merupakan sumber anima vitamin A bagi bayi sampai umur enam bulan pertama, dapat menurunkan penyakit rabun senja, mencegah kebutaan, menurunkan mortalitas sampai 40%, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit ISPA, diare, dan campak, dan meningkatkan pertumhuhan hayi.
Hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Pariaman tahun 2004 didapatkan hahwa masih rendahnya konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas (58,6%), masih banyak kasus gizi buruk pada bayi (5,1%) dan masih tinggi kejadian penyakit infeksi pada bayi seperti ISPA (11,3%) dan diare (6,1%).
Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas terhadap status gizi bayi 3 bulan di Kota Pariaman. Sasaran dalam penelitian adalah 148 ibu nifas dengan bayi berumur tiga bulan, 30 orang bidan yang menolong persalinan pada ibu nifas yang menjadi sampel. Teknik pengumpulan data melalui wawancara, pengukuran, kunjungan rurnah.
Jenis penelitian adalah cross sectional dengan menggunakan data primer. Teknik analisa data adalah analisa univariat, bivariat dan multivariat dengan menggunakan uji khi kudrat dun uji regresi logistik ganda.
Berdasarkan analisa univariat diperoleh basil bahwa ibu nifas yang mengkonsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi (48,0%), bayi dengan status gizi kurang (8,8%), status gizi buruk (0,7%), status gizi kurus (12,2%) dan status gizi sangat kurus (8,8%). Analisa bivariat diperoleh basil bahwa terdapat perbedaan proporsi variabel umur ibu nifas, pengetahuan ibu nifas tentang kapsul vitamin A dosis tinggi dan pengetahuan bidan tentang kapsul vitamin A dosis tinggi dengan konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. Analisa multivariat diperoleh basil bahwa faktor yang paling dominan terhadap konsumsi kapsul vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas adalah pengetahuan bidan tentang kapsul vitamin A dosis tinggi dan faktor yang paling dominan terhadap status gizi bayi (BB/PB) adalah diare.

Those health and nutrition problem are getting worse because the impact of endless economy crisis in Indonesia since 1997 that caused society experience difficulty in fulfilling daily needs, include providing good quality and quantity foods, such as vitamin A source. One of the society incapability in providing nutritious foods especially with vitamin A in a long period may cause avitaminosis A (KVA). Avitaminosis A mostly happens in children, pregnant mother and childbirth mother. Avitaminosis A in childbirth mother cause decreasing of baby endurance that may cause baby affected by disease easily, which affect nutrition status.
Consumption of high dose vitamin A for childbirth mother give benefit to mother and baby that they feed, as main source of vitamin A for baby until six month, may decrease xeropthalmia disease, blindness, decrease mortality to 40%, increase endurance against ISPA disease, diarrhea, and measles and increasing baby growth.
Report result from Health Agency of Pariaman City year 2004 is the consumption of high dose vitamin A still low in childbirth mother (58,6%), there's still many malnutrition cases in baby (5,1%) and high rate of infection disease on baby like ISPA (11,3%) and diarrhea (6,1%).
This research aim o find the factors that related to consumption of high dose vitamin A on childbirth mother toward 3 month baby nutrition status in Pariaman City. Targets in this research are 148 childbirth mothers with 3-month baby, 30 midwife that help childbirth mother who used as sample. Data gathering technique through interview, measuring, and house visit.
Research genre is cross sectional by using primary data. Data analysis technique is univariate, bivariate and multivariate by using chi square test and double logistic regression test.
Based on univariate analysis obtained result that childbirth mother who consume high dose vitamin A capsule (48,0%), baby with malnutrition status (8,8%), poor nutrition status (0,7%), skinny nutrition status (12,2%) and very skin nutrition status (8,8%). From bivariate analysis obtained result that there's difference in proportion of childbirth mother variable, childbirth mother knowledge toward high dose vitamin A capsule and midwife knowledge about high dose vitamin A capsule with consumption of high dose vitamin A capsule on childbirth mother. From multivariate analysis obtained result that the most dominant toward consumption of high dose vitamin A capsule on childbirth mother is midwife knowledge in high dose vitamin A capsule and the most dominant factor toward baby nutrition status (BW/BH) is diarrhea.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T 20081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Pratiwi
"Latar Belakang: Insufisiensi vitamin D mengenai hampir 50% populasi seluruh dunia. Dua penyebab paling utama defisiensi adalah kurangnya paparan sinar matahari dan asupan nutrisi vitamin D tidak adekuat. Mulai usia 6 bulan, ASI tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan makronutrien dan mikronutrien bayi termasuk juga vitamin D. Penelitian yang mendukung angka kejadian defisiensi dan insufisiensi vitamin D serta mengetahui paparan sinar matahari yang adekuat untuk mencukupi kebutuhan vitamin D harian belum banyak dilakukan di Indonesia, terutama usia 7-12 bulan.
Tujuan: Membuktikan pengaruh paparan sinar matahari terhadap kadar vitamin D bayi usia 7-12 bulan.
Metode: Uji acak terkontrol dilakukan terhadap 109 subjek berusia 7-12 bulan di Puskesmas wilayah Semarang pada bulan Februari sampai Mei 2019. Dibagi menjadi kelompok intervensi (54 subjek) dan kontrol (55 subjek) dengan kriteria inklusi: tidak memiliki kelainan kongenital maupun penyakit kronik dan orangtua bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi: memiliki status gizi kurang dan gizi buruk, warna kulit selain kuning langsat dan sawo matang, defisiensi vitamin D berat dengan gejala klinis dan mendapat suplementasi vitamin D. Intervensi: paparan sinar matahari selama 5 menit pada pukul 10.00-14.00 tiga kali seminggu selama 2 bulan. Dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D awal dan akhir serta food recall.
Hasil: Didapatkan hasil angka defisiensi vitamin D sebesar 8,9%. Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk kadar vitamin D awal pada kedua kelompok dengan rerata kadar vitamin D 39,1±14,9 ng/ml pada kelompok intervensi dan 38,6±15,4 ng/ml pada kontrol. Setelah 2 bulan, terdapat perbedaan bermakna dengan p=0,005 pada kadar vitamin D kedua kelompok dengan rerata kelompok intervensi 47,9±21,9 ng/ml dan 36,6±13,7 ng/ml pada kontrol. Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk asupan vitamin D pada kedua kelompok.
Kesimpulan: Paparan sinar matahari pukul 10.00-14.00 selama 5 menit pada 50% luas permukaan badan berpengaruh terhadap peningkatan kadar vitamin D bayi berusia 7-12 bulan.

Background: Vitamin D insufficiency found in almost 50% of world population. Two main causes of deficiency were less sun exposure and inadequate vitamin D intake. Since 6 months, breastmilk couldnt fulfilled infant s nutrient need including vitamin D. Study supported vitamin D deficiency and insufficiency prevalence and also information about adequate sun exposure needed to maintain daily vitamin D had not been done much in Indonesia, especially aged 7-12 months.
Objective: To prove effect of sun exposure on vitamin D levels of infants aged 7-12 months
Method: Randomised controlled trial was done to 109 subjects aged 7-12 months in Primary Health care around Semarang city on February until May 2019. Divided to intervention group (54 subjects) and control (55 subjects) with inclusion criteria: no congenital or chronic disease, parents agreed to join the study. Exclusion criteria: moderate or severe malnutrition, skin tone other than yellow or brown, severe vitamin D deficiency with clinical manifestation and received vitamin D supplementation. Intervention : sun exposure for 5 minutes from 10.00-14.00 three times a week for 2 months. Vitamin D level measurement and food recall were done before and after.
Results: It is shown that prevalence of deficiency was 8.9%. No significant difference on pre vitamin D levels for intervention group (mean 39.1±14.9 ng/ml) and control (mean 38.6±15.4 ng/ml). After 2 months, there was significant difference between intervention group (mean 47.9±21.9 ng/ml) and control (mean 36.6±13.7 ng/ml) with p=0.005. There was no significant difference for vitamin D intake between two groups.
Conclusion: Sun exposure of 50% body surface area at 10.00-14.00 for 5 minutes has an effect to increase vitamin D level of infants aged 7-12 months."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>