Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 121555 dokumen yang sesuai dengan query
cover
N. Daldjoeni
Bandung: Alumni, 1998
910 DAL g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
N. Daldjoeni
Bandung: Alumni, 1987
910 DAL g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rosidah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amina Sari
"Di dalam sekolah orang yang memiliki peran sangat penting terhadap prestasi belajar siswa adalah guru. Tugas gum bukanlah seked^ menjrampaikan materi pelsyaran, memberikan ulangan dan nilai pada siswanya, tetapi juga hams dapat membangkitkan motivasi siswanya, memberikan dorongan, dan mengembangkan iklim kelas yang mendukung tercapainya hasil belajar yang maksimal.
Dalam kenyataannya, kebanyakan gum tidak memberikan upaya yang maksimal dalam melaksanakan tugas mengajamya Kebiasaan yang ada selama ini guru hanya menyelesaikan target kurikulum yang hams dicapainya Seringkali ini mengakibatkan guru tidak memberikan peiliatian lebih pada siswanya Sehingga ada kecendemngan siswa tidak memperoleh bimbingan belajar yang baik dan hanya berusaha mengh^al (Dr. Mochtar Buchori, Kompas 14/6/1996). Sedangkan kenyataan lain menunjukkan bahwa kebanyakan guru SMU tidak menguasai materi dengan baik, berdasarkan penelitian tes penguasaan materi didapatkan bahwa penguasaan materi gum matematika dan fisika hanya mencapai 50 % (Kompas, 23/7/1998).
Kenyataan yang ada ini tentunya sangat memprihatinkan dunia pendidikan Indonesia Guru yang diharapkan mampu memberikan sumbangan besar bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas, juslru kurang memiliki kualitas yang diharapkan. Padahal guru SMU di Indonesia memiliki latar belakang pendidikan yang cukup memadai, sebagian besar dari mereka menq)akan saijanaSl. Mochtar Buchori (dalam Kompas 2/10/1993) mengatakan bahwa guru hams menguasai dua kemampuan yaitu, penguasaan materi dan kemampuan edukatif untuk menggunakan materi yang telah dikuasainya agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Untuk dapat memanfaatkan materi yang dikuasainya secara tepat guna, guru hams memiliki keyakinan bahwa ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Tanpa keyakinan ini sulit untuk diharapkan gum akan mampu memberikan yang terbaik dalam kegiatan belajar-mengajar.
Keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melaksanakan serangkaian tugas yang diberikan inilah yang disebut dengan self-efficacy. Derajat self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang dapat mempengaruhi bagaimana ia menyelesaikan tugasnya, bagaimana ia bediadapan dengan hambatan yang mengbadang. Kemampuan yang dikuasai oleh seseorang belum menjamin ia mampu malakukan tugasnya tersebut dangan baik. Bandura (1982) mangatakan bahwa seringkali orang tidak bartingkah laku optimal, maskipun mareka tahu apa yang harus dilakukannya Hal ini dikarenakan panilaian yang dibuatnya tarhadap kemampuan dirinya menjembatani bubungan antara pengatahuan dan tindakan.
Taori self-efficacy ini juga diterapkan pada guru dan tugas yang diembannya Mangenai ini Woolfolk (1993) memberikan definisi menganai self-efficacy guru yaitu, keyakinan guru bahwa ia dapat mengbadapi siswanya bahkan yang paling sulit sekalipun dan membantu mereka untuk belajar. Seperti juga derajat self-efficacy secara umum yang ada pada satiap orang, derajat self-efficacy yang dimiliki oleh setiap guru tidaklah sama Karena informasi self-efficacy sesaorang bisa didapat dari baberapa sumber, maka penilaian kemampuan diri gum yang berbeda-beda juga bisa dikarenakan beberapa faktor. Saiah satu faktor yang ikut berpangamb adalah lingkungan (Dembo, 1991). Dalam hal ini lingkungan yang dihadapi guru dalam palaksanaan tugasnya adalah lingkungan sekolah. Woolfolk (1993) mangatakan bahwa iklim sekolah mempengarabi self-efficacy guru. Iklim sekolah adalah karakteristik psikologis dari organisasi yang berjalan dalam sekolah yang mempengaruhi tingkah laku guru dan siswa, juga sabagai rasa psikologis yang dimiliki guru dan siswa terhadap sekolah (sergiovanni dan Starrat, 1993). Dari hal inilah maka dibuat panelitian yang bertujuan untuk mengetaliui bubungan antara self-efficacy guru dan iklim sekolah.
Dalam panelitian ini digunakan sampel guru matematika SMU, mengingat pentingnya peran yang dieinban gum matematika SMU. Selain kai-ena mata palajaran ini panting untuk dikuasai siswa, di tingkat SMU inilah masa yang tersulit untuk mengajar matematika gum matematika SMU harus mengbadapi siswa yang membawa kemampuan berbeda-beda yang didapat dari tingkat pendidikan sebelumnya.
Panelitian ini dilakukan pada 48 subyek penelitian, dangan menggunakan tahnik incidental sampling. Subyek diambil dari sembilan SMUN yang ada di Jakarta Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuesioner skala self-efficacy dan skala iklim sekolah. Untuk menjawab pertanyaan dari tujuan penelitian ini data diolah dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment, dan dalam pengolabannya menggunakan bantuan SPSS for Windows release 6.0.
Hasil utama penelitian ini inenunjukkan bahwa tidak ada bubungan yang signiiikan antai a self-efficacy guru matematika dengan iklim sekolah. Dari hasil ini ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, diantaranya yaitu instmmen yang digunakan. Untuk dapat lebih yakin bahwa instrumen yang digunakan benarbenar mengukur apa yang ingin diukur, dapat dilakukan uji validitas konstmk dangan menggunakan data eksternal lainnya Hal ini dapat dilakukan dengan mengunakan matode lain, atau dengan menggunakan dua metode dan mengkorelasikannya Memperbesar jumlah sampel juga diharapkan dapat meningkatkan reliabilitas dan validitas dari kedua instrumea Penelitian lebih lanjut meiigenai self-efficacy dan iklim sekolah diharapkan dapat memberikan basil yang lebih memuaskan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1999
S2650
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Primi Paramita
"ABSTRAK
Pada masyarakat kita , masih banyak anggapan bahvva seks merupakan hal yang
tabu untuk dibicarakan. Orang tua yang seharusnya merupakan sumber utama bagi anak
dalam memberikan pendidikan seksual juga masih ragu dan malu untuk melakukan salah
satu tugasnya tersebut. Sedikit sekali orang tua yang mau menginformasikan
pengetahuan tentang masalah seks pada anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua tidak
tahu atau merasa enggan bercerita mengenai seks (Dr.dr. Satoto dalam Kompas, 1994).
Akibat kurangnya informasi mengenai pendidikan seks dari orang tua serta
adanya sumber-sumber yang dapat menimbulkan salah pengertian, maka sekolah
merupakan altematif yang tepat untuk mengantisipasi hal ini. Alasan yang mendasarinya
adalah bahwa sekolah merupakan suatu lembaga yang mampu mencakup remaja dari
berbagai kalangan. Walaupun banyak terdapat lembaga atau perkumpulan remaja, namun
hanya sebagian dari remaja yang ikut terlibat, sehingga apabila pendidikan seks diadakan
melalui perkumpulan remaja saja, maka akan banyak remaja yang tidak mendapat
kesempatan untuk memperoleh informasi/pendidikan tersebut (Rice, 1996).
Beberapa SMU Swasta memasukkan pendidikan seks ke dalam kegiatan
ekstrakurikuler olahraga dan kesehatan (Iskandar, 1998). Sedangkan SMU Negeri di
wilayah Jakarta telah mengantisipasi hal ini melalui pelajaran Biologi. Salah satu SMU
Negeri yang memberikan materi kesehatan reproduksi melalaui pelajaran Biologi adalah
SMU negeri 8 Jakarta.
Remaja merupakan suatu periode transisi, dan pada masa ini remaja banyak
mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang menuntut mereka beradaptasi
dengan perubahan tersebut serta tuntutan yang ada di masyarakat. Perubahan-perubahan
yang teijadi pada masa remaja adalah perubahan fisik, emosi, kognitif, dan
perkembangan kepribadian sosial.
Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk mempersiapkan
remaja menghadapi beberapa kejadian penting yang berpengaruh pada kesehatan
reproduksi remaja, seperti misalnya saat baru melahirkan, mengalami hubungan seksual,
alat kontrasepsi, mengalami infeksi penyakit menular, dan saat pertamakali mngethui
bahwa dirinya hamil. Selain itu, pemberian pendidikan kesehatan reproduksi juga berisi mengenai penanaman nilai-nilai yang harus disampaikan untuk mencegah perilaku
seksual yang tidak bertanggung jawab.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman
siswa, serta pendapat guru dan siswa SMU Negeri 8 mengenai pemberian materi
kesehatan reproduksi yang disampaikan melalui pelajaran Biologi.
Responden penelitian ini adalah siswa kelas II SMU Negeri 8 yang berjumlah 80
orang dan tiga orang guru Biologi. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
digunakan kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti. Alat penelitian untuk siswa
terbagi atas lima bagian, dimana tiga bagian pertama bertujuan untuk menguji
pemahaman siswa terhadap materi kesehatan reproduksi, AIDS, dan alat kontrasepsi,
sedangkan untuk bagian ke empat dan ke lima bertujuan untuk menggali pendapat siswa
terhadap prosees pembelajaran Biologi "Plus" dan hambatan yang dialami selama
kegiatan Biologi "Plus" berlangsung. Untuk kuesioner guru terbagi atas empat bagian.
Bagian pertama berisi mengenai materi tambahan yang diajarkan guru melalui Biologi
"Plus", bagian kedua adalah untuk menggali proses Kegiatan Biologi "Plus" dan
hambatan yang dialami guru, sedangkan bagian keempat dan ke lima berisi mengenai
pertanyaan terbuka
Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan
perhitungan persentase dari pendapat responden siswa dan guru, serta menghitung
korelasi dengan menggunakan teknik Pearson Product Moment dengan menggunakan
program komputer SPSS 8.00 for Windows. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui
bahwa tingkat pemahaman responden siswa terhadap materi kesehatan reproduksi secara
umum masih rendah, sehingga hal ini perlu menjadi perhatian para guru Biologi dan
pihak sekolah. Pemahaman siswa terhadap materi kesehatan mengenai alat kontrasepsi
dan AIDS lebih baik dibandingkan dengan pemahaman siswa terhadap materi lain yang
tercakup dalam kuesioner. Selain itu untuk sebagian besar siswa dan guru berpendapat
bahwa pemberian materi kesehatan reproduksi melalui pelajaran Biologi sudah tepat,
namun hambatan yang dirasakan adalah terbatasnya waktu. Hal ini menyebabkan banyak
materi kesehatan reproduksi yang belum disampiakan pada siswa, dan dari pihak siswa
mereka berpendapat rasa ingin tahu mereka tidak terpenuhi."
1999
S2935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Purwanti
"Banyak tokoh pendidikan Indonesia berpendapat bahwa praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih mcnggunakan pendekatan yang lebih berfokus pada peran tunggal guru sebagai pemegang tanggung jawab penuh proses pembelajaran (teacher centered). Siswa adalah obyek pembelajaran yang pasif, guru adalah tokoh maha tahu sebagai pemberi materi, dan proses pembelajaran didominasi oleh kegiatan menghafal. Beberapa upaya pembaharuan yang diusulkan yang sebenarnya mengarah pada pendekatan baru, yang lebih berfokus pada peran siswa (learner centered) tampaknya belum dapat heljalan secara optimal. Diduga, peran guru belum diperhatikan dalam upaya pembaharuan ini, sehingga kesiapan mereka baik secara konseptual maupun teknis (ketrampilan) masih meragukan. Melalui penelitian ini penulis berupaya mengungkap belief guru tentang pembelajaran, dan aktivitas praktis yang dipilihnya untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Belief guru tentang pembelajaran adalah segala pengetahuan/konsep yang dimiliki guru yang telah diyakininya tentang makna pembelajaran. Sedangkan aktivitas praktis guru adalah segala tingkah laku yang dipilih untuk diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari. Penelaahan belief dan aktivitas praktis guru ini dimaksudkan guna mendapat gambaran tentang kesiapan guru dalam mengelola pembelajaran. Sekaligus diungkap hambatan-hambatan yang dihadapi guru untuk mengimplementasikan belief yang dianutnya pada aktivitas praktis sehari hari. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap terbentuknya belief dan aktivitas praktis tertentu juga turut dikaji dalam penelitian ini. ‘Model berpikir dan bertindak guru’ dari Clark dan Peterson (1986) menjadi titik tolak landasan teoritis yang dipakai pada penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap 137 guru dari lima SMU di Jakarta, yang masing-masing diasumsikan membawa ciri khasnya sendiri, yaitu SMUN Unggulan, SMUN Pendamping, SMUN Non unggulan/non pendamping, SMU Swasta. Alat pengumpul data adalah 'skala belid’ dan ‘skala aktivitas praktis’dilengkapi dengan wawancara dengan 15 orang guru. Korelasi Pearson Product Moment, uji-t, dan one way anova adalah teknik statistik utama yang dipakai untuk menganalisis data yang diperoleh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya para guru telah menganut belief yang cenderung learner centered, dan telah melakukan aktivitas praktis yang sifamya cenderung learner centered pula. Namun kadar learner centered keduanya berbeda, dan menghasilkan kesenjangan yang bermakna.
Melalui wawancara terungkap, kualitas siswa yang kurang baik dan fasilitas yang kurang mendukung adalah hambatan yang dihadapi para guru di SMU non unggulan/non pendamping dalam rangka mewujudkan belief ‘learner centerednya. Upaya realistis dengcn menurunkan idelialisme yang berdampak pada menurnnya tingkat learner centered dan belief yang dianut. adalah cara yang dilakukan untuk menghadapi masalah ini. Sedangkan pada SMU unggulan/pendamping, hambatan yang muncul dalam menerapkan belief ‘learner centered’ adalah keraguan terhadap kemampuan guru untuk ‘meladeni‘/mengelola kekritisan siswa- Beban kurikulum, materi baru dan kesejahteraan yang kurang memadai, adalah hambatan yang dirasakan oleh guru secara umum.
Mengenai dugaan berpengaruhnya beberapa faktor terhadap terbentuknya belief dan aktivitas praktis tertentu, hasil penelitian menunjukkan bahwa, memang terjadi perbedaan belief dan aktivitas praktis di antara para guru yang bcerbeda asal sekolah. Perbedaan belief juga muncul di antara guru yang berbeda dalam pengalaman. Bahkan terbukti semakin berpengalaman seorang guru (semakin lama bekerja di suatu sekolah, semakin lama berprofesi sebagai guru, dan semakin tua usianya), tingkat learner centered dari belief nya menurun. Dalam hal perbedaan materi yang diajar, perbedaan dalam belief tidak ditemukan, namun perbedaan dalam aktivitas praktis terbukti. Para guru pengajar mata pelajaran inti bidang studi IPA, IPS, dan lain-lain memiliki belief yang sama tingkat learner centered-nya. Namun para guru pengajar mata pelajaran inti bidang studi IPA cenderug lebih teacher centered pada aktivitas praktis yang dipilih, dibanding guru yang mengqar mata pelajaran inti bidang studi IPS dan pengajar mata pelajaran 1ainnya
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, kualitas guru memang harus ditingkatkan. Cara yang terbaik adalah dengan menanggapi berbagai hambatan yang dirasakan guru. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk juga menelaah beliq dan strategi belajar siswa, sebagai elemen yang berpengaruh timbal balik pada belief dan aktivitas praktis guru. Perbaikan instruxnen berupa skala belief dan aktivitas praktis juga disarankan, agar lebih akurat dan representatifdalam menterjemahkan sampcl pcrilaku."
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi
"Penelitan mengenai evaluasi pemanfaatan WebPAC di Sekolah Bina Nusantara dilakukan dapa bulan Mei 2006, tujuannya adalah mengetahui gambaran pemanfaatan WebPAC oleh siswa dan guru di sekolah tersebut beerta kendala-kendala pemanfaatannya. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden. Cara penysunan kuesioner, pembentukan kerangka sampel dan pemilihan sampel dijelaskan. Hasilnya menunjukkan 97% siswa dan 55% guru tidak mengetahui keberadaan WebPAC, dari 5 orang guru dan 2 orang siswa yang yang mengetahui keberadaan WebPAC hanya 3 orang guru dan seorang siswa yang pernah memanfaatkan WebPAc tersebut. Alasan mereka tidak mengetahui keberadaan WebPAC adalah kurangnya promosi perpustakaan. WebPAC sebagai sarana temu kembali di perpustakaan Sekolah Bina Nusantara belum dimanfaatkan secara optimal, oleh karena itu diperlukan promosi perpustakaan dan usaha-usaha lain yang dapat meningkatkan pemanfaatan WebPAC."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S15447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S6933
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>