Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183718 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Sekretariat Dewab Gula Indonesia , 1988
664.1 GUL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Zardania
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1980
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Radiocarbon dating method is applied to date samples which are not exceeding 50.000 years in age (Quatemary)....."
JSTA 10:2 (2008)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Trade policy does not only affecting the sugar cane at macro level through the price mechanism of output change. The prices increases in 3 scenarios, that are the sugar price at producer price from IDR 3,410 to IDR 1, 461,3 for the A scenario, to IDR 2, 270 for C scenario...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Pelitasari Soebekty
"Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis struktur dan kinerja industri gula rafinasi di Indonesia serta merumuskan alternatif dan prioritas kebijakan dalam pengembangan industri gula reformasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan S-C-P (Structure - Conduct - Performance), sedangkan perumusan prioritas dilakukan dengan menggunakan Analystical Hierarchy Process (AHP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri gula rafinasi memiliki struktur pasar oligopoli dengan perilaku yang mengarah pada praktek kolutif. Kinerja berdasarkan ukuran profitabilitas menunjukkan adanya marjin yang cukup besar. Namun begitu persepsi konsumen mengharuskan industri ini untuk melakukan perbaikan terutama pada aspek kualitas harga dan kontinuitas suplai. Pilihan dan prioritas kebijakan yang dapat diambil pemerintah untuk mewujudkan industri rafinasi yang efisien dan menunguntungkan semua stakeholder adalah : 1) optimalisasi pabrik gula rafinasi dan 5) menuruhnkan bea masuk gula kasar. Mempertimbangkan potensi konflik yang ada di antara stakeholders, pemerintah harus melakukan pendekatan yang lebih adail kepada semua pihak sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Pemerintah perlu secara konsisten mulai mengurani proteksi terhadap industri gula rafinasi sehingga diharapkan akan mampu mendorong pasar untuk bekerja lebih efisien."
2005
JUKE-1-2-Des2005-181
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Pelitasari Soebekty
"Beberapa tahun terakhir industri gula yang pernah menjadi primadona di Indonesia menunjukkan adanya ketimpangan antara produksi dan konsumsi. Implikasinya adalah terjadi peningkatan jumlah impor gula dalam jumlah yang cukup signifikan. Pada sisi lain, seiring dengan perkembangan ekonomi negara-negara di dunia, konsumsi gula untuk industri mengalami peningkatan relatif yang lebih tinggi daripada konsumsi rumah tangga. Dalam konteks kebijakan perdagangan Indonesia, kecenderungan ini direspon antara lain dengan diaturnya tarif impor bagi gula kristal mentah (raw sugar) dan gula rafinasi (refined sugar) sebagai bahan pemanis bagi industri. Pada perkembangannya beberapa kebijakan terhadap gula rafinasi dinilai telah melahirkan realitas yang berbeda dari yang diharapkan dan diduga akan mengakibatkan distorsi pada industri ini. Dengan dasar pemikiran tersebut tesis ini disusun untuk menganalisis pasar dan strategi persaingan antar industri terkait, serta merumuskan alternatif kebijakan yang harus diprioritaskan pemerintah untuk mengembangkan industri gula rafinasi sehingga bisa melindungi kepentingan petani, konsumen tingkat rumah tangga dan sekaligus mendorong persaingan usaha yang sehat antar industri.
Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa industri gula rafinasi pasar termasuk dalam struktur pasar oligopoli dengan perilaku (conduct) yang mengarah pada praktek kolutif. Kinerja (performance) dan profitabilitas menunjukkan adanya margin yang cukup besar namun dari persepsi konsumen mengharuskan industri ini melakukan perbaikan, terutama pada aspek kualitas, harga dan kontinuitas suplai. Untuk itu kebijakan yang dianggap perlu menjadi prioritas pemerintah dalam mewujudkan industri gula rafinasi yang efisien dan menguntungkan semua stakeholders berturut-turut adalah : 1) Optimalisasi pabrik gula rafinasi, 2) Penerapan kuota impor, 3) Memperketat perijinan & pengawasan Industri gula rafinasi, 4) Menurunkan bea masuk refined sugar, dan 5) Menurunkan bea masuk raw sugar. Adapun prioritas strategi yang akan ditempuh oleh industri gula raflnasi menghadapi industri pesaing, dalam hal ini industri gula petani (berbasis tebu rakyat) adalah meningkatkan kapasitas & produksi, sedangkan prioritas strategi petani dalam menghadapi strategi industri gula rafinasi adalah menuntut penyesuaian harga pembelian gula.
Melihat potensi konflik yang terjadi antar stakeholders gula rafinasi, Pemerintah harus melakukan pendekatan yang lebih fair kepada semua pihak sehingga tidak ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Pemerintah perlu secara konsisten untuk mulai mengurangi proteksi terhadap industri gula rafinasi sehingga mendorong bekerjanya pasar yang akan meningkatkan efisiensi.
Berdasarkan analisis strategi yang dipilih oleh masing-masing industri gula menghadapi strategi pesaingnya maka ada tiga kebijakan yang direkomendasikan, yaitu : penghapusan segmentasi pasar, jaminan pembelian gula petani dengan pola dan mekanisme baru, serta pengembangan industri gula berbasis tebu rakyat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15316
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
James Budiono
"Industri gula Indonesia sering kali menimbulkan berbagai polemik. Dari segi konsumen, harga eceran gula pasir Indonesia sangat tinggi, sebaliknya dari segi produsen, pabrik gula sering kali masuk koran karena hidupnya bagaikan kerakap?mati talc hendak, hidup pun tak mau?meskipun sudah mendapat proteksi yang besar.
Karya Akhir ini mencoba membahas salah satu sisi dari permasalahan industri gula tersebut, yaitu dari sisi produsen. Ditinjau berbagai aspek dan permasalahan yang kerap kali menyelimuti industri gula ini. Apalagi dengan mengingat bahwa pada masa kejayaannya tahun 1930-an, Indonesia bukan hanya pernah menikmati swasembada gula, tetapi juga menjadi eksportir gula yang disegani di dunia.
Dari analisa ini, tampak bahwa permasalahan tersebut urnumnya bukan hanya berasal dan industrii gula itu sendiri, tetapi pada hulu dan hilirnya. Di hulu, industri gula membutuhicari perkebunan tebu sebagai sumber bahan baku utamanya, dan perkebunan tebu Indonesia juga sering dilanda berbagai masalah yang akhirnya mengimbas ke industri gula. Di hilir, monopoli distribusi bukan saja membuat industri gula menjadi tak efisien, tetapi juga membuat masyarakat harus membayar lebih mahal dari seperlunya.
Bila industri gula dapat dijalankan dengan lebih efisien, sebagaimana disarankan dalam Karya Akhir ini, maka dibandingkan dengan industni agribisnis lain yang mengandalkan pada keunggulan komparatif yang dimiliki fndonesia?tanah yang subur, luas dan iklim yang cocok?industni gula sebenarnya memiliki prospek yang cukup baik dan layak dìperhitungkan sebagal pilihan investasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Wenny Widjajanti
"Sebagai salah satu komoditas penting yang dibutuhkan masyarakat, kestabilan harga merupakan salah satu hal yang periu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Pada periode 1980-1997 (kebijakan monopoli BULOG/Badan Urusan Logistik), harga gula meningkat stabil. Sedangkan pada periode sesudahnya (1998-2004), harga guia berfiuktuasi. Meskipun pemerintah melakukan intervensi melaiui kebijakan, namun harga yang terjadi tetap melalui mekanisme pasar yaitu interaksi permintaan dan penawaran. Secara umum, permintaan gula tidak dapat dipenuhi seluruhnya dari :produksi gula dalam negeri, sehingga Indonesia harus mengimpor gula. Permintaan gula secara nasional diperkirakan akan terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk, dan konsumsi gula. Sedangkan penawaran gula terdiri dari produksi gula dalam negeri dan impor guia. Peningkatan produksi gula dalam negeri perk] dilakukan untuk mendukung swasembada gula di tahun 2007 untuk gula konsumsi rumah tangga, dan tahun 2009 untuk total konsumsi gula. Secara teoritis harga gula akan ditentukan oleh berbagai faktor yang menentukan perubahan-perubahan terhadap penawaran dan permintaan gula dalam negeri. Faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing sisi tersebut menjadi menarik untuk dipelajari, karena selain karakteristik struktur pasar gula di Indonesia bersifat oligolpoii, pemerintah juga melakukan kebijakan di bidang pergbaaan yang mengalami perubahan dari tahun ke tahun.
Permintaan gula dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan harga gula dalam negeri. Impor gula dipengaruhi oleh produksi guia dalam negeri, dan kebijakan bea masuk impor gula. Harga gula dalam negeri dipengaruhi oleh permintaan gula, dan kebijakan harga provenue/dana talangan pembelian gula petani. Penawaran gula terdiri dari produksi gula dan impor gula. Produksi tebu merupakan perkalian antara luas lahan dengan produktivitas tebu, dan produksi gula diperoleh dari perkalian antara produksi tebu dan rendemen.
Melalui pengujian ekonometrika, maka dapat disimpulkan bahwa selama periode kebijakan monopoli BULOG (1980-1997) permintaan gula, impor gula, maupun harga gula dalam negeri mengalami peningkatan yang cukup stabil, dibandingkan periode setelah monopoli BULOG (1998-2004). Kebijakan yang dijalankan pemerintah selama tahun 1980-2004 antara lain kebijakan harga provenue/dana talangan pembelian gula petani, yang merupakan kebijakan penting dalam upaya mengendalikan harga gula dalam negeri, dimana pemerintah menetapkan "harga dasar" gula di tingkat produsen. Namun pemerintah perlu menyesuaikan besaran nilai rupiah yang tepat sesuai dengan keadaan Indonesia.
Berdasarkan faktor produksi gula, Program Akselerasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Gula Nasional yang berdampak positif pada peningkatan hasil tebu dan produktivitas hablur di tahun 2004, tetap dilanjutkan dengan meningkatkan kerjasama dengan lembaga penelitian terutama untuk mengembangkan teknologi varietas tebu unggul dan teknologi mesin pabrik.
Sedangkan faktor kebijakan bea masuk impor gula dilakukan utnuk membatasi jumlah impor gula yang masuk ke Indonesia. Namun, tarif bea masuk impor gula Indonesia masih Iebih rendah dibanding negara-negara lain. Untuk itu pemerintah perlu mempertimbangkan untuk menaikkan tarif bea masuk impor tersebut, namun hares secara hati-hati dan didahului dengan kajiab Iebih mendalam dan komprehensif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beddu Amang
Jakarta: Dharma Karsa Utama , 1993
380.1 BED k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fahrinaldi Fajar Akbar
"Pada tahun 2002 pemerintah membuat target swasembada gula yang pada awalnya ingin dicapai pada tahun 2009. Meskipun nilai produksi gula Indonesia terus meningkat, hingga pada tahun 2009 target swasembada gula belum juga tercapai, sehingga target tersebut diundur menjadi tahun 2014. Penelitian ini ingin menganalisis produktivitas individu perusahaan gula melalui efisiensi teknis perusahaan. Dengan pendekatan stochastic frontier analysis(SFA penelitian ini juga menganalisis determinan dari efisiensi teknis pada industri gula.
Rentang waktu penelitian ini dimulai pada tahun 2002 sampai 2010 dengan menggunakan data panel perusahaan sebanyak 15 perusahaan gula di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi teknis industri gula di Indonesia terus mengalami penurunan. Skor efisiensi pada Industri gula ini pada tahun 2002 berkisar 50%, dan terus menurun hingga pada tahun 2010 mencapai sekitar 29%. Hal ini menunjukkan bahwa produksi industri gula di Indonesia seharusnya masih bisa ditingkatkan untuk mencapai target swasembada pada Industri gula di Indonesia.

In 2002 the government made a target of self-sufficiency that was originally to be achieved by 2009. Though the value of Indonesian sugar production continued to increase, until in 2009 target of self-sufficiency has not been achieved, so that the target is postponed to 2014. The Research wants to analyze the productivity of individual sugar company through the company's technical efficiency. With the approach of stochastic frontier analysis (SFA study also analyzes the determinants of technical efficiency in the sugar industry.
Timeframe of this study began in 2002 to 2010 by using panel data companies as much as 15 sugar companies in Indonesia. Results showed that technical efficiency in the sugar industry Indonesia continued to decline. Scores efficiency in the sugar industry in 2002 is about 50%, and continued to decline until the year 2010 reached approximately 29%. This suggests that the production of the sugar industry in Indonesia should still be improved in order to achieve the target of self-sufficiency in sugar industry in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>