Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5038 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: Houghton Miffiln, 1967
641 FOO
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jesslyn Metta Santi
"Fast food adalah jenis makanan yang sudah diolah atau dimasak dalam waktu singkat dan disajikan cepat atas dasar pesanan, dalam kondisi yang masih panas, dan dapat dibawa pergi untuk dikonsumsi di jalan. Fast food ditandai dengan kandungan gizi yang tidak seimbang, dimana sebagian besar mengandung kalori, lemak, gula dan garam yang relatif tinggi, tetapi kandungan serat rendah. Saat ini, industri fast food telah berkembang pesat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hal ini dapat mempengaruhi pola makan remaja akibat peningkatan frekuensi konsumsi fast food. Remaja sedang mengalami perubahan dalam pola gaya hidup, seperti perilaku makan yang berubah dan pilihan makanan yang dikonsumsi cenderung tidak sehat, yaitu makanan yang tinggi gula, garam, dan lemak. Dibuktikan dari WHO (2020) yang menyatakan bahwa 80% remaja di seluruh dunia sering mengonsumsi fast food dan Nilsen (2009) menyatakan 69% masyarakat Indonesia sering mengonsumsi fast food. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi fast food pada mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia angkatan 2023. Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional yang melibatkan 151 responden. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret – April 2024 dengan metode simple random sampling. Hasil penelitian menujukkan bahwa 76,2% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering (≥ 3 kali/minggu). Hasil analisis uji bivariat menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara uang saku untuk membeli fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), jarak kampus ke gerai fast food (p-value 0,002; OR 3,600), promosi fast food (p-value 0,042; OR 2,445), dan paparan media sosial instagram (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast food. Namun, tidak terdapat perbedaan signifikan antara jenis kelamin (p-value 0,370), uang saku keseluruhan (p-value 0,331), pengetahuan gizi dan fast food (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan jarak tempat tinggal ke gerai fast food (p-value 0,685). Setelah mengetahui hasil penelitian, diharapkan mahasiswa dapat mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan membatasi penggunaan media sosial dan pengaruh iklan serta promosi fast food.

Fast food is a type of food that has been processed or cooked in a short time and that is served quickly on order basis, in a still hot condition, and can be taken away to be eaten in the street. Fast food is characterized by unbalanced nutritional intake, which is mostly high in calories, fat, sugar and salt, but low in fiber. Currently, the fast food industry has grown rapidly around the world, including in Indonesia. This may affect adolescents' diet due to increased frequency of fast food consumption. Adolescents are experiencing changes in lifestyle patterns such as changing dietary behavior and food choices that are consumed which are often unhealthy, such as foods that contain high amounts of sugar, salt, and fat. Evidenced by WHO (2020) which states that 80% of adolescents around the world often consume fast food and Nilsen (2009) states that 69% of people in Indonesia often consume fast food. This study aims to determine factors related to fast food consumption among students of the Faculty of Public Health, University of Indonesia class of 2023. This research was conducted using a cross-sectional method involving 151 respondents. Data collection was carried out from Maret – April 2024 using the simple random sampling. The results showed that 76,2% of respondents consumed fast food frequently (≥ 3 times/week). The results of the bivariate test analysis showed that there is a significant difference between pocket money to buy fast food (p-value 0,007; OR 3,111), emotional eating (p-value 0,025; OR 3,821), campus distance to fast food outlets (p-value 0,002; OR 3,600), fast food promotion (p-value 0,042; OR 2,445), dan of social media instagram exposure (p-value <0,001; OR 28,8) dengan konsumsi fast. However, it is no significant difference between gender (p-value 0,370), total pocket money (p-value 0,331), nutrition and fast food knowledge (p-value 1,000), peer group (p-value 0,344), online food delivery (p-value 1,000), dan residential distance to fast food outlets (p-value 0,685). After knowing the research results, it is hoped that college students can eat healthier foods and limit the use of social media and the influence of advertisements and fast food promotions."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armini Hadriyati
"Makanan adalah salah satu bahan pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa serta mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Karena itu masyarakat harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya dari ancaman makanan yang tidak memenuhi syarat. Diantara makanan yang tidak memenuhi syarat adalah makanan daluwarsa yaitu makanan yang telah lewat tanggal daluwarsa atau telah lewat batas akhir suatu makanan dijamin mutunya, sepanjang penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh produsen.
Kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan Menteri Kesehatan tentang makanan daluwarsa seringkali menimbulkan masalah dalam peredaran makanan karena dengan masih banyaknya ditemukan makanan daluarsa di lokasi penjualan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kepatuhan dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilik sarana penjual makanan minuman terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa di propinsi Jambi tahun 2001.
Penilaian terhadap kepatuhan dilakukan terhadap 105 pemilik sarana penjual makanan minuman. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman yang ingin diketahui terdiri dari pendidikan, pengetahuan, sikap terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa, faktor pendukung yaitu penyuluhan peraturan tentang makanan daluwarsa dan faktor pendorong pengawasan dan sanksi.
Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif menggunakan rancangan potong lintang (Cross Sectional). Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan pemilik sarana penjual makanan minuman cukup rendah (50%) dan faktor yang berhubungan secara bermakna dengan kepatuhan terhadap peraturan tentang makanan daluwarsa adalah faktor sikap dan pengetahuan pemilik sarana penjual makanan minuman.
Dari hasil penelitian disarankan pada pihak pemerintah yaitu balai POM Jambi supaya metode penyuluhan atau pembinaan yang dilakukan secara komprehensif sehingga pengetahuan terhadap peraturan dapat lebih ditingkatkan. Frekuensi pengawasan lebih ditingkatkan dan juga memberikan sanksi yang lebih keras terhadap pelanggaran yang telah dilakukan secara berulang-ulang.

The Factors that Related to the Obedience of Foods and Beverages Seller on the Regulation of Expired Date Foods in Jambi Province, 2001
Food is one of the basic commodities for the growth of the nation and having an important role in national development.. So they should be protected from the threat of their health and also the foods which so not fulfil safety and quality requirement. Among the foods that which so fullfil safety and quality requirement are date marking the foods used over than the date that best for used or it had been expired date to be used in guaranteed quality, and as long as they stored that stated in the producers instruction.
The obedience of foods retail seller to the regulation of the Minister of Health on date marking often rises problem in distributing them, since there were still found lot of expired foods in market place.
The objective of this study was to identify the description of the obedience level and the factors that related to foods retail seller on the regulation of date marking in Jambi Province, 2001.
The assessment of the obedience was conducted to 105 retail sellers of foods and beverages. The factors that related to the obedience of foods retail seIIers which to be identified among others education, knowledge, attitude to the regulation on expired food, supporting factor was education of regulation on date marking and encouraging factors were controlling and sanction.
This study used quantitative approach, and the study design was cross sectional. The data was analysis by univariate, bivariate and multivariate.
The result of this study showed that the proportion of the obedience foods retail seller was enough low (50%) and the factors that significantly related to the obedience of the regulation on date marking was attitude and knowledge of the foods retair seller.
Referring to the result of this study, it is recommended to the government, e.i. The Center for Drug and Food Control, Jambi should give education and extension comprehensively, so the knowledge to the regulation on date marking can be improved. The frequency of controlling should be improved and also giving harder sanction to who trespasser that it was done in several times."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Laksmi Riani
"ABSTRAK
Mutu modal manusia yang meliputi pendidikan, kesehatan dan keamanan akan mempengaruhi tingkat kualitas pekerja (sumber daya manusia). Dari segi kuantitas pekerja, akan dipengaruhi oleh faktor-faktor demografi yang meliputi: fertilitas, mortalitas dan migrasi. Dengan meningkatnya mutu modal manusia melalui kualitas dan kuantitas akan meningkatkan produktivitas di dalam proses produksi. Selain dipengaruhi oleh mutu modal manusia tingkat produktivitas juga dipengaruhi oleh investasi dan teknologi. Tingkat produktivitas akan mempengaruhi besarnya penghasilan, ditambah dengan pendapatan di luar usaha (non labor income) akan diperoleh total pendapatan. Selanjutnya, besarnya pendapatan dan faktor-faktor demografi akan mempengaruhi besarnya kebutuhan hidup yang terdiri dari: sandang, pangan, papan, keamanan, pendidikan, keamanan dan biologis. Pangan akan mempengaruhi status gizi keluarga. Pendidikan akan mempengaruhi tingkat teknologi yang berperan di dalam proses produksi. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup hal ini akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga, yang mana dengan tingkat kesejahteraan keluarga yang semakin tinggi akan semakin meningkatkan mutu modal manusia. Sedangkan besarnya investasi dipengaruhi oleh besarnya tabungan yang berasal dari besarnya pendapatan.
Tesis ini hendak melihat faktor pangan sebagai salah satu dari kebutuhan hidup yang akan mempengaruhi status gizi keluarga. Permintaan terhadap komoditi makanan akan mempengaruhi tingkat konsumsi kalori yang akhirnya akan mempengaruhi status gizi keluarga. Semakin meningkat status gizinya maka akan meningkatkan kesejahteraan keluarga yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu modal manusia. Konsumen di dalam membelanjakan uangnya untuk bahan makanan pada umumnya dipengaruhi oleh harga, besarnya pendapatan dan selera. Baik harga dari komoditi yang bersangkutan maupun komoditi lain yang berfungsi sebagai barang substitusi maupun sebagai barang komplementer. Sebagai penjabaran dari selera antara lain adalah: pekerjaan, umur, pendidikan istri dan tempat tinggal. Faktor-faktor harga, pendapatan dan selera demikian pula tingkat elastisitas harga dan pendapatan akan mempengaruhi jumlah kalori dan jenis komoditi makanan yang dikonsumsi oleh rumahtangga.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai permintaan bahan makanan di beberapa daerah Indonesia menunjukkan bahwa besarnya konsumsi kalori dan jenis komoditi makanan yang dibelanjakan oleh rumahtangga dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain seperti yang dilakukan oleh Kuntjoro. yaitu besarnya pengeluaran rumahtangga sebulan, dan oleh Nenot adalah tempat tinggal, tingkat pendidikan ibu rumahtangga. Lekir dengan menggunakan analisa AIDS untuk data Susenas 1981 mengemukakan bahwa harga komoditi makanan merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan dan menunjukkan beberapa hasil temuannya mengenai besarnya nilai elastisitas harga dan pengeluaran yang mempengaruhi besarnya konsumsi makanan di beberapa daerah Indonesia. Demikian pula yang dilakukan oleh Timmer dan Alderman.
Data yang digunakan di dalam menganalisa konsumsi makanan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Susenas tahun 1990, dengan 144 sampel rumahtangga dan PSU (primary sampling unit)-nya adalah kode sampel. Komoditi makanan seluruhnya meliputi 218 jenis yang dikelompokkan menjadi tujuh kelompok komoditi, terdiri dari kelompok komoditi beras; umbi-umbian; ikan, daging, telur, susu; sayur, kacang, buah; minyak, bumbu; minuman (bahan minuman); dan konsumsi lain yang terdiri dari makanan jadi, minuman jadi dan tembakau-rokok. Variabel yang digunakan adalah total pengeluaran rumahtangga; harga komoditi makanan; umur istri; sumber penghasilan; tempat tinggal; dan pendidikan istri.
Alat analisis yang digunakan adalah model permintaan yaitu model AIDS (Almost Ideal Demand System) yang mula-mula dikembangkan oleh Deaton dan Muellbauer, dengan memasukkan restriksi homogen, restriksi simetri dan adding-up ke dalam model. Adapun metode pendugaan parameter sistem yang digunakan adalah metode SIR (Seemingly Unrelated Regression) dari Zellner. Untuk menghi tung elastisitas digunakan hasil pendugaan parameter yang memasukkan restriksirestriksi, akan diperoleh nilai elastisitas harga sendiri, elastisitas pengeluaran dan elastisitas harga silang.
Dari perhitungan pendugaan parameter dapat dibandingkan antara pendu gaan parameter tanpa restriksi dengan pendugaan parameter yang menggunakan restriksi. Hasilnya adalah, dari sejumlah 98 parameter yang diduga dengan uji taraf signifikansi 1-10 persen, menunjukkan bahwa jumlah koefisien yang nyata tampak meningkat pada pendugaan parameter yang memasukkan restriksi homogen dan simetri, baik menurut tempat tinggal (perkotaan dan pedesaan) maupun menurut tingkat pendidikan istri (tidak sekolah dan tidak tamat SD serta pendidikan SD plus). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku konsumsi makanan di D.I.Yogyakarta memenuhi sifat simetri dan homogen seperti yang dinyatakan di dalam teori.
Dari hasil perhitungan elastisitas yang berasal dari nilai pendugaan parameter dengan restriksi homogen dan simetri (SUR) menunjukkan, bahwa elastisitas harga sendiri seluruhnya bertanda negatif, baik menurut tempat tinggal maupun menurut tingkat pendidikan istri. Di perkotaan nilainya berkisar antara -0.277 (kelompok ikan, daging, telur, susu) dan -1.360 (kelompok minuman). Sedangkan di pedesaan nilainya berkisar antara -0.272 (kelompok ikan, daging, telur, susu) dan -1.359 (kelompok minuman). Baik di perkotaan maupun di pedesaan menunjukkan pola yang sama. Kelompok minuman adalah yang paling elastis terhadap perubahan harganya, dengan nilai yang sedikit lebih tinggi di perkotaan, yang menunjukkan bahwa dengan meningkatnya harga minuman sebesar satu persen akan berdampak menununkan konsumsi tersebut sebesar 1.360 kalori. Sedangkan nilai yang paling rendah elastisitasnya menurut tempat tinggal adalah pada kelompok ikan, daging, telur, susu dengan nilai lebih rendah di pedesaan dibandingkan dengan perkotaan. Dilihat menurut tingkat pendidikan istri menunjukkan kondisi yang hampir sama dengan menurut tempat tinggal. Namun menurut tempat tinggal, nilai kelompok umbi-umbian nampak lebih elastis dibandingkan dengan kelompok beras. Sedangkan menurut tingkat pendidikan istri yang terjadi adalah sebaliknya. Adapun kelompok komoditi yang lain menunjukkan pola yang sama antara menurut tempat tinggal dengan menurut tingkat pendidikan istri. Di kedua tingkat pendidikan istri, nilai elastisitas harga sendiri berkisar antara -0.277 (kelompok ikan, daging, telur, susu) dan -1.377 (kelompok minuman) dengan urutan yang sama pada kedua tingkat pendidikan istri. Secara keseluruhan penduduk di D.I.Yogyakarta yang rata-rata berpendapatan sebesar Rp.123.181,71, rata-rata bekerja di bidang pertanian, istri rata-rata berumur 43 tahun serta konsumsi kalori per kapita per hari sebesar 1.758,66 berperilaku, menurut hasil perhitungan elastisitas harga sendiri, seluruh kelompok komoditi bertanda negatif. Kelompok minuman dan konsumsi lain menunjukkan nilai yang paling elastis terhadap perubahan harganya, sedangkan kelompok ikan, daging, telur, susu memperlihatkan keadaan yang paling tidak peka terhadap perubahan harganya.
Perhitungan elastisitas pengeluaran menunjukkan bahwa menurut tempat tinggal, di perkotaan maupun di pedesaan memperlihatkan pola yang sama. Kelompok konsumsi lain dan kelompok sayur, kacang, buah merupakan kelompok makanan luks. Sedangkan kelompok komoditi lainnya merupakan makanan pokok. Perilaku konsumsi dari kelompok ikan, daging, telur, susu nampak yang paling tidak peka terhadap perubahan pendapatan dengan nilai masing-masing sebesar 0.756 di perkotaan dan 0.751 di pedesaan. Dilihat menurut tingkat pendidikan istri, nampak pola yang hampir sama di kedua tingkat pendidikan istri seperti halnya kondisi menurut tempat tinggal. Kelompok konsumsi lain; kelompok sayur, kacang, buah dan umbi-umbian merupakan makanan luks di kedua tingkat pendidikan istri. Sedangkan kelompok komoditi lainnya merupakan makanan pokok. Secara keseluruhan di D.I.Yogyakarta yang rata-rata berpendapatan Rp.I23.181,71, rata-rata bekerja di bidang pertanian, istri rata-rata berumur 43 tahun dan konsumsi kalori per kapita perhari sebesar 1.758,66 menunjukkan bahwa kelompok konsumsi lain; sayur, kacang, buah; dan umbi-umbian merupakan kelompok makanan luks deingan nilai masing-masing sebesar: 1.124; 1.101; dan 1.011, sedangkan kelompok lainnya terdiri kelompok beras; ikan, daging, telur, susu; minyak, bumbu; dan minuman merupakan makanan pokok.
Hasil perhitungan elastisitas harga silang, menunjukkan bahwa hubungan antara kelompok beras dengan kelompok ikan, daging, telur, susu; sayur, kacang, buah; dan konsumsi lain merupakan barang komplementer. Sedangkan hubungan antara kelompok beras dengan kelompok umbi-umbian; minyak, bumbu; dan minuman menunjukkan hubungan substitusi. Kondisi demikian terjadi di daerah pedesaan, perkotaan maupun di kedua tingkat pendidikan istri. Dilihat secara keseluruhan (di perkotaan dan di pedesaan) bahwa dampak dari peningkatan harga kelompok beras akan menurunkan konsumsi terhadap masing-masing kelompok barang komplementer secara lebih lambat dibandingkan dengan adanya peningkatan harga pada masing-masing kelompok barang komplementer pengaruhnya terhadap konsumsi kelompok beras menurun secara lebih cepat. Namun dengan kebijakan peningkatan harga kelompok beras dampaknya terhadap konsumsi barang-barang substitusi akan semakin meningkat secara lebih lambat dibandingkan dengan peningkatan harga kelompok barang-barang substitusi terhadap konsumsi kelompok beras yang meningkat secara lebih cepat. "
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Marsya Syaihu Putri
"Sering mengonsumsi fast food dapat berdampak pada kenaikan berat badan dan munculnya penyakit degeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan frekuensi konsumsi fast food pada Mahasiswa FISIP UI Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain studi crosssectional. Data karakteristik personal, lingkungan, aksesibilitas, dan paparan media diperoleh dari kuesioner, data frekuensi konsumsi fast food dan besar porsi fast food diperoleh dari semi-quantitative FFQ, serta data konsumsi harian didapat dari 2x24- hours food recall. Kuesioner dibagikan kepada 127 responden yang dipilih dengan system random sampling, setelah mengisi kuesioner, responden diwawancara dengan FFQ dan food recall.
Hasil penelitian ini menunjukkan sebanyak 48% responden mengonsumsi fast food dengan frekuensi sering. Selain itu, terdapat perbedaan proporsi pada pengetahuan gizi dan fast food (p=0,001), preferensi fast food (p=0,001), pengaruh peer group (p=0,008), jarak restoran fast food (p=0,001), uang saku (p=0,001), katerpaparan iklan (p=0,017), dan keterpaparan promosi (p=0,000). Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, pengaruh keterpaparan promosi merupakan faktor dominan dalam menentukan frekuensi konsumsi fast food (p=0,000). Mahasiswa dengan pengaruh keterpaparan promosi yang kuat memiliki peluang 10,5 kali lebih sering mengonsumsi fast food dibandingkan mahasiswa dengan pengaruh lemah setelah dikontrol pengetahuan gizi, preferensi fast food, jarak restoran fast food, dan keterpaparan iklan.

The excessive of fast food consumption can have an impact to gain weight and increase risk of degenerative disease. The aim of this study is to determine the dominant factor in fast food consumption among college student of FISIP UI in 2016. The research method is quantitative and cross sectional design. Data about personal characteristics, social influences, accessibility, and media influences are collected by a questionnaire, semi-quantitative FFQ used to determine fast food frequency, and 2x24 hours food recall also used to determine daily consumption. The questionnaires were given to 127 college student at FISIP UI which selected by simple random sampling, after filled the questionnaire, respondents being interviewed with Semi-quantitative FFQ and food recall questionnaire.
Result showed that 48% of respondents had higher frequency of fast food consumption. Furthermore, there is a significant difference in proportion of nutrition and fast food knowledge (p=0,001), fast food preference (0,001), peer group effect (p=0,008), fast food restaurant`s distance (p=0,001), daily allowance (p=0,001), fast food advertisement effect (p=0,017), and fast food promotion effect (p=0,000). Based on multiple regression analysis, fast food promotion is a dominant factor in determining the frequency of fast food consumption. Student who had a higher fast food promotion has an opportunity 10,5x higher frequency of fast food consumption than who`s had a lower fast food promotion after controlled by nutrition and fast food knowledge, fast food preference, fast food restaurant`s distance, and fast food advertisement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993
641.3 MAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Pardomuan
"Dewasa ini pemberian jasa atau pelayanan kepada masyarakat semakin beragam dan kompleks serta tidak diberikan oleh unit pelayanan pemerintah saja, tetapi juga diberikan oleh unit swasta. Dengan demikian, maka sudah saatnya pemerintah untuk siap dan harus mampu bersaing dengan unit pelayanan jasa yang diberikan oleh swasta. Iklim persaingan tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan bagi perusahaan untuk bertahan hidup, atau tetap menjalankan usahanya.
PD Dharma Jaya sebagai salah satu bentuk Perusahaan Daerah menurut UU No. 5 Tahun 1962, bersifat suatu kesatuan produksi yang bersifat memberi jasa, menyelenggarakan pemanfaatan umum, dan memupuk pendapatan. Selanjutnya dalam SK Gubernur DKI Jakarta Nomor. 890 Tahun 1987, bertujuan membantu dan menunjang kebijakan umum Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya konsumen daging dan petani ternak.
Namun, pada saat terjadinya krisis moneter perusahaan mengalami kerugian usaha dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2000. Jika hal ini berlangsung terus, misi perusahaan dalam memberikan pelayanan umum khususnya untuk konsumen daging dan petani ternak tidak akan berhasil. Oleh karena itu perusahaan memerlukan sebuah strategi yang tepat untuk mengatasi masalah yang terjadi.
Langkah awal dalam merumuskan strategi, terlebih dahulu mengevaluasi situasi saat ini dan meninjau para pengambil keputusan strategis dalam hal ini badan pengawas dan dewan direksi PD. Dharma Jaya. Kemudian melakukan analisis situasi melalui pengamatan lingkungan eksternal dan lingkungan internal perusahaan untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi dan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta juga untuk mengetahui kapabilitas yang ada dan atau yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencapai keunggulan bersaing. Metodologi penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data primer dan data sekunder dengan menggunakan penelitian deskriptif. Data primer melalui kuesioner dan wawancara terhadap 7 (tujuh) responden yang dianggap mampu dalam menjelaskan faktorfaktor lingkungan strategis yang mempengaruhi kinerja perusahaan. Sedangkan data sekunder berupa laporan kegiatan, keuangan dan protil perusahaan, serta data statistik dan laporan lainnya dari instansi lain yang berhubungan dengan penulisan.
Dan hasil penelitian diketahui posisi strategi bersaing untuk kegiatan usaha perdagangan daging dan ternak potong adalah strategi pertumbuhan konsentrasi melalui integrasi horizontal, dimana perusahaan dapat mengembangkan usahanya melalui penambahan volume penjualan untuk mencapai skala ekonomis yang lebih besar dalam produksi dan pemasarannya untuk meperoleh peningkatan laba. Dimana dalam melakukan strategi pertumbuhannya perusahaan sambil melakukan perbaikan atas kelemahankelemahan internal yang ada.
Untuk menunjang keberhasilan strategi pertumbuhan konsestrasi yang dilakukan dalam peningkatan penjualannya, perusahaan dapat melakukan strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Disamping itu perusahaan melakukan strategi untuk mengembangkan sumber dayanya melalui integrasi ke hulu untuk ketersediaan daging dan ternak potong; pemilikan armada angkutan daging secara bertahap; peningkatan SDM untuk ketersediaan pegawai baik jumlah maupun kualitas; penyediaan fasilitas penelitian dan pengembangan; peningkatan reputasi perusahaan dengan penyediaan produk dan jasa yang aman, sehat, utuh dan halal. Serta strategi generik dalam usaha perdagangan daging dan ternak potong, menerapkan strategi keunggulan biaya secara menyeluruh.
Saran yang dapat diambil untuk Pemda DKI Jakarta dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan strategi pertumbuhan konsentrasinya, yaitu: disarankan melakukan restrukturisasi organisasi perusahaan daerah menjadi perseroan terbatas.
Restrukturisasi organisasi perusahaan selain untuk kemandirian dan konsistensi kinerja perusahaan, juga dimaksudkan untuk memperoleh dana segar dalam mendanai pengembangan usaha perdagangannya. Kemudian saran untuk peneliti lanjutan, dapat melakukan penelitian penyediaan jasa pemotongan hewan yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan konsumen daging dan petani ternak.
Daftar Pustaka : 42 Buku, 2 Artikel, 14 Lain-lain (1980 - 2003"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12211
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, Victor
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevenson, Gladys T.
New York: John Wiley & Sons, 1960
613.2 STE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wening Dharmastuti
"ABSTRAK
Penelitian mengenai aktivitas amilolitik kapang dan sakarolitik khamir penghasil alkohol dari ragi tapai telah dilakukan. Sebanyak 22 isolat kapang dan 10 isolat khamir berhasil diisolasi dari ragi tapai yang berasal dari 5 daerah berbeda, yaitu Aceh, Bengkulu, Medan, Pontianak, dan Sulawesi. Penapisan isolat kapang secara kualitatif dan semi-kuantitatif dilakukan dengan metode iodin. Aktivitas amilase kapang secara kualitatif ditentukan berdasarkan ukuran zona bening setelah diteteskan dengan pereaksi iodin. Penapisan aktivitas amilase secara semi-kuantitatif diukur dengan spektrofotometer pada 620 nm. Hasil penapisan secara kualitatif menunjukkan bahwa isolat ZMDN1, ZMDN2, dan ZRS1 masing-masing memiliki diameter zona bening yang sama sebesar 85 mm. Penapisan secara semi-kuantitatif menunjukkan bahwa isolat ZMDN1 dan ZRS1 memiliki nilai transmitan (T) sebesar 96%, sedangkan isolat ZMDN2 memiliki nilai transmitan (T) sebesar 45%. Aktivitas amilase tiga isolat kapang terpilih diukur lebih lanjut menggunakan metode Dinitrosalicyclic Acid (DNS). Hasil menunjukkan bahwa isolat ZMDN1 memiliki nilai aktivitas amilase tertinggi sebesar 8,53 U/mL sedangkan aktivitas terendah, 4,88 U/mL dihasilkan oleh isolat ZRS1. Berdasarkan pengamatan karakter morfologi makroskopis dan mikroskopis, ketiga isolat kapang terpilih diduga merupakan anggota genus Amylomyces. Hasil penapisan khamir berdasarkan pertumbuhan sel dan pembentukan gas CO2 di dalam tabung Durham menunjukkan bahwa ketiga isolat khamir YPN2, YBKL1, dan YPN1 mampu tumbuh baik pada medium PDB dengan penambahan 15% glukosa. Produksi alkohol berdasarkan pembentukan CO2 oleh YPN2 telah terlihat dalam 24 jam, sementara isolat khamir YBKL1 dan YPN1 terlihat dalam 48 jam. Ketiga isolat khamir terpilih diduga merupakan anggota filum Ascomycota berdasarkan karakter morfologi dan kemampuan memfermentasi glukosa untuk menghasilkan alkohol dan CO2.

ABSTRACT
A research on screening of amylolytic molds and saccharolytic yeasts from ragi tapai has been done. Twenty two isolates of mold and ten isolates of yeast were isolated from ragi tapai originating from five regions in Indonesia. The five regions are Aceh, Bengkulu, Medan, Pontianak, and Sulawesi. Qualitative and semi-quantitative screening of mold isolates were carried out by iodine method. The amylase activity of molds were qualitatively determined based on the formation of clear zones after flooding with iodine reagent. Semi-quantitative screening of amylase activity was measured by spectrophotometer based on the highest transmittance value at 620 nm. Qualitative screening results showed that ZMDN1, ZMDN2, and ZRS1 isolates have the same clear zone diameter of 85 mm. Semi-quantitative screening showed that ZMDN1 and ZRS1 isolates have 96% transmittance value, whereas ZMDN2 isolates has 45% transmittance value. Based on the screening results, the three mold isolates were thought to have the highest amylase activity. The amylase activity of the three selected molds was measured further using the Dinitrosalicyclic Acid (DNS) method. The highest amylase activity value was produced by ZMDN1 isolate (8.53 U/mL), while the lowest amylase activity value was produced by ZRS1 isolate (4.88 U/mL). Based on the macroscopic and microscopic morphological characteristics, the three selected isolates belong to the genus Amylomyces. Yeast screening results based on cell growth and formation of CO2 gas in Durham tubes showed that the three yeast isolates were able to grow well on the PDB medium with the addition of 15% glucose. Alcohol production based on CO2 formation by YPN2 was detected in 24 hours, while YBKL1 and YPN1 was detected in 48 hours. The three selected yeast isolates are members of the phylum Ascomycota, based on morphological characteristic and ability to ferment glucose to produce alcohol and CO2."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>