Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66851 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusakh Ananda
Jakarta: Pusaka Jaya, 1980
899.221 3 YUS d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Zakaria
992.5 Z 31 a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar Zakaria
992.5 Z 31 a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Sviri
Bandung: Pustaka Hidayah, 2006
297.4 SAR tt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Matodang, Corry Siahaan
"Yang terhormat,
Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Bapak Menteri Kesehatan
Bapak Rektor Universitas Indonesia
Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Para Dekan Fakultas di lingkungan Universitas Indonesia Bapak Direktur RS Dr Cipto Mangunkusumo
Para Guru Besar, beserta staf pengajar
Para sejawat, para mahasiswa dan Hadirin sekalian yang saya muliakan
Perkenankanlah saya terlebih dahulu memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga saya dapat menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai- Guru Besar Tetap dalam cabang Ilmu Kesehatan Anak di hadapan para hadirin sekalian yang saya hormati.
Hadirin yang saya muliakan,
Pada kesempatan yang baik ini saya memilih topik " AIDS pada Anak pada Masa Mendatang" untuk disampaikan kepada para hadirin. Hal ini didasari oleh pertimbangan pada dampak negatif penyakit ini pada kesehatan anak di negara-negara dimana AIDS pada anak sudah merupakan masalah kesehatan anak. Di samping itu, telah muiai ditemukannya wanita usia subur yang sudah terinfeksi HIV (Human Immuno Deficiency Virus), yaitu virus penyebab AIDS, di Indonesia yang dapat menularkan HIV yang ada pada tubuhnya ke bayi yang akan dikandungnya. Dengan harapan agar informasi yang terdapat dalam pidato ini dapat membantu mencegah menjalarnya AIDS pada anak, sehingga AIDS pada anak bukan merupakan masalah kesehatan anak di Indonesia.
Hadirin yang saya muliakan,
Baru saja kita bergembira karena hilangnya penyakit cacar yang menakutkan, timbul lagi penyakit infeksi lain yang membawa kematian yaitu penyakit AIDS. Penyakit AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang dinamakan HIV yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh seseorang menurun atau yang dinamakan defisiensi imun, sehingga ia mudah terjangkit penyakit infeksi berat atau keganasan yang menyebabkan kematian. Karena penyakit ini mengakibatkan terjadinya defisiensi imun, maka sesuai dengan bidang yang saya tekuni, perkenankanlah saya terlebih dahulu membahas sedikit mengenai mengapa seseorang bila terinfeksi HIV akan mengalami penurunan daya tahan tubuh.
Salah satu pertahanan tubuh terhadap masuknya kuman penyakit adalah kekebalan yang diperan oleh limfosit T (butir darah putih) yang dinamakan kekebalan selular. Berbeda dengan kekebalan humoral yaitu pertahanan tubuh yang diperan oleh zat kebal atau antibodi, pada kekebalan selular zat yang berperan adalah limfokin yaitu zat yang dikeluarkan oleh limfosit T, jika sel ini teraktivasi kuman (antigen). Di darah perifer kita mengenal 2 macam limfosit T yaitu limfosit T4 dan limfosit T8. Di antara limfosit T4, terdapat limfosit T4 penolong yang mempunyai peran sentral dalam kekebalan selular. Bila limfosit T4 penolong ini terangsang oleh adanya kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh, maka set ini akan menjadi aktif dan mengeluarkan limfokin. Melalui limfokin inilah limfosit T4 penolong melakukan peran sentralnya pada kekebalan selular. Karena itu pada akhir akhir ini banyak penelitian ditujukan pada limfokin ini, terutama mengenai efek dan keterlibatannya baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit autoimun, keganasan dan transpiantasi.
Limfokin adalah suatu istilah yang dipakai untuk sekumpulan mediator protein yang dihasilkan limfosit aktif dalam respons terhadap antigen atau adanya kerusakan jaringan. Berbeda dengan antibodi, komposisi kimianya tidak ditentukan oleh antigen yang merangsangnya. Karena itu limfokin tidak bersifat antigen spesifik, artinya dapat berpartisipasi pada respons terhadap antigen yang berbeda, Pada mulanya dikira bahwa limfokin hanya diproduksi oleh sel limfosit. Ternyata kemudian limfokin dapat juga diproduksi oleh sel lain dan efeknyapun tidak hanya terbatas pada sei limfoid. Karena itu pada akhir akhir ini orang cenderung memakai istilah umum untuk limfokin yaitu sitokin.
Limfokin berfungsi sebagai sinyal molekutar di antara sel untuk mengatur respons inflamasi lokal, yang dibutuhkan untuk melokalisir dan mengeliminasi antigen yang ada. Pada umumnya limfokin terutama bereaksi terhadap sel yang ada di sekitarnya di tempat ia diproduksi yang dinamakan efek parakrin, dapat juga terhadap sel yang menghasilkannya sendiri yang dinamakan efek autokrin. Oleh karena itu efek kerjanya pada umumnya adalah komunikasi jarak dekat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
T 1992 12 LP 1992 12
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matodang, Corry Siahaan
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0236
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Mutmainah
"Studi ini memfokuskan diri pada remaja. Dalam era ekonomi kapitalistik, remaja dengan status sosial ekonomi tinggi adalah segmen pasar penting. Di satu sisi, mereka akan menempati posisi strategis di masyarakat. Di sisi lain, remaja elite kota besar merupakan pasar potensial bagi banyak barang konsumen, sehingga cenderung dirangsang untuk konsumtif. Dalam hal ini, hendak dilihat bagaimana remaja mengalami sosialisasi nilai melalui media yang dekat dengan mereka, yakni majalah remaja. Peneliti mengambil majalah remaja terbesar, Gadis, sebagai objek penelitian. Gadis diperkirakan membangun gagasan konsumerisme karena sejumlah hal. Sebagai majalah yang tumbuh pesat secara bisnis, Gadis berhubungan erat dengan kapitalisme global yang membutuhkan konsumen untuk menyerap barang konsumen produksi mereka. Media ini akan turut memfasilitasi proses penerimaan terhadap produk produk tersebut serta gaya hidup yang mendukungnya melalui pembentukan gagasan "menjadi konsumen yang seharusnya" di mata kaum muda. Penelitian ini ingin menjawab pertanyaan: (1) bagaimana Gadis membangun gagasan tentang konsumerisme bagi khalayaknya? dan (2) landasan ideologis bagaimana yang melatarbelakangi Gadis dalam memproduksi gagasan tersebut? Penemuan tentang kandungan nilai-nilai konsumerisme serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui analisis wacana kritis Fairdough. Untuk analisis teks digunakan analisis framing dengan konsep Gamson dan Modigliani. Penelitian dilakukan terhadap 16 nomor Gadis edisi 2000, tahun yang mewakili periode 1990-an, saat gagasan perdagangan bebas sudah lebih diterima. Diduga, pada era tersebut, promosi konsumerisme lebih meningkat dibanding waktu sebelumnya. Dari analisis teks terlihat bahwa Gadis mempromosikan gagasan konsumerisme. Majalah ini membangun bingkai-bingkai seperti "belanja", "idola", "materi sebagai ukuran", "instant", dan "koleksi barang", yang semuanya menggambarkan karakterislik budaya konsumer. Majalah Gadis lahir dari perusahaan media besar dan sejak kelahirannya selalu menjadi majalah remaja terbesar (dan segi brand, readership, dan serapan ikian). Gaya penyajiannya khas remaja masa kini, menampilkan keceriaan, banyak menggunakan bahasa Inggris serta menampilkan budaya populer Barat kesukaan remaja (khususnya film dan musik). Karena ditujukan bagi remaja putri, muatannya juga banyak mengulas masalah mode, kecantikan, dan perawatan tubuh. Watak Gadis yang telah menjadi industri bertemu dengan lingkungan tempat majalah ini dan pembacanya tumbuh. Gadis dan pembacanya hidup dalam konteks sosial-ekonomi yang makin kapitalistik dan liberal. Ideologi ini menjadikan tumbuhnya budaya konsumtif dalam masyarakat, budaya yang justru dikembangkan dan dipelihara oleb pemerintah, karena gaya hidup ini menyuburkan watak bisnis dalam sistem ekonomi yang makin liberal dan pragmatis sejak akhir tahun 1980-an. Dengan mempromosikan konsumerisme, Gadis menjadikan remaja pembacanya masuk dalam kondisi yang digambarkan Alan Wells sebagai `konsumerisme parasibk'. Kaum remaja ini "dididik" untuk berpartisipasi dalam `budaya konsumsi' ala negara maju. Dalam hal ini, Gadis mempromosikan gaya hidup elite yang hanya meniru gaya konsumsi negara maju, tanpa mengadopsi sistem nilai yang mendasari konsumerisme itu yang sebenarya mengagungkan nilai-nilai kewiraswastaan. Gadis menjalankan peran sebagai bridgehead (jembatan) yang menjalin semacam "kerja-sama" antara elite negara maju dan elite negara berkembang (yakni remaja pembacanya). Gadis menyajikan apa yang menjadi simbol budaya di Barat. "Kedekatan terhadap Barat" yang diciptakan Gadis, meminjam analisis Galtung, membuat elite Pinggiran (pembaca, remaja kelas menengah ke atas) merasa sejajar dengan kaum elite di negara maju dalam komunitas elite dunia.

This study focuses on teenagers. In the era of capitalist economy, teenagers with high socioeconomic status are an important market segment. On the one hand, they will occupy a strategic position in society. On the other hand, elite teenagers in big cities are a potential market for many consumer goods, so they tend to be stimulated to be consumptive. In this case, we want to see how teenagers experience value socialization through media that is close to them, namely teen magazines. The researcher took the largest teen magazine, Gadis, as the object of research. Gadis is estimated to build the idea of ​​consumerism for a number of reasons. As a magazine that is growing rapidly in business, Gadis is closely related to global capitalism that requires consumers to absorb the consumer goods they produce. This media will also facilitate the process of accepting these products and the lifestyle that supports them through the formation of the idea of ​​"being a proper consumer" in the eyes of young people. This study wants to answer the questions: (1) how does Gadis build the idea of ​​consumerism for its audience? and (2) what ideological basis underlies Gadis in producing this idea? The discovery of the content of consumerist values ​​and the accompanying ideological context was carried out through Fairdough's critical discourse analysis. For text analysis, framing analysis was used with the concept of Gamson and Modigliani. The study was conducted on 16 issues of Gadis, edition 2000, a year representing the 1990s, when the idea of ​​free trade was more accepted. It is suspected that in that era, the promotion of consumerism increased more than before. From the text analysis, it can be seen that Gadis promotes the idea of ​​consumerism. This magazine builds frames such as "shopping", "idols", "material as a measure", "instant", and "collection of goods", all of which describe the characteristics of consumer culture. Gadis magazine was born from a large media company and since its birth has always been the largest teen magazine (and in terms of brand, readership, and absorption of information). The presentation style is typical of today's teenagers, showing cheerfulness, using a lot of English and displaying popular Western culture that teenagers like (especially films and music). Because it is aimed at teenage girls, its content also discusses many issues of fashion, beauty, and body care. The character of Gadis, which has become an industry, meets the environment in which this magazine and its readers grow. Gadis and its readers live in a socio-economic context that is increasingly capitalistic and liberal. This ideology has led to the growth of a consumer culture in society, a culture that is actually developed and maintained by the government, because this lifestyle fosters a business character in an increasingly liberal and pragmatic economic system since the late 1980s. By promoting consumerism, Gadis makes its teenage readers enter a condition that Alan Wells describes as `parasibk consumerism'. These teenagers are "educated" to participate in the `consumption culture' of developed countries. In this case, Gadis promotes an elite lifestyle that only imitates the consumption style of developed countries, without adopting the value system underlying consumerism which actually glorifies entrepreneurial values. Gadis plays the role of a bridgehead who establishes a kind of "cooperation" between the elite of developed countries and the elite of developing countries (namely its teenage readers). Gadis presents what has become a symbol of culture in the West. The "closeness to the West" created by Gadis, borrowing Galtung's analysis, makes the elite of the Pinggiran (readers, upper middle class teenagers) feel on par with the elite in developed countries in the world's elite community.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Losong, David D.
"ABSTRAK
Dengan memakai metode isobarik dan pendekatan impuls telah dihitung secara numerik distribusi sudut Or. penampang lintang suku transversal, longitudinal terpolarisasi, transversal terpolarisasi dan interferensi antara longitudinal dan transversal terpolarisasi dari reaksi e +3 He -4 e' + K+ +0, H pada momentum empat kuadrat foton virtual k2 = -1 fm-2. Melalui suku-suku tersebul kami menghitung efek gerak Fermi nukleon di dalam helion dan karakteristik on-shell dan off-shell nukleon dan hiperon yang terikat di dalam inti dan hipertriton terhadap suku-suku penampang lintang di atas, dan hasilnya dibandingkan dengan proses fotoproduksi yang dikerjakan Fitrianto et al.. Kami juga menghitung penampang lintang differensial yang menyertakan seluruh suku sebagai fungsi energi lab foton virtual ko dan momentum empat kuadrat ratan virtual k2. Melalui penampang ini kami mempelajari kontribusi suku resonan selain suku Born, operator elementer dari mode] berbeda dan sensitifitas momentum transfer hipertriton.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mujiati
"Penelitian fotodegradasi pada polipropilen dilakukan pada sampel polipropilen tape yang dikenai radiasi UV dari sinar matahari dan dari alat xenotest. Penelitian dilakukan di Pulogadung pada Nopember 1996 hingga pertengahan Juni 1997. Xenotest 450 dioperasikan pada suhu 55 ± 2° C, relatif humidity 55 ± 5 %, hujan 18 menit, kering 102 menit. Variasi penambahan penstabil UV adalah 0 %, 0,05 %, 0,075 %. Sampel yang telah mengalami radiasi UV kemudian dianalisa tenacity, breaking elongation, spektrum ultra violet dan spektrum infra merahnya.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa radiasi UV menyebabkan penurunan tenacity dan breaking elongation. Tenacity dan breaking elongation menurun sebanding dengan bertambahnya waktu radiasi. Penurunan tenacity dan breaking elongation ini dihambat dengan penambahan penstabil UV ke dalam polipropilen. Dengan semakin besarnya kandungan penstabil UV dalam polipropilen maka penurunan tenacity dan breaking elongation semakin dihambat. Dari spektrum infra merah pada polipropilen yang mengalami degradasi terjadi peningkatan serapan gugus karbonil pada bilangan gelombang 1825-1675 cm-1. Dari hasil spektrum ultra violet dapat dikatakan bahwa penstabil UV berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yaitu radikal nitroksil menangkap radikal alkil membentuk hidroksilamin ether."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Endahwarni
"ABSTRAK
Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini adalah deskripsi penggunaan bahasa humor pada kelompok kesenian lawak Srimulat. Bahasa yang digunakan dalam lawakan mereka disebut dengan bahasa humor.
Kelompok kesenian lawak Srimulat adalah salah satu jenis kesenian yang ada di Indonesia khususnya di Jawa. Kesenian tidak pernah berdiri lepas dari masyarakat. Sebagai salah satu bagian yang penting dari kebudayaan, kesenian adalah ungkapan kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Kesenian juga selalu mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat yang menjadi ajangnya. Demikian pula di Indonesia, kesenian dapat ditinjau dalam konteks kebudayaan maupun kemasyarakatannya.
Salah satu kesenian yang ada di Indonesia, khususnya di Jawa, adalah kesenian panggung yang lazim disebut dengan istilah teater. Ada dua bentuk kesenian panggung atau teater,
(1) teater tradisional dan (2) teater modern. Teater tradisional, yang disebut juga teater rakyat, antara lain, adalah wayang, ketoprak, ludruk, lenong, dagelan atau lawak.
Beberapa waktu yang lalu, sekitar tahun 1984, surat kabar banyak memberitakan mengenai kesenian teater tradisional khususnya wayang orang, yang mengalami krisis kurangnya peminat atau penonton. Karena berkurangnya penonton berarti juga berkurangnya dana yang masuk, sedangkan kehidupan para anggota wayang tersebut tergantung dari banyaknya karcis yang terjual, maka timbuilah keresahan di antara para pemain dan pengelola.
Sementara itu pads waktu yang bersamaan Srimulat sebagai kesenian teater tradisional justru meningkat jumlah peminatnya. Hal ini diketahui dari penjualan karcis dan sebagai catatan selama tahun 1984, kelompok kesenian Srimulat berhasil menyedot 160.720 orang. Adanya tawaran pementasan di luar, kemudian meluasnya kesenian Srimulat sampai ke Solo dan ke Jakarta membuktikan kejayaan kelompok ini. Akan tetapi, hal ini pun tidak berlangsung lama karena sejak 1986 peminat mulai berkurang dan tiga bulan pertama tahun 1989 penonton hanya 4.237 orang. Srimulat mengalami hal yang sama dengan wayang orang bahkan di Solo dan di Jakarta pada tahun 1989 sudah gulung tikar dengan terbelit hutang-hutang yang belum dapat dilunasi. Menurut beberapa sumber hutangnya mencapai Rp. 22.000.000,00. Saat ini yang masih tetap bertahan hanyalah Srimulat yang berada di Surabaya, yang masih diminati oleh penonton pada waktu tertentu saja.
Kurangnya peminat wayang orang karena bergesernya nilai-nilai, terutama di kota-kota besar seperti Surabaya, Semarang, dan Jakarta. Penyebab yang lain adalah banyaknya pengaruh dari kebudayaan barat dengan adanya kemajuan teknologi yang memudahkannya masuk ke Indonesia. Khususnya untuk kota Jakarta penyebabnya adalah bahasa yang digunakan dalam wayang orang adalah bahasa Jawa, sehingga hanya orang-orang Jawa saja yang memahaminya.
Berkurangnya peminat Srimulat sehingga menyebabkan kebangkrutannya, selain adanya bermacam-macam hiburan lain, karena kebosanan penonton dengan lawakan atau humor mereka yang kurang bervariasi. Masalah bahasa tidak menjadi penyebab berkurangnya penonton, karena bahasa yang mereka gunakan dalam humor mereka adalah bahasa Indonesia dan hanya sedikit bahasa Jawa."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 1990
T1622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>