Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17376 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Seymour, Rogers James
New Jersey: Prentice-Hall, 1981
616.230 SEY h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"[Latar Belakang : Luka bakar listrik berpotensi untuk menjadi penyebab terjadinya gagal multiorgan dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Kombinasi antara luka bakar pada kulit yang luas serta kerusakan organ dalam menyebabkan meningkatnya kebutuhan cairan akibat banyaknya cairan yang hilang. Kerusakan pada jantung dan otot dapat menyebabkan myoglobulinuria. Myoglobin menyebabkan obsruksi dan vasokontriksi serta mebyebabkan gagal ginjal. Resusitasi cairan menggunakan metode parkland dan titrasi diharapkan dapat merehidrasi, mengembalikan fungsi ginjal serta mencegah komplikasi pada ginjal akibat myoglobin pada urin. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi angka kejadian gagal ginjal pada pasien luka bakar listrik yang di resusitasi dengan formula parkland dan titrasi.
Metode : Penelitian ini merupakan studi retrospektif pada pasien luka bakar listrik yang dirawat di Unit Luka Bakar RSCM Jakarta dari Januari 2010 hingga Januari 2014. Data yang dikumpulkan meliputi identitas, jumlah cairan saat resusitasi 24 jam pertama, nilai kreatinin hari pertama dan ketiga, warna urin, riwayat gagal ginjal, waktu kejadian dan kedatangan pasien ke RS dan luas luka bakar. Kami bagi menjadi dua kelompok, kelompok AKI dan non-AKI dengan menggunakan kriteria RIFLE. Dilakukan penghitungan Parkland Score pada masing-masing kelompok dan dibandingkan menggunakan analisa t-test.
Hasil : Terdapat 49 pasien luka bakar listrik yang memenuhi kriteria inklusi. 36 pasien datang dengan myoglobulinuria. 64.8% (n=24) pasien tidak mengalami gagal ginjal tapi 35.1% mengalami gagal ginjal (n=13). Pada metode T Test didapatkan hasil bermakna antara penggunaan parkland score dengan angka kejadian gagal ginjal (P<0.05). variable lainnya seperti umur, waktu keterlambatan, berat badan serta luas luka bakar tidak memberikan hasil yang bermakna. Tidak adanya hubungan bermakna antara hemoglobinuria dengan kejadian gagal ginjal.
kesimpulan : Resusitasi cairan yang adekuat sangat penting dalam manajeman dini luka bakar. Formula parkland sudah banyak digunakan sebagai dasar perhitungan cairan resusitasi. Terdapat hasil yang bermakna pada hubungan antara pemberian cairan menggunakan formula parland dan titrasi dengan angka kejadian gagal ginjal. Study ini membuktikan bahwa pemberian cairan berdasarkan formula parkland dan titrasi dapat menurunkan angka kejadian gagal ginjal pada luka bakar listrik. Myoglobulinuria sendiri tidak menunjukkan hubungan dengan angka kejadian gagal ginjal akut, kemungkinan disebabkan karena myoglobulinuria sendiri hanya merupakan salah satu faktor penyebab gagal gagal ginjal pada luka bakar listrik., Background: Electrical burn injury has potential cause of multisystem injury with high morbidity and mortality. The combination of extensive burns and significant internal injury in cases of severe high voltage electrical injury leads to increase fluid requirements due to fluid extravasation and ongoing fluid losses, Cardiac complication and muscle destruction that cause myoglobinuria. Myoglobin causes renal obstruction and intrarenal vasoconstriction and could result in acute kidney injury. Fluid resuscitation using parkland titration method is applied to rehidrate, restore renal function and prevent further damage caused by myoglobin. The study aimed to evaluate the incidence of Acute Kidney Injury related to the first 24 hour fluid resuscitation using the parkland formula and titration method in electrical burn injury.
Method: This is a retrospective cohort design, recruited from medical records in Cipto Mangunkusumo Hospital from january 2010 to january 2014. Data will be collected at baseline and after resuscitation. Patients information included age, time of refferal, cause of burn, resuscitation fluid , urine production, urine colour, serum creatinin level at day 1-3. We divide all electrical burn injury patients into two group, AKI (Acute Kidney Injury) group and non-AKI group, using RIFLE classification. Then we compare the fluid resuscitation using Parkland score within two group. We also compare other risk factor contributing AKI in electrical burn injury including delayed time characteristic.
Results: A total of 49 patiens of electrical burn injury mets the study inculsion criteria, 36 patients presented with myoglobulinuria during admission to the hospital. 64.8% (n=24) did not have AKI while 35.1% had AKI (n=13). Independent T test showed significant differences between parkland score and the occurence of Acute Kidney Injury (P < 0,05). Other variables such as age, delayed time, weight and percentage of burn did not show any significant differences related to acute kidney injury. The presence of hemoglobinuria supposed to increase the number of acute kidney injury but in contrary it did not have significance result related to acute kidney injury (P>0.05).
Conclusions: Adequate resuscitation is essential in a succesful early burn management.. Parkland formula had been used widely as guidelines for fluid resuscitation. There is a significant result relating th use of parkland formula with titration and acute kidney injury. This study confimed that administering resuscitation fluid according to the parkland formula and maintaning the hidration using titration method could decreased the number of acute kidney injury. Clearly, Myoglobinurea alone can not be held accountable as predictor of an acute kidney injury, it is only one of several causes of acute kidney injury.]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Adi Wirawan
"Proporsi kematian neonatal meningkat dari 40% menjadi 47% di antara kematian Balita. Program Resusitasi Neonatus (PRN) yang terstandar diyakini akan dapat menurunkan kematian neonatal sampai 30%. Pasca pelatihan modul resusitasi neonatus supaya di akhir studi PPDS anak kompeten melakukan resusitasi neonatus. Upaya refreshing dibutuhkan untuk mempertahankan retensi keterampilan resusitasi
Penelitian ini bertujuan mengetahui kompetensi prosedur resusitasi neonatus dan upaya penyegaran untuk memperbaiki performa resusitasi neonatus PPDS anak.
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi experimental. Kelompok intervensi yang mendapatkan penyegaran dengan mengakses video resusitasi neonatus secara aktif pada modul pembelajaran daring.
Hasil ada 35 PPDS dalam 2 tahun pendidikan, dianalisis pada penelitian ini, 18 kelompok intervensi 17 kelompok kontrol. Hasil penilaian pada base line didapati 16(45,7%) dari 35 PPDS tidak memenuhi standar kelulusan prosedur keterampilan resusitasi neonatus. Penilaian pasca perlakuan didapatkan performa resusitasi kelompok intervensi lebih baik dengan nilai rerata 80 ± 11 sedang pada kelompok kontrol dengan nilai rerata 58 ± 18, berbeda bermakna dengan nilai kemaknaan p < 0,001.
Kesimpulan stimulasi secara audiovisual dangan video pembelajaran resusitasi neonatus secara bermakna memperbaiki performa resusitasi PPDS saat dievaluasi dengan megacode.

The proportion of neonatal deaths increased from 40% to 47% among neonatal deaths. The standardized Neonatal Resuscitation Program (NRP) is believed to reduce neonatal mortality by up to 30%. After the module training, monitoring of skill retention is important to maintain the resuscitation performance of pediatric residents, and refreshing efforts are needed.
This study aimed to determine the competence of neonatal resuscitation procedures and refresher efforts to improve the resuscitation performance of pediatric residents.
The research design used was Quasi-experimental design. The intervention group received a refresher by actively accessing neonatal resuscitation videos in the online learning module.
The results were 35 pediatric residents in 2 years of education, analyzed in this study, divided into 18 intervention groups and 17 control groups. The baseline assessment found that 16 (45.7%) of 35 residents did not meet the graduation standards for neonatal resuscitation skills procedures. Post-intervention showed that the resuscitation performance of the intervention group was better with a mean value of 80 ± 11, while the control group had 58 ± 18, which with a significance value of p <0.001.
Conclusion: Audiovisual stimulation with neonatal resuscitation learning videos significantly improves the resuscitation performance of pediatric residents when evaluated by megacode.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sunatrio
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
616.025 SUN r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Baskett, Peter J.F
London: J.B. Lippincott , 1989
616.025 BAS r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrul Hendra
"Latar belakang : resusitasi setelah luka bakar , khususnya 24 jam pertama setelah luka bakar masih menjadi masalah bagi seluruh tenaga kesehatan yang bergerak dibidang luka bakar. Pemberian cairan yang adekuat sangat penting untuk mencegah kejadian shok luka bakar dan komplikasi lainnya pada cedera luka bakar. Formula parkland merupakan suatu formula yang diterima sebagai acuan untuk melakukan resusitasi pada pasien luka bakar. Untuk mempertahankan resusitasi yang efektif, Baxter (Formula Parkland) memonitor urin output (UOP). Dalam penelitian ini, dilakukan evaluasi terhadap hubungan antara urin output dan gagal paru - ginjal.
Metode: suatu penelitian retrospective cross sectional yang mengevaluasi hubungan antara urin output dan fungsi paru ? ginjal pada cedera luka bakar. Gagal paru dan ginjal diklasifikasikan menurut SOFA score pada hari ke - 2 dan ke ? 3 setelah dilakukan resusitasi cairan pada 24 jam pertama. Hubungan antara urin output dan gagal paru ? ginjal dianalisa menggunakan Somers?d Test.
Hasil : Hubungan anatara urin output sebagai variabel bebas dan SOFA Score sebagai variabel terikat didapatkan koefisien korelasi (r) -0.640. hal ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang kuat. korelasi bernilai negatif (menurut hasil uji Somers'd) menunjukkan terdapat hubungan yang bertolak belakang, artinya semakin besar nilai klasifikasi urine output maka semakin kecil nilai SOFA Score fungsi ginjal.
Kesimpulan : Parameter yang baik diperlukan untuk mencegah terjadinya gagal ginjal akut. Urin output sebagai parameter fisiologis penting untuk memonitor efikasi resusitasi. Urin output perjam digunakan sebagai pedoman terbaik untuk memonitor resusitasi dan perfusi organ. Namun urin output yang digunakan untuk menilai perfusi yang adekuat masih memiliki sejumlah kekurangan, sehingga memerlukan metode lain yang lebih baik untuk sebagai monitor.

Background : Resuscitation after burn, specifically in the first 24 h after injury, has been and remains a taxing assignment for all burn care providers. Adequate fluid administration is critical to the prevention of burn shock and other complications of thermal injury. Parkland formulas are accepted as guidelines for the resuscitation of burned patients. To maintain effective resuscitation, Baxter (Parkland Formula) monitored the urine output (UOP). In the context of this study, we set out to evaluate association of urine output from Parkland Formula resuscitation on pulmonary - renal failure.
Methods: A retrospective cross sectional study evaluating the association between urine output and pulmonary - renal function following thermal injury. Pulmonary and renal failure will be classified acording to SOFA score at day-2 and day-3 after fluid resuscitation in the first 24 hour. association between urine output and pulmonary - renal failure will be analyzed by Somers?d Test.
Result : Correlation between urine output as independent variables and SOFA Score as the dependent variable have correlation coefficient ( r ) -0.640 which indicates that the correlation is strong . Negative correlation (according to Somers?d test) indicates that there is a contradiction. The greater the urine output the lower the value of SOFA Score of renal function.
Conclusion : good parameter is needed to avoid acute renal failure. Urine output as physiologic parameters is important for monitoring the efficacy of resuscitation. Urine output per hour continues to be used as the best guide to monitor adequate resuscitation and end organ perfusion, regardless of the amount of fluid given. In addition, there are numerous failure of urine output to assess adequate global perfusion. The limitations of these traditional guides to resuscitation have led to interest in more advanced methods of endpoint monitoring."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
McKenna, Kim
Boston: McGraw-Hill, Higher Education, 2008
616.102 5 MCK a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
The McGraw-Hill Co. , 2008
1010000157
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
New Jersey: Prentice-Hall, 1998
616.102 5 ADV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yoga Pranata
"ABSTRAK
Pendahuluan Di RSCM algoritme penanganan pasien trauma belum ada. Waktu yang dibutuhkan untuk penanganan pasien trauma juga tidak pernah tercatat dengan baik. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui rerata waktu penanganan pasien trauma di ruang resusitasi RSCM. Selain itu, mortalitas akibat trauma juga dicatat.
Metode Semua pasien trauma yang masuk ke ruang resusitasi RSCM pada bulan Juni-November 2012 diikutsertakan. Waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien masuk ruang resusitasi sampai primary survey dan tindakan diagnosis yang dibutuhkan serta waktu sampai pasien keluar dari ruang resusitasi baik ke kamar operasi maupun ke ruang rawat juga dicatat. Mortalitas yang terjadi di rumah sakit pasca trauma juga dicatat.
Hasil Selama periode penelitian tercatat ada 41 pasien trauma yang masuk ke ruang resusitasi RSCM. Rerata waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien masuk ruang resusitasi sampai primary survey selesai dikerjakan adalah 10(5-60) menit; sampai hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan adalah 55(5-185) menit; sampai hasil pemeriksaan rontgen didapatkan adalah 30(15-210) menit; sampai hasil pemeriksaan USG didapatkan adalah 12,5(5-30) menit; sampai hasil pemeriksaan CT-scan didapatkan adalah 75(15-360) menit. Rerata waktu yang dibutuhkan mulai dari pasien masuk ruang resusitasi sampai dikirim ke kamar operasi adalah 222,5(25-660) menit; sampai dikirim ke ruang rawat tanpa melalui operasi adalah 1440(170-1440) menit. Mortalitas yang terjadi di rumah sakit pasca trauma adalah 41,4%.
Kesimpulan Rerata waktu penanganan pasien trauma di ruang resusitasi RSCM, baik untuk tindakan diagnostik maupun operasi emergensi masih lebih dari 60 menit. Mortalitas pasien pasca trauma 41,4%. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi hubungan antara waktu penanganan pasien dengan mortalitas pasien.

ABSTRACT
Introduction In Cipto Mangunkusumo Hospital trauma algorithm is not available yet. The time spent to manage trauma patients in the resuscitation room also hasn’t been recorded very well. Aim of this study is to analyze how much time needed in the resuscitation room to manage trauma patients. The mortality follow is also recorded.
Methods All consecutive trauma patients who went to the resuscitation room during June to November 2012 are included. The time spent between admission to the resuscitation room until primary survey and diagnostic procedure be done also until patients exit the resuscitation room whether to the operating room or straight to the ward were recorded. In hospitality mortality were also recorded.
Results During the study, there were 41 trauma patients went to the resuscitation room. Median time spent between admission until primary survey was finished was 10(5-60) minutes; until blood work results finished was 55(5-185) minutes; until x-ray results finished was 30(15-210) minutes; until USG results finished was 12,5(5-30) minutes; until CT-scan results finished was 75(15-360) minutes. Median time spent between admission until exiting to the operating room was 222,5(25-660) minutes; until exiting to the ward without operation was 1440(170-1440) minutes. In hospitality mortality was 41,4%.
Conclusion The time spent in the resuscitation room to manage trauma patients both to do the diagnostic procedure and emergency operation was still more than 60 minutes. In hospital mortality was 41,4%. Further study needed to analyze the relationship between those two things."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>